One shoot (HARAPAN)

268 26 6
                                    

Buku itu tak pernah lepas dari genggamannya, buku Gen Halilintar the Father buku kebanggaan keluarganya.
Mata itu tak berhenti menangis, mengingat semua harapan keluarganya yang diserahkan semua kepadanya.
Tersenyum rapuh kala ia mencoba mengatakan "i'm fine".

"Fateh,hari ini kamu ada 3 acara 2 di mall dan satu lagi met di Cijeruk."
Fateh menutup matanya mengangguk dengan pelan dan air mata yang terus turun..

"Kak Jidah,tidak bisa kan Ateh sehari saja tidak datang???" Ujarnya tanpa menatap Sajidah .

"Kamu mau kita rugi Teh???" Jawaban itu terdengar kesal,Fateh berdecak kesal, Sajidah langsung begitu saja pergi meninggalkannya.

Kadang ya berpikir kenapa harus ia kenapa harus dirinya?? dirinya yang masih kecil dirinya ingin bebas ini harus seperti ini harus bekerja keras menanggung semuanya. Kenapa??? Kenapa???

Ia berdiri,menatap dirinya dari cermin raut wajah lelah tergurat jelas.
Mata itu sayu, bibir itu kering dan wajah itu pucat menandakan bahwa ia tidak baik baik saja!

   Saaih tengah sibuk mempersiapkan semuanya, Thariq yang masih asik menonton tv bersama yang lain, Sajidah yang menyiapkan perlengkapan Fateh.
Serta Sohwa yang masih setia dengan handphonenya dari tadi.

"Kak, sekarang kita berangkat" Fateh tutun dengan lemas, sontak semua menatapnya dan tersenyum.

"Cie shooting terus... Semangat Fateh semoga gajinya gede" Entahlah,yang jelas perkataan Fatim membuat Fate kesal,apa ia tidak melihat dirinya yang lemas dan lesu??

"Terserah"
"Teh,Abang nanti mau renovasi kamar Abang .. bagi itu yah" Thariq menggoda namun sama sekali tak digubris oleh Fateh karena ia tau Thariq meminta uang.

"Yaudah kita berangkat assalamualaikum"
"Waalaikumsallam" suasana kembali seperti semula, secara tidak langsung tindakan mereka seolah menyuruh Fateh untuk berkerja keras demi mereka.

Saaih melihat sekitar, Suasana tidak begitu ramai,ia menatap Fateh yang sudah terpejam mungkin  ketiduran.
Ia berniat membangunkan namun Sajidah menahannya.

"Tunggu dulu,lu ngerasa gak kalo Fateh beda???" Saaih mengerutkan keningnya bingung.

"Engga"
Jawaban Saaih membuat Sajidah menghela nafas gusar ia menatap malas Fateh lalu beralih ke Saaih.

"Dia kayanya sakit" Sajidah menempelkan tangannya dikening Fateh dan benar, badannya sangat panas.

"Gimana kak???" Sajidah menggeleng dan menyembunyikan wajah paniknya.
"Yaudah sekarang Fatehnya bangunin"
Saaih lalu membangunkan Fateh lalu setelah itu mereka pergi ketempat acara.

"Teh semangat yah" Fateh melirik tajam Saaih tanpa jawaban ia langsung naik ke panggung kala host memanggilnya.

Setengah jam berlalu,semua berjalan dengan lancar Fateh turun sebentar sekedar beristirahat.
Ia turun dengan lemas merasa dirinya sudah sangat lelah.

"Teh,makan dulu" Fateh menatap Sajidah pandangannya memburam dunianya berputar dan tubuh itu ambruk tanpa tahanan.

"Fateh" semua kru terkejut mendengar teriakan Sajidah dan pandangan merka tertuju pada Fateh yang sudah diangkat beberapa kru.

"Fateh, Fateh... Bangun Teh" Pipi itu terus ditepuk tepuk namun nihil Fateh sudah lelah dan ia butuh istirahat.

"Sepertinya dia sakit,lihat wajahnya juga pucat dan tubuhnya panas" seorang kru berucap Sajidah tak henti hentinya mencoba membangunkan Fateh,

Dan berhasil,mata itu terbuka pandangnya masih buram,rasa pusing itu masih ada membuatnya hanya diam dengan air mata yang turun.

"Fateh kamu pusing???" Terdengar lirih suara Saaih Dan pandangan itu kembali gelap dirinya kembali tak sadarkan diri membuat semuanya panik.

"Panggil ambulans cepat!!!" Panik Sajidah dan seseorang menjauh untuk menelpon ambulan.

"Guys,Fateh masuk rumah sakit"  ucapan Thariq membuat semuanya terkejut.
"Hah serius!!"
"Ko bisa??"
"Kapan??"
"Rumah sakit mana???"
Pertanyaan itu memenuhi otak Thariq membuatnya pusing.
"Sudah!!! Sekarang kita susul kerumah sakit sejahtera" jawab Thariq,tak ada pertanyaan lagi mereka segera bersiap dan segera berangkat.

" Dok bagaimana??" Dokter itu menghela nafas panjang membuat mereka berdua tambah panik.

"Dia sangat lelah, tubuhnya kekurangan istirahat dan dia kemungkinan tertekan"

Jleb mereka seperti disambar petir,seburuk itukah kondisi Fateh?? Sampai mereka tak menyadari apa yang telah terjadi.

"Kak Jidah" Sajidah melihat yang lain datang dengan panik dan langsung tertuju pada dokter itu.

"Dia sudah sadar dok??"
"Sudah,kalian bisa menjenguknya namun jangan menambah beban pikirannya."

Mereka mengangguk dan satu persatu masuk, melihat Fateh yang duduk dengan tatapan kosong.
Detik berikutnya Thariq memegang lundah Fateh membuat mereka saling bertatapan.
Fateh menatap Thariq penuh dengan amarah, pandanganya beralih pada semuanya yang terlihat sedih.

"Kenapa sedih?? Kalian disini mau apa?? Mau lihat kondisi Fateh atau mau nanya kerugian ??"
Sohwa menatap Fateh dan menggeleng, Fateh tersenyum miring menatap semuanya.

"Teh,kamh ngomong apa si?? Kita disini khawatir!!" Atta memegang pundak Fateh namun langsung ditepis kasat oleh Fateh.

"Iyah khawatir, khawatir kalo kita bakal rugi," bentakan Fateh membuat mereka diam terpaku.

"Kalian puas melihat Fateh seperti ini?? Hah?? Puas??? Kalian puas melihat Fateh menderita dengan tubuh yang lemah??? Pikiran daya tahan tubuh seseorang terbatas,,,, dan kalian memberikan semua harapan kalian pada Fateh!!!! Apa kalian fikir Fateh kuat??? Tidak!!!!"

Saaih menahan Fateh yang sudah tidak terkontrol, dirinya mencoba mengatakan
"Maaf" namun itu semuanya bagai angin lalu bagi Fateh ..

"Kalian semua pergi!! Pergi Ateh bilang pergi ahhhh !!! Dasar gak berguna dasar bodoh!!!" Kata kata itu sudah kasar,membuat hati merka hancur satu persatu dari mereka pergi, kini meninggalkan Atta dan Fateh.

"Abang minta maaf!" Fateh menatap Atta,ia menggeleng mengambil sebuah pisau buah dan..

"Fateh!!!"

Ending....

Hallo guys sekarang one shoot dulu yah bun 🥰

flow of life Fateh Halilintar TAMAT ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang