[10] #Winterhool And White Witch

554 66 13
                                    

Puluhan pelayan, ratusan prajurit dan anggota penting kerajaan lainnya membungkukan badan secara bersamaan ketika tungkainya melangkah masuk ke kastil kerajaan utara.

Hari ini dia mengenakan pakaian kebesarannya, mahkota berukir mawar putih bertahtakan permata tersemat di kepalanya. Jubah panjang berbulu dengan jahitan benang emas di punggung, membalut gaun panjang sutra semata kaki yang tersemat jahitan rumit setangkai mawar putih bersayap -lambang Klan keluarganya- di dada.

Di hadapannya, pintu masuk kastil yang besar berdiri menjulang dengan ukiran rumit berhiaskan batu mamer indah di setiap sisi. Panji setangkai mawar putih bersayap ada di sekiling pintu masuk,  langkahnya membawanya ke aula utama yang berukuran hanya seperempat aula kastil miliknya.

"Ratu Gladyrion Kypros yang kedua dari namanya, pelindung kaum Penyihir putih, nadir kaum Penyihir putih dari Pixie Chorth, Lady yang terhormat dan seorang pejuang handal." Bentara menyerukan nama dan gelarnya.

Para hadirin membungkuk teratur.

Tapi pandangan Gladyrion hanya fokus pada mereka yang di hadapannya, seorang gadis jelita bersurai tembaga sepunggung, kulit seputih salju, dengan iris mata kuning sewarna bunga matahari. Gaun panjang dan tebal yang dikenakannya menutupi dua paha tanpa tungkai miliknya, di kursi beroda miliknya gaun itu hampir menutupi bagian bawah membuat sang gadis terlihat pendek.

Di sebelahnya, seorang lelaki berusia duapuluh enam duduk di kursi yang sama. Berbeda dengan yang lainnya, ia memiliki surai sewarna sungai beku. Iris mata tajam violet cerahnya membalas tatapan Gladyrion, tubuhnya terlihat sedikit lebih berisi dari yang Gladyrion ingat. Pakaiannya sutra dan satin bewarna serupa iris matanya, jahitan rumit bunga winter aconite di atas tetesan bunga salju tersemat di dadanya. Dan yang paling membuat terlihat berbeda dari para hadirin adalah, cuping telinganya yang memanjang.

"Yang mulia Ratu dan hadirin," Si bentara kembali bersuara. "Pangeran Julian Winterhool dari Wintergreen dan istrinya Putri Gwendrea Kypros, Lady Winterhool."

Keduanya hanya menundukan kepala sekilas sebagai ganti bungkukkan hormat.

"Kehadiran anda terlalu tiba-tiba yang mulia, seharusnya anda beri kabar lebih cepat agar kami bisa menyiapkan sesuatu yang lebih layak."

Gladyrion menyunggingkan senyum setipis benang. "Kau tahu kalau itu tidak perlu adik ipar. Kalian sehat saja sudah membuatku senang, sungguh." Sang Ratu Penyihir putih melirik sekelilingnya. "Jika tidak keberatan aku ingin pertemuan lebih pribadi, aku merindukan adikku."

Julian Winterhool langsung memerintahkan orang-orangnya agar undur diri dan kembali pada kerjaan masing-masing. Setelahnya mereka menjamu Gladyrion di ruang makan yang lebih tertutup.

Ketika unggas panggang dan segenggam kentang tumbuk selesai di santap, mereka berbasa-basi sebentar. Tapi setelah menit-menit berlalu, Gwendrea tetap menutup mulutnya. Pandangannya masih kosong seperti biasa.

Sang Ratu mengangkat cangkir emasnya, menghabiskan anggur berempah di dalamnya
"Aku lihat adikku tidak berubah."

Julian menyentuh lembut tangan istrinya. "Waktu memang tidak bisa memudarkan parasnya."

"Kau tahu bukan itu maksudku."

Julian merubah raut wajahnya seketika mendengar nada suara sang Ratu. Ia memerintahkan para pelayan dan prajuritnya untuk meninggalkan mereka bertiga.

"Apapun maksud anda aku yakin itu pasti hal yang bagus."

"Kau masih terdengar menjijikkan seperti biasa." Ujar Gladyrion tenang.

Julian tersenyum ramah. "Begitupula anda yang mulia," ia menarik senyumnya melihat Gladyrion kebingungan. "Saya bertanya-tanya bagaimana topeng itu bisa bertahan lama padahal bau busuknya sudah menguar jelas."

Elven Golds [2] : Destruction For The ThroneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang