[13] #The Struggle Of The Princesses

331 47 9
                                    

Dia berusaha keras membersihkan noda darahnya, cairan kental menjijikkan itu telah mengeras hingga meninggalkan noda kotor di tunik kulitnya. Air yang banyak bahkan tidak mampu menghalau kotoran itu, Athela tidak menyukainya. Bau tajam besi terasa memenuhi indra penciumannya. 

"Berhentilah menghabiskan persediaan air minum." 

Athela mengabaikannya. Ia menegak airnya sedikit, sebelum menutup tempat minumnya yang terbuat dari labu. Mya meringkik karena sang pemilik terus menerus bergerak di atasnya. 

Mereka tak kunjung sampai, bokongnya mulai kebas karena terus duduk di atas alas kulit. Seluruh tubuhnya pegal. Athela menggerutu dalam benaknya. Seminggu lebih telah berlalu, tapi mereka tak kunjung melihat satupun pemukiman. 

"Berhenti berfikiran buruk." Vasillus buka suara. 

Athela yang melamun tersentak, "Kau membaca fikiranku?!" Tuduhnya dengan nada tidak senang. 

Vasillius mendengus tak terima. "Aku tidak perlu melakukan itu untuk tahu, kau lihat genangan air di tanah itu? Liatlah wajahmu seperti apa di sana." 

"Hah. Kenapa aku harus melakukan itu? Sebenarnya kenapa aku mau melakukan perjalanan ini?" Athela mengeluarkan isi hatinya tanpa sadar. Jujur ia sudah lelah dan lapar. Sedetik kemudian sang gadis bersurai perak menyesali kata-katanya, tapi ia rasa itu sudah terlambat karena Vasillius sudah terlihat sangat ingin menerkamnya. 

"Melakukan perjalanan ini? Kau fikir keinginan siapa ini?" Vasillius berdecak atas ketidaksenangannya. Ia menghentikan kudanya, lalu tanpa peringatan sang Penyihir menyerang teman seperjalanannya. 

Bunyi hantaman tubuhnya yang menubruk tanah tidaklah semengerikan itu, itu tidak sakit sama sekali, ia hanya jatuh terduduk dengan posisi bokong yang mendarat duluan. Athela menganga tak percaya, wajahnya memanas karena malu. Harga dirinya seolah terinjak-injak. 

"Lihatlah, kau bahkan tidak sewaspada yang kubayangkan." 

Athela segera berdiri lalu melayangkan serangan, tapi Vasillius menghindar dengan mudahnya. 

"Bergeraklah segesit kijang. Lihatlah dirimu, kau bagaikan seekor kura-kura pemalas." 

Sang gadis muda menyentak tangan Vasillius yang menahan lengannya. 

Athela bisa merasakan wajahnya seolah terbakar karena malu, lalu dengan cepat ia berputar mencoba melayangkan tendangan, lagi-lagi dengan mudah Vasillius menghindar. Akibatnya Athela tersungkur dengan kaki terlipat. Ia mendesis kesakitan. 

"Gerakan yang bagus, tapi lain kali kau harus setenang air tak beriak." 

Sang Putri yang kerap di sapa Dark Lady itu menatap Vasillius Xenephon dengan pandangan tak suka. "Aku tidak menyukaimu, kau terlalu banyak menceramahiku. Semua yang aku lakukan salah di matamu, kau pria tua yang kekanakan. Aku selalu gelisah tanpa sebab di dekatmu, kau seolah mengetahui segalanya, itu sedikit menakutkan. Dasar, dasar pria tua menyebalkan!" Ia meluapkan kata-kata yang tertahan di kerongkongannya selama ini. 

Suasana hening sesaat, Vasillius hanya menatap Athela dengan raut datar.

Athela merutuki dirinya setelah itu, ia sadar telah berlaku bodoh. Juga tidak sopan, tidak tahu terima kasih. Batinnya. 

Vasillius mengulurkan tangannya. "Ayo kita harus terus bergerak." 

Athela mengerutkan pelipisnya. "Kenapa kau lakukan itu?" 

Vasillius menatap gadis kecil yang bahkan umurnya tidak mencapai separuh umurnya, ia sedikit bingung menghadapinya. Dan karena Athela tak kunjung menerima uluran tangannya, Vasillius memutuskan untuk menariknya berdiri. Lalu ia membungkuk setelahnya dan langsung memegang kaki Athela yang terluka. 

Elven Golds [2] : Destruction For The ThroneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang