7

73.9K 2.5K 318
                                    

"Mom, how about we move to another apartment?" tanya Ghea lembut sambil mengusap tangan ibunya. Hari itu ibunya pulang sangat larut, membuat Ghea bisa bebas berbincang dengan ibunya di ruang makan, karena Tommy sudah tidur di kamarnya.

Ibunya yang tengah menghitung tagihan hanya bisa menghela nafas kasar. "Untuk saat ini, Mom tidak ingin memakai uangmu."

Ghea mengerutkan keningnya tampak kaget juga kebingungan. Tiba tiba saja tangannya ditepis dari tangan ibunya dengan gerakan lembut, namun dingin. "Mom," panggil Ghea pelan.

"No, don't call me your mom. Mom tahu kau menjual dirimu Ghea," balas ibunya dengan wajah enggan. "Plester di lehermu tidak bisa menutupinya.

"Terus kenapa jika aku menjual diriku sendiri?" ucap Ghea dengan nada meninggi, sebab usahanya malah tidak dterima dengan baik oleh ibunya.

"Kenapa?" ulang ibunya dengan nada marah. "Mom tidak membesarkan wanita tidak bermoral, Ghea!"

"Mom!" seru Ghea dengan mata berkaca kaca, karena dirinya dipenuhi kemarahan.  "Tidak peduli jika Ghea menjual diri Ghea sendiri, asalkan kita bisa hidup senang. Just please, Mom."

"And you just lost your dignity, Ghea!" balas ibunya menggebu gebu.

"So, what? Tell me, what's the problem? I don't care, Mom," ucap Ghea dengan amarah yang sampai ke ubun ubunnya.

Ibunya langsung menggerakkan tangannya menampar pipi Ghea untuk membungkam bibir anaknya itu. Ghea terdiam. Tangisannya semakin kencang, begitu pun dengan ibunya. Keduanya saling diam satu sama lain, meresapi apa yang baru saja terjadi.

"I'm tired living like this," bisik Ghea pelan dengan nada gemetar hebat. "Ghea hanya ingin bahagia."

"Tetapi kau tidak perlu menjual tubuhmu sendiri," seru ibunya sambil terisak hebat. Ibunya mencengkeram pinggiran meja dengan hati yang diremas hebat.

Keduanya sama sama terdiam dan menangis di tempat itu. Ghea menutup wajahnya dan menangis di sana. Ghea tahu apa yang dilakukannya salah, namun ini semua ia lakukan untuk keluarga kecilnya.

"Mom, I'm sorry... just please..." bisik Ghea sambil meraih tangan ibunya dan menciumnya lembut, lalu menangis hebat di sana.

"You're my only daughter," isak ibunya pelan. "Dan aku gagal menjagamu."

"Mom, jika kau menolak semua ini, maka semua usahaku sia sia," bisik Ghea lagi dengan nada membujuk.

Ibunya tampak sangat kecewa, namun juga berat. Ibunya mengusap wajahnya yang sembab itu dengan gerakan lelah. "Only a month, Ghea dan tinggalkan semua kehidupan itu," bisik ibunya pelan.

"Mom... I can't..." ucap Ghea panik.

"Ghea, please," ucap ibunya lagi sambil mencium tangan anaknya.

"Six months and I will stop. I promise, Mom. Just please..." bisik Ghea membujuk.

Ibunya menatap Ghea dengan tatapan bersalah sekaligus berat. Ibunya kembali menangis hebat, membuat Ghea merasa sangat bersalah. Ghea berdiri dan memeluk ibunya dengan sangat erat. "I promise, Mom. Please, believe me..." bisik Ghea pelan.

Ibunya menangis sambil balas memeluk Ghea. Tiba tiba saja, Ghea merasakan ada pelukan lain di tubuhnya. Ia menoleh dan melihat Tommy juga ikut bergabung dalam pelukan mereka yang artinya adiknya telah mendengar percakapan mereka sejak tadi.

Ghea tidak peduli bagaimana caranya, dalam waktu enam bulan, ia harus memeras halus Gabriel sebanyak yang ia bisa.

Ghea tidak peduli bagaimana caranya, dalam waktu enam bulan, ia harus memeras halus Gabriel sebanyak yang ia bisa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ghea meraih seragam baristanya dan memakainya. Ya, Ghea masih bekerja di bar itu. Okay, Ghea bisa jelaskan. Pertama, Amber tidak ingin resign dan gadis itu merengek agar Ghea tetap bekerja bersamanya di tempat itu. Ghea sudah menuturkan segala alasan paling masuk akal, namun ia selalu kalah. Kedua, sejujurnya Ghea senang bekerja di bar itu, sebab bar itu adalah tempat nongkrong aktris papan atas, sutradara terkenal, sekaligus produser favoritnya. Ghea senang mengoleksi tanda tangan dari para orang terkenal itu. Ketiga, Ghea sudah bekerja sembunyi sembunyi di bar itu selama tiga minggu lamanya dan ia aman, artinya ia tidak akan ketahuan Gabriel, mengingat Gabriel adalah pria yang sangat menghindari tempat ramai.

"Pria brengsek itu," geram Amber sambil mengikat rambutnya dengan gerakan mahir.

Ghea menoleh dengan wajah bingung sambil menutup pintu lokernya. "Siapa?" tanya Ghea pelan.

"James, barista baru yang mesum itu. Ia terus menempel padaku dan flirting menjijikkan," balas Amber dengan nada jijiknya.

"Dia tampan, kenapa tidak?" ucap Ghea lagi dengan senyuman bercanda.

"Aku tidak peduli. Pria itu tetap menjijikkan. Pria itu terus menempel padaku dan selalu berusaha memegang bokongku," balas Amber sambil membanting pintu lokernya dengan kesal dan menguncinya.

"Hey, tenanglah," ucap Ghea sambil tertawa melihat amarah Amber.

"Jangan tinggalkan aku. Kau harus berjaga di sisiku semalaman, agar pria mesum itu tidak terus merecokiku," mohon Amber dengan wajah memelasnya sambil memeluk tangan Ghea dengan erat.

"Baiklah, baiklah, tenang saja. Aku akan meminta Louis memindahkanku ke bar kanan agar aku bisa di sampingmu," ucap Ghea pada Amber untuk menenangkan sahabatnya itu.

Permintaan Ghea disetujui. Ia dipindahkan ke bagian bar kanan bersama Amber. Bar kanan menghadap langsung ke pintu utama, sehingga mereka bisa melihat siapa saja yang masuk. Ghea tengah menyiapkan pesanan ketika tiba tiba saja Amber mendekat ke arahnya dan semakin menempel. Ghea menoleh dan melihat James mendatangi mereka dengan senyuman miring mesumnya. James langsung memeluk pinggang Amber, membuat Ghea dengan segera menyelinap di antara keduanya untuk memutus pelukan itu.

"Pergilah, aku sibuk," gumam Ghea tetap fokus dengan pesanannya.

"Oh ayolah, bar ini sedang sepi. Kita bisa berbincang, sebelum ramai nantinya," jawab James sambil menaik turunkan alisnya menggoda.

Baru saja Amber ingin menjawab, tiba tiba saja gadis itu tampak sangat panik, ketakutan dan pucat pasi. Ghea mengikuti pandangan Amber dan wajahnya pun juga ikut panik, ketakutan dan pucat pasi. Amber langsung berjongkok dan berlindung di balik meja bar.

"Alihkan perhatian, Ghea!" bisik Amber panik.

"A-apa? Kenapa? Aku juga terdesak," gumam Ghea yang ingin bersembunyi, namun ditaham Amber.

"Itu Daddy dan dia akan membunuhku jika sampai aku ketahuan bekerja di sini," gumam Amber lagi dengan wajah memohonnya.

Ghea melebarkan matanya kaget. "Daddy? Kau menjadi simpanan, Amber?"

"Apa? Apa maksudmu? Dia adalah ayah kandungku!" balas Amber lagi dengan panik sekaligus kebingungannya.

Ghea berdiri mematung. Apa apaan? Jadi, selama ini ia tidur dengan ayah dari sahabatnya sendiri?

Comments everyone?

Okay guys, calm down, I won't cut the sex scenes as you guys wish. Thank you for supporting my stories. Love y'all

BEHIND THE SCENETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang