Mereka sudah sampai,rumah yang besar dan bercat putih.
"Kakinya selonjorin dulu" Ucap Thariq semua mengangguk dan menselonjorkan kakinya."Hufttt" Fateh menatap langit terasa melayang kini pikirannya.
Dan terus mengelap keringat yang terus bercucuran.
Memejamkan matanya, sesekali mengatur nafasnya yang terdengar berat."Anak anak umi buatkan jus tadi" Bu Geni datang dengan beberapa gelas yang ditata rapi dibaki.
Jus mangga sangat segar pikir mereka lantas mengambilnya satu persatu."Fateh,ini bagianmu" Fateh menatap Bu Geni dan mengangguk dengan senyum yang tenang lalu mengambil gelas itu.
"Terimakasih umi" Bu Geni tersenyum dan mengusap kepala Fateh yang basah."Yasudah yu semuanya kedalam" Semua mengangguk lantas berdiri dan mengikuti Bu Geni.
Semua langsung duduk didepan TV berkumpul sebentar dengan yang lainnya."Fateh Cape mau kekamar dulu" Fateh berdiri dan kini menjadi sorotan yang lainnya.
"Yaudah langsung mandi yah" Fateh mengangguk lalu pergi ke atas dengan berlari."Saaih nanti malam kita buat konten" Saaih menatap Thariq yaang sepertinya akan mengambil makannya.
"Nyolong ajah kerjaannya" Tangan Thariq ditepis langsung oleh Saaih membuat Thariq terdiam.
"Iyah Iyah nanti jam 7" Jawab Saaih cuek, Thariq tersenyum lalu pergi kekamarnya."Muntaz juga mau kekamar dulu" Semua mengangguk dan Muntaz pergi meninggalkan mereka.
Fateh membaringkan tubuhnya lalu memejamkan mata,cukup untuk hari ini dengan aktifitas yang tadi membuatnya lelah dan berkeringat.
Tiba tibaBruk..dugg dugg dugg duggg
Seketika Fateh kaget,ia spontan membuka matanya lalu bangun dari tidurnya ada apa pikirnya..
"Hahhh" Fateh kaget bukan main,disana keluarganya sedang berkumpul dengan kepanikan yang tinggi ia melihat lebih detail ada yang Muntaz yang tergeletak penuh darag dikenalnya,ia segera turun dan menghampiri yang lain.
"Muntaz..." Teriak Fateh berlari namun ia kehilangan keseimbangan membuatnya juga ikut terjatuh.
"Fatehhh" Teriak semuanya, Saaih mengguncang Fateh,dan untungnya ia masih sadar hanya ada sedikit memah di dahinya."Ahhh Muntaz kenapa??"tanya Fateh panik, meskipun ia juga terjatuh,tapi pikirnya Muntaz lebih parah.
"Muntaz jatuh dan kepalanya membentur tiang,kamu tidak apa apa?" Tanya Saaih panik,Fateh menggeleng dan ia melihat Muntaz lebih dekat."Ayo bawa kerumah sakit" Thariq segera mengangkat Muntaz dan berlari kemobil.
Tim yang melihat juga ikut panik,namun mereka tidak bisa ikut kerumah sakit karena harus menjaga rumah.Fateh dengan pelan mengikuti mereka dari belakang bersama Sajidah. Pusing???tentu masih Fateh rasakan namun ia tak perduli.
"Ayo cepat" Thariq sudah siap dengan Muntaz yang dipangku oleh Saaih dan Bu Geni serta yang lain sudah dibelakang.
Semuanya sudah masuk, Thariq menjalankan mobilnya dengan cepat karena Panik.
"Ya Allah Muntaz Muntaz bertahan yahh" Bu Geni terus berdoa agar tidak terjadi sesuatu pada Muntaz,Sohwa dibelakangnya mencoba menenangkan Bu Geni yang terus menangis."Semoga Muntaz baik baik Saja" Doa Sajidah mendapatkan senyuman dari semuanya.
Fateh terus memegang Pundak Saaih menahan pusing yang kini masih ada, menyembunyikan wajahnya pada Kursi mobil dan rasa paniknya terhadap adiknya ini yang selalu hadir."Fateh kamu benar benar tidak apa apa??" Fateh menatap Bu Geni dan kembali menggeleng dengan senyum yang terukir dan terlihat lelah.
"Ayu ayo bersihkan bekas darahnya " Icem sangat Panik ia bahkan tidak bisa berbuat apa apa sungguh kaget.
"Aku akan telepon Pak Hali" Bani datang dengan buru buru langsung menelpon Pak Hali yang sedang bekerja diluar kota.
"Siska Atta sudah dikasih tau??" Siska menggeleng dan segera mengambil handphonenya dan menelpon Atta."Umi sudah sampai Thariq panggil dulu bantuan" Thariq bergegas turun dan memanggil bantuan.
Tak lama datang beberapa suster dan dokter dengan bankar yang sudah disiapkan.Muntaz segera diturunkan dibantu beberapa suster dan membawanya ke UGD.
"Semuanya silakan tunggu disini". Semua mengerti membiarkan mereka melakukan tugasnya.
Bu Geni yang sedari tadi tidak berhenti menangis terus ditenangkan oleh Sajidah dan Sohwa,Saaih dan Thariq mereka saling diam
Semuanya hening hanya ada isakan tangis dan ucapan doa yang mereka lontarkan."Pasien kekurangan banyak darah golongan darah pasien AB serta persediaan disini sedang kosong" semua lemas lalu pandangan Bu Geni teralih pada Fateh yang memiliki golongan darah yang sama.
"Fatehh" Fateh menatap Bu Geni mengerti apa yang harus ia lakukan dan ia pun mengangguk.
"Golongan darah saya sama dengan Muntaz"
Suster itu menatap Fateh dan mengangguk.
"Ayo Ade ikut saya" Fateh mengikuti Suster itu kedalam.Dilihatnya Muntaz terbaring lemah dengan beberapa alat medis yang tertata ditubuhnya.
"Berbaring De" Fateh menurut dan langsung naik ke Bankar didekat Muntaz.
"Abang akan lakukan apapun itu termasuk nyawa Abang buat kamu" lirih Fateh pelan dengan rasa linu dimana darahnya kini sedang di donorkan kepada Muntaz..
Kini kepala Muntaz telah selesai diobati serta kondisinya yang sudah stabil.Darah yang didonorkan cukup banyak membuat Fateh kini sedikit pucat.
Ia memilih memejamkan matanya dengan nafas yang ia atur perlahan.
"Sudah selesai Fateh" dokter itu melepaskan selang penghubung (apa namanya)
Namun Fateh tak kunjung bangun.
"Fateh heii" dokter itu mengguncang tubuh Fateh perlahan namun Fateh tetap belum bangun."Bawa pasien Fateh Halilintar dan Muntaz halilintar keruang rawat inap biasa."
Ucap Dokter,suster itu mengangguk lalu mendorong Bankar Muntaz dan bankar Fateh.Pintu itu terbuka semua lantas berdiri dan melihat Muntaz yang masih terbaring serta Fateh dibelakangnya.
"Lancar??" Dokter itu menatap Bu Geni dan tersenyum.
"Alhamdulillah lancar, untuk Fateh ia tak sadarkan diri mungkin lemas atau kelelahan karena darah yang didonorkan lumayan banyak.
Ucap dokter itu,Bu Geni bersyukur lalu mengikuti yang lainnya keruang rawat inap.
KAMU SEDANG MEMBACA
flow of life Fateh Halilintar TAMAT ✔️
Non-FictionApapun alur kehidupan yang kita jalani, maka ambillah respon positif atas setiap alur kehidupan yang terjadi".