🍁1

7.4K 538 7
                                    

Hari Senin, hari yang paling di benci sebagian besar pelajar. Tapi tidak dengan mereka yang akan masuk sebagai murid baru. Awal tahun pelajaran baru ini, para senpai akan mendapat kouhai-kouhai baru. Juga mendapat anggota baru di ekskul.

Dari sekian banyak pelajar yang membenci hari Senin, kamu adalah salah satunya. Tidak rela meninggalkan kasur yang selalu menantimu, juga tidak rela jika waktu libur telah usai.

Berjalan dengan santai ke sekolah Menikmati udara pagi yang menyejukkan. Membiarkan angin pagi menerbangkan suraimu. Sesekali kamu memetik bunga sakura yang tumbuh tak jauh dari jangkauanmu. Ketika kamu tengah mengumpulkan bunga sakura untuk di satukan, matamu melihat seseorang bersepeda. Surainya sangat mencolok, di terpa angin. Kamu mengamatinya dari atas sampai bawa.

'Kouhai.'

🍁


"[Name], kemaren kata Daichi-san, ada anak kelas satu yang daftar. Mereka langsung buat masalah."
Kata pemuda yang duduk di belakangmu.

"Beneran?! Terus?"
Berakhirlah pemuda itu menjelaskannya padamu. Kamu mendengarkannya dengan baik. Sesekali kamu mengangguki ceritanya, agar dia tahu jika kamu menyimaknya atau terkadang kamu menimpalinya sedikit.

🍁


Di sinilah kamu, memperhatikan mereka yang sedang bermain tiga lawan tiga. Entah siapa yang mengusulkannya.

Setelah pertandingan mereka selesai, kamu segera membagikan botol minum dan handuk pada mereka yang ikut pertandingan tiga lawan tiga ini.

Shimizu kembali entah dari mana. Dia membawa sebuah kardus.

"Anak kelas satu, ini seragam kalian."
Ucap sang kapten pada para kouhai. Mereka menghampiri Shimizu dan mendapat seragam mereka masing-masing. Kamu memperhatikan mereka dari ujung gymnasium. Mereka tampak senang, walau salah satu dari mereka, yang mengenakan kacamata tak terlihat senang. Dan lagi, ada yang menarik dengan anak kelas satu bersurai jingga itu. Dia tampak sangat senang melebihi tiga temannya yang lain. Lihat saja matanya. Sampai berbinar-binar begitu.

Kamu merasa, jika dia selalu semangat dan ceria. Kamu berharap jika dia bisa menyebarkan semangatnya kepada anggota yang lain.

"[Name], jangan nglamun!"
Tegur sang wakil kapten. Kamu tersadar dari lamunanmu dan segera meminta maaf kepada Sugawara. Dia tersenyum sebagai balasannya.

Latihan pun dilanjutkan, kamu yang tengah memperhatikan mereka berlatih di sebelah Shimizu, merasakan getaran di saku jaketmu. Kamu pamit ke Shimizu untuk mengangkat telepon itu.

"Moshi, mosh--"

"..."

"Kau itu kenapa?"

"..."

"Sukurin. Bisa-bisanya gitu."

"..."

"Urus aja sendiri."

Kamu mematikan telepon secara sepihak. Kamu segera kembali mendekati Shimizu. Kamu meminta ijin padanya, jika kamu akan pulang lebih awal, karena ada masalah.

"Pulanglah. Aku bisa mengatasinya sendiri."

Kamu merasa tidak enak pada Shimizu. Kamu pun meminta maaf juga berterima kasih padanya karena mengijinkanmu.

"Nggak apa-apa. Hati-hati di jalan."

Mengambil tasmu, kamu mengangguk kecil sebelum keluar dari gymnasium.

⚫⚫⚫


"Tadaima."
Kamu segera bergegas ke kamar kembaranmu.

"Oh, okaeri, [Name]."
Jawab salah satu teman kembaranmu.

"Gimana kakinya? Nggak patah, kan?"
kamu menghampiri kembaranmu yang duduk bersandar di atas kasur.

"Kau pikir dia jatuh dari lantai atas!?"
Sewot kapten dari klub yang kembaranmu ikuti.

"Siapa tau."
Kamu menggidikkan bahu acuh.

"Dia cuma kepeleset."
Kata pemuda bersurai hitam.

"Kakinya udah baik-baik aja."
Jelas pemuda yang paling waras. Kamu mengangguk paham.

"Maaf ngrepotin dan makasih udah jagain dia."
Mereka menggeleng, tanda tak masalah. Karena hari menjelang malam, salah satu dari mereka mewakili untuk berpamitan. Kamu mengangguk dan mengantar mereka ke depan. Melambaikan tangan hingga mereka menghilang di tikungan jalan. Kemudian, masuk ke dalam rumah.

"Butuh sesuatu?"
Tanyamu padanya. Kamu sudah mengganti seragammu dengan baju santai. Tentunya di kamarmu sendiri.

"Udah makan?"
Dia mengangguk. Aneh. Biasanya dia cerewet, tapi kenapa dia jadi pendiam begini? Yang sakit kan kakinya, bukan kepalanya.

Dia memanggilmu. Panggilan pertama, kamu masih sibuk melamun. Panggilan kedua, kamu tersadar dari lamunanmu.

"Apa?"
Dia menggeleng, tanda tak apa.

Hmm.. kok, kesel, ya?

























Siapakah kembaranmu itu?

Makasih udah baca💙

Jangan lupa vote dan comment

VOLBAS!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang