Malam itu adalah malam yang sangat panjang bagi Gabriel maupun Ghea. Segera setelah percintaan itu selesai, Ghea langsung tertidur, karena kelelahan di ranjang Gabriel. Tidak pernah sekali pun ada gadis simpanannya yang pernah tidur di ranjangnya, bahkan bermain di rumahnya. Selama ini, Gabriel selalu bermain di penthouse dan hampir semua gadis yang ia tiduri tidak pernah sekali pun singgah di rumahnya, bahkan sampai tidur di ranjangnya. Ghea adalah gadis pertama yang berhasil melampaui batas itu.
Bunyi alarm membuat Gabriel langsung terbangun. Ia mematikan alarm di atas nakasnya, lalu menoleh dan melihat Ghea tengah memeluknya sangat erat dan tidur dengan lelap di sana. Lengan gadis itu melingkari pinggangnya dengan sangat erat. Gabriel tersenyum, lalu menghadapkan tubuhnya ke arah Ghea, agar bisa melihat wajah gadis itu dengan lebih saksama.
"Ghea," panggil Gabriel pelan, sambil mengusap pipi gadis itu.
Bukannya bangun, Ghea semakin terlelap tentu saja, karena usapan Gabriel. Gabriel menopang kepalanya dengan sikunya, agar bisa melihat wajah Ghea yang terlelap. Leher gadis itu dipenuhi bekas merah kebiruan hingga ke pundaknya, membuat Gabriel sadar ia terlalu bernafsu menandai gadis itu sebagai miliknya.
"Ghea, hey..." bisik Gabriel lagi dengan suara yang agak dikeraskan sedikit.
Gadis itu hanya bergerak sedikit, lalu kembali tertidur lelap. Gabriel menghela nafas pelan, lalu mengusap tengkuk Ghea dengan lembut. Didekatkannya bibirnya ke bibir gadis itu, lalu diciumnya dengan lembut dan singkat. Gabriel menatap ekspresi wajah Ghea dan mendapati gadis itu semakin terlelap. Gabriel kembali mendaratkan ciumannya di bibir Ghea, kali ini lebih mesra, menggoda dan durasinya semakin diperpanjang.
Ghea membuka matanya perlahan, karena merasa terganggu. Ia langsung mendapati Gabriel yang tengah mencium bibirnya. Ghea langsung menggigit bibir Gabriel, membuat pria itu refleks melepaskan ciuman di antara mereka. Gabriel mengusap bibirnya yang digigit Ghea kemudian tersenyum miring. Senyuman khas seorang Gabriel Ducan.
"Aku lelah, Sir..." rengek Ghea kesal sambil membalikkan tubuhnya membelakangi Gabriel dan melanjutkan tidurnya.
Gabriel dengan segera langsung mencegah Ghea membelakanginya. Ghea merengek kesal dalam pelukan Gabriel, karena hak tidurnya diambil. Rengekan Ghea membuat Gabriel gemas. Gabriel menggigit gemas pundak Ghea.
"Biarkan aku hidup dengan tenang, Sir," erang Ghea dengan mata yang masih terpejam mengantuk.
"Kau benar benar gadis manja, Ghea," ucap Gabriel sambil tertawa. "Kau harus dicium dulu baru bangun."
"Apa Anda akan merecokiku semalaman penuh, Sir?" balas Ghea marah sambil menatap Gabriel yang tampak sangat seksi pagi itu, dengan rambutnya yang berantakan dan aura dominasinya yang kuat.
"Ini sudah pagi, Ghea," ucap Gabriel lagi. "Dan sayangnya kau harus segera pindah ke kamar Amber, sebelum dia bangun."
Ghea langsung teringat akan Amber. Ghea melebarkan matanya panik. Ia mendorong dada seorang Gabriel Ducan dengan sekuat tenaga, lalu beranjak duduk. Ghea menoleh mencari jam dalam bentuk apa pun. Dorongan Ghea yang tiba tiba itu membuat Gabriel terpaksa berbaring menyamping, memberikan akses bagi gadis itu. Namun, di luar dugaannya, Ghea malah kembali menindih tubuhnya, menarik alarm di sebelahnya untuk mengecek jam. Tubuh lembut nan kecil gadis itu terasa sangat jelas di atas tubuhnya yang kekar.
"Sudah jam tujuh!" pekik Ghea panik, lalu langsung berlari turun dari ranjang, memakai semua pakaiannya yang berserakan di lantai. Ketika Ghea ingin berlari ke pintu kamar, Gabriel langsung menghentikannya.
"Are you sure?" tanya Gabriel dengan nada skeptis. Pria itu berbaring menyamping menghadap Ghea dengan kepala yang ditopang di siku. Selimutnya sudah turun hingga ke pinggang Gabriel, menampilkan tubuh kekar pria itu.
"I don't have time to play, Sir," ucap Ghea panik, sekaligus marah.
"No, Ghea, what I mean is your neck and shoulder," ucap Gabriel lagi dengan nada dan wajah santai.
Ghea memasang wajah bingung sambil mengusap lehernya. Ia berjalan ke arah cermin besar yang terletak tepat di sebelah pintu kamar dan melebarkan matanya syok melihat leher dan pundaknya dipenuhi bekas kebiruan dan merah.
Ghea menjambak rambut pendeknya kebingungan, sekaligus marah. Ghea menyesal memotong rambutnya sependek ini. Ia jadi tidak bisa menutupi bekas gigitan seorang Gabriel Ducan sialan itu. Gabriel tertawa melihat ekspresi Ghea. Gabriel turun dari ranjang dengan leluasa, bahkan tanpa sehelai benang pun, tanpa adanya rasa malu.
"Argh! Bagaimana ini?!" erang Ghea penuh kekesalan.
"Hey... that's okay..." bisik Gabriel sambil memegang kedua pundak Ghea agar menghadapnya.
Pipi Ghea langsung merah padam melihat Gabriel telanjang dengan tubuh pria itu yang menguarkan dominasi begitu kuat. "Te-tentu saja tidak. Apa yang akan dipikirkan Amber nantinya?" gumam Ghea sambil menolehkan kepalanya ke samping, berusaha agar tidak melihat tubuh Gabriel Ducan.
Gabriel tersenyum, lalu menarik dagu Ghea agar mendongak ke arahnya. Gabriel menunduk, lalu berbisik, "Just tell her, that something bite you on your neck while you were sleeping on the couch."
"That 'something' is you," geram Ghea dengan wajah cemberutnya.
Gabriel tertawa pelan. "You're adorable," pujinya, lalu mencium bibir Ghea sekilas, sebelum mengacak rambut pendek gadis itu.
Jawaban Gabriel tidak membantu sama sekali, namun Ghea juga tidak ingin berlama lama dengan pria itu, sebab pria itu sangat tidak baik untuknya. Segera setelah pria itu melepaskannya, Ghea langsung meninggalkan Gabriel dengan terburu buru ke arah kamar Amber yang terletak di lantai atas. Ghea membuka kamar Amber perlahan lahan dan langsung mendapati ranjang itu kosong. Ghea memanfaatkan kamar yang kosong itu untuk berganti pakaian, termasuk memakai jaketnya.
Suara shower terdengar dari kamar mandi Amber. Ghea mengetuknya pelan. "Amber, aku akan pulang sekarang," pamit Ghea.
"Ghea, masuklah sebentar," seru Amber dari dalam kamar mandi.
Ghea menuruti Amber. Ia memasuki kamar mandi itu perlahan dan mendapati Amber tengah memakai jubah mandinya dengan rambut blondenya yang basah. "Ke mana saja kau semalam?" tanya Amber bingung.
"A-aku tidak bisa tidur semalam, jadi aku coba menghirup udara di luar, sayangnya aku ketiduran," bohong Ghea.
Amber mengangguk mendengar penjelasan Ghea. Ghea menghela nafas lega ketika melihat Amber tidak curiga padanya. Ghea menaikkan sebelah alisnya bertanya pada Amber. "Mengapa kau menyuruhku kemari?" tanya Ghea lagi.
"Ah ada sesuatu yang harus kukatakan, tetapi aku lupa," jawab Amber lagi dengan senyumannya.
"Oh, kalau begitu, aku akan pulang, Amber," gumam Ghea lagi sambil membalikkan tubuhnya membelakangi Amber ke arah pintu kamar mandi. Ketika Ghea ingin membukanya, tiba tiba saja pintu itu kembali ditutup oleh tangan Amber dengan paksa.
Ghea mengerutkan keningnya bingung, lalu membalikkan tubuhnya ingin bertanya. Belum sempat ia berbicara, Amber sudah menarik tengkuknya dan melumat bibirnya. Ghea melebarkan matanya kaget.
Apa-apaan?!
Aku penulis sebelumnya btw. Aku coba nulis part ini, berusaha dimirip miripin sama punya Dewa-lah. Kalau ga mirip yasudlah🤣🤣
Ckckckck, Dewa selalu... Ada aja fansnya, di mana pun dan kapan pun. Aku baca semua pesan WP kalian untuk Dewa btw heheheh, maaf, ini atas izin si Dewa juga. Suwer, ini yang terakhir😬😬
Sebenarnya, Dewa yang nulis part ini setengah, lalu dilanjutin sama aku. Katanya sebagai percobaan. Dia bilang dia masih belum ninggalin akun ini kok. Dan dia titip pesan, kalau dia minta maaf nggak bisa balas chat kalian dimana mana, terutama IG katanya (?). Entah...
Jangan serang aku, karena tulisanku mungkin beda banget sama punyanya si Dewa, plis, aku hanya melaksanakan mandat sang raja. Hokay?😏😏
Love you guys!
KAMU SEDANG MEMBACA
BEHIND THE SCENE
RomanceWarning: Explicit content, rough sex and bdsm. It's a semi porn story, so yeah... Ghea Tinsley berada di ujung tanduk. Ia harus membayar segala keperluan dan bahkan biaya pengobatan adiknya. Ia pun terancam putus kuliah, hanya karena masalah keuang...