Peluh membanjiri pelipisnya, nafasnya mulai ngso-ngosan. Di balik genggaman tangannya, gagang pedang terasa lengket oleh darahnya yang menetes. Athela menatap tajam mahluk mengerikan yang memakai wujud manusia itu. Sabetan pedang tidak berpengaruh banyak pada mereka, Athela mulai bingung.
Dia kembali menyerang, Athela sedikit terhuyung menahan tenaganya yang bukan main, ia mendorong penyerangnya sekuat tenaga. Mahluk itu terdorong mundur, Athela mengambil kesempatan, ia mengayunkan pedangnya ke wajah mahluk itu. Kakinya berputar mengenai sisi wajah mahluk itu, ia terpental tak jauh. Athela mendesis kesakitan ketika kakinya memjiak tanah lagi, ia bisa merasakan denyutan di pergelangan kakinya. Seberapa keras kepala mahluk itu?!
Athela mengabaikan rasa sakitnya, ia mulai berlari menghampiri mahluk itu. Dia mengangkat tinggi-tinggi pedangnya, baja tajam di tangannya Athela hentakkan ke punggung mahluk yang tersungkur itu.
Suaranya tercekat, Athela menatap jijik ketika mahluk itu memuntahkan banyak darah segar. Darah memenuhi mulutnya hingga mengotori leher, tidak lama ia terjatuh dan tidak bergerak lagi.
"Ooohh! Vasillius! Agar mereka mati, tusuk punggungnya!" Athela menatap Vasillius yang sedang menghadapi dua dari mereka, ia terlihat lumayan terdesak.
Vasillius berdecak, "Kau baru tau?! Perhatikan sekitarmu!"
Athela menatapnya tak percaya, ia baru ingin membalas si Penyihir tua tapi tiba-tiba Athela terhempas jauh. Punggungnya menabrak pohon, Athela mengerang kesakitan sambil memegang perutnya. Ketika kepalanya terangkat, tinjuan melesat. Athela segera menyingkir, ia menghela nafas lega ketika melihat tangan mahluk itu bersarang di pohon. Athela melayangkan tendangan sekuat tenaga, mahluk itu terhempas, meninggalkan potongan tangannya di pohon yang berlubang. Sang gadis bersurai perak berlari ke arahnya, Athela kembali melayangkan tendangan ketika mahluk itu kembali berdiri. Sekarang ia tersungkur tepat di hadapannya, Athela mengambil ancang-ancang, lalu langsung menyerang punggungnya.
"Tidak! Athela! Jangan dengan tangan kosong!"
Pelipis Athela berkerut ketika mendengar Vasillius menjerit panik, tangannya bergerak, ia sedikit bingung ketika merasakan guratan kasar dari kulit mahluk itu langsung. Athela baru sadar, ternyata pedangnya sudah terhempas entah kemana. Ia mengusap hidungnya tanpa sadar, cairan merah itu sudah memenuhi tangannya. Kepalanya berat tiba-tiba, sebelum ia terjatuh, mahluk itu melayangkan tendangan.
Ia masih bisa merasakan ketika tubuhnya menubruk tanah, ketika pandangannya mulai buram, yang terakhir Athela lihat adalah Vasillius berlari menghampirinya.
**
Dia masih menunggu. Berapa lamapun yang di perlukan, apapun pendapat orang, ia tidak peduli. Ia senang berada di dekatnya, tapi hatinya selalu teriris melihat kondisinya. Tapi dia terlihat damai seolah-olah tidak terjadi apa-apa, dengan keadaan seperti ini ia bisa melihat sosoknya yang murni. Tanpa topeng apapun. Jangan-jangan, inilah yang dia inginkan?
"Leanne, ayo makan bersamaku."
Leanne WhiteElfs tidak bergeming, ia menyahut pelan sebagai balasan. Pandangannya tidak boleh teralihkan, jemarinya menyapu lembut surai charcoal sang putra. Sudah lama sejak terakhir kalinya Antares memanjangkan rambutnya, walau menawan, Leanne tidak menyukainya. Ini semakin menonjolkan sosok Antares yang tidak terurus. Terhitung sudah tiga pekan lebih Antares dalam tidur komanya. Begitupula total hari Leanne dan Kerajaannya dalam pengasingan yang ia buat. Leanne benar-benar lepas dari kegiatan sehari-harinya sebagai Ratu, suaminya; Jendral Kiron yang mengganti posisinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elven Golds [2] : Destruction For The Throne
Fantasía[ FANTASY & MINOR ROMANCE ] Season Two Of Elven Golds Series *** Setelah Perang antara Klan SunElven dan Kaum Penyihir Hitam, pandangan Athela Winter Blackdemons berubah akan lima Klan Kerajaan di sekitarnya. Athela merasa sendiri, karena hanya d...