🍁6

2.5K 328 8
                                    

"Tadaima."

"[Name]cchi, dari mana ssu?"
Baru saja menutup pintu rumah, kamu sudah dikagetkan oleh Ryouta yang tiba-tiba muncul seperti hantu. Kamu membalikkan tubuhmu menghadapnya dan mendapati dia yang bersidekap dada dan menatapmu penuh selidik.

"Tumben pulang malem banget ssu. Kau itu cewek, lho, [Name]cchi. Nggak baik pulang malem-malem ssu."
Ucapnya khawatir. Kamu mendekatinya dan menepuk pundaknya cukup keras hingga dia mengaduh.

"Khawatir banget, ya?"
Godamu. Dia menatapmu kesal.

"Ya iyalah ssu. Mana ada kakak yang nggak khawatir sama adiknya sendiri ssu."
Kamu terkekeh kecil. Dia menatapmu heran.

'Apanya yang lucu?!'
Batinnya.

"Tadi ada kegiatan klub, terus nganterin adek kelas pulang."
Jelasmu secara singkat. Ryouta mengeryitkan dahi.

"Nganterin adek kelas ssu?! Ngapain dianterin ssu?! Dia mau modus, ya ssu, atau malah sebaliknya ssu?"
Kamu tercengang mendengarnya berbicara. Ryouta benar-benar khawatir padamu atau tidak, sih? Pertanyaan yang dia lontarkan sungguh tidak masuk akal. Karena tidak ingin Ryouta mengatakan hal tidak masuk akal, kamu pun menceritakan apa yang terjadi dengan sedikit kesal. Setelah kamu selesai mendongeng, Ryouta akhirnya mengangguk paham. Dia menampilkan cengirannya yang entah kenapa membuatmu merinding.

"Kau kenapa?!"

"Harus aku dulu yang punya pacar ssu, baru [Name]cchi."
Dia tersenyum dengan tidak jelasnya. Kamu menatapnya datar dan pergi meninggalkannya begitu saja.

"Malah di tinggal ssu."
Dia kembali duduk di sofa ruang keluarga, juga melanjutkan menonton televisi.

Selesai mengganti baju, kamu menuju dapur untuk memasak. Di tengah acaramu memasak, kamu memanggil Ryouta.

"Kaa-san, kemana?"
Dia mengangguk. Karena kamu tengah fokus memotong bahan masakan, tentunya tidak melihat anggukkan Ryouta.

"Oi! Kaa-san, kemana!"

"Iya!"
Kamu mengernyit, bingung. Tanya apa, jawabnya apa. Pintar emang.

"Heh! Aku tanya 'kaa-san, kemana?' Bukan 'kaa-san pergi, ya?' Kau bisa bedain nggak, sih?"
Ucapmu kesal. Kamu menghampirinya.

"Eh?"

Apakah kemaren dia lupa untuk mengorek telinganya, makanya jadi budek, gini?

Dia menoleh padamu yang berada di belakangnya. Dia tersentak. Dengan segera dia meringkuk di atas sofa dan menyembunyikan wajahnya pada bantal sofa.

"J-j-jangan bunuh aku, [N-n-name]cchi! A-aku masih mau hidup ssu! Kaa-san!! [Name]cchi, punya sifat tersembunyi ssu!!!"

Siapa yang mau bunuh dia? Tidak ada untungnya.

"Kau kenapa?"
Ryuota menunjuk pisau yang kamu bawa takut-takut, tanpa mengangkat kepalanya. Kamu mengikuti arah tunjuknya. Seketika kamu tertawa. Kamu lupa meletakkan pisaumu terlebih dahulu, saking kesalnya dengan Ryouta.

Dia yang mendengarmu mengangkat kepalanya. Dia melihatmu yang bengek, karena terlalu banyak tertawa. Ketawa sendiri pula.

"Siapa yang mau bunuh kau, elah."
Dia bernapas lega. Dia sudah membayangkan skenario paling buruk yang pernah ia bayangkan.

"Kaa-san pergi ke rumah nenek tadi sore."
Akhirnya kamu mendapat jawaban yang kamu inginkan. Kamu ber-oh ria. Sebelum kamu kembali ke dapur dan melanjutkan acara memasakamu, kamu menunduk, melihat bantal yang ia gunakan tadi. Basah. Pasti dia mengeluarkan air mata buayanya. Dasar. Kamu hanya bisa mengelengkan kepala.

Seperginya kamu, Ryouta juga kembali menonton televisi yang tengah menayangkan iklan yang ia iklankan //hmm.


























Makasih udah baca💙

Jangan lupa vote dan comment

VOLBAS!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang