11

58.6K 2.2K 190
                                    

"Ghea, ghea, ghea!" seru Amber menuruni tangga kampus, mengejar Ghea yang mengabaikannya sejak kasus ciuman beberapa hari yang lalu.

Di sisi lain, Ghea menulikan telinganya dan melangkah secepat mungkin pergi dari situ. Ia melihat ponselnya dan lagi-lagi mendapati panggilan entah yang sudah ke berapa kalinya dari Gabriel selama tiga hari terakhir ini. Ghea benar benar mengabaikan bapak dan anak itu selama tiga hari terakhir ini. Sialan, kenapa ceritanya semakin rumit? Ghea menandatangani kontrak itu bukan untuk menjadi rebutan ayah dan anak, mana Amber adalah sahabatnya.

Tiba tiba saja, tangan Ghea ditahan hingga ia berhadapan dengan Amber. Ghea berusaha menarik tangannya kembali, namun tidak diizinkan oleh Amber.

"Ghea, listen to me!" seru Amber memaksa.

"What do you want?" geram Ghea sambil mengerutkan kening kesal.

"Listen, I'm sorry, okay?" ucap Amber lagi dengan wajah bersalahnya. "If only I had known that you didn't like it, I wouldn't have done something like that."

"Okay, I get it," jawab Ghea acuh tak acuh, berusaha untuk pergi dari tempat itu secepat mungkin. Ia merasa sangat canggung sekarang, karena baru menyadari jika sahabatnya yang notabenenya perempuan memiliki perasaan padanya.

"No, you don't," balas Amber sambil menahan tangan Ghea agar tidak ke mana-mana.

"Ini aneh, Amber! Tidak seharusnya kau memiliki perasaan padaku!" seru Ghea berapi api.

"You're straight. Okay, I understand, but you don't need to ignore me for days!" balas Amber tidak kalah menggebu gebunya dari Ghea.

Ghea melebarkan matanya seolah tidak terima. "Karena aku panik! Aku tidak ingin menjadi di antara kalian berdua! Kau tidak akan mengerti, Amber! Ini lebih rumit dari yang kau pikirkan!"

Nada Ghea yang meninggi, membuat orang orang di sekitar mereka refleks menoleh. Ghea terengah engah. Amarahnya sudah berada di titik tertingginya. Ghea merasa bersalah karena sudah membentak Amber, namun ia tahu ini adalah satu satunya cara. Amber menelan ludahnya, terkesan sekaligus takut melihat Ghea yang tidak pernah marah, tiba tiba saja menjadi sangat galak.

"I'm sorry," bisik Ghea sambil mengurut pelipisnya.

Amber menghela nafas pelan, lalu berusaha untuk menyentuh sahabatnya

"Give me some time, okay?" ucap Ghea dengan wajah lelahnya, sambil menghindar dari sentuhan Amber.

"Setidaknya tetaplah jadi sahabatku," balas Amber memohon.

"I- I will think about it later," jawab Ghea, menundukkan kepalanya dan segera pergi dari situ.

Malam itu, Ghea terpaksa membeli makanan untuknya dan adiknya, sebab Ghea terlalu lelah untuk memasak dan ibunya sibuk di rumah sakit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam itu, Ghea terpaksa membeli makanan untuknya dan adiknya, sebab Ghea terlalu lelah untuk memasak dan ibunya sibuk di rumah sakit. Apartemen Ghea termasuk daerah pemukiman yang cukup sepi. Hanya beberapa orang berlalu lalang dan situasinya sangat hening. Maka tak heran jika Ghea selalu memakai hoodie-nya dan menaikkan tudungnya hingga menutupi wajahnya sendiri. Ghea berjalan menunduk dengan langkah yang sengaja dibuat semaskulin mungkin.

BEHIND THE SCENETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang