Hallo,,, kali ini mau ada opening aha🤣
Boleh kan??Btw,,,aku mau minta pendapat...
Kalian setuju tidak jika setiap 10 chapter selalu ada one shoot??
Komen yah by❤️Okelah lanjut... enjoy❤️
"Baru juga ia bangun... Abi sudah membuatnya seperti itu..." Geni beranjak meninggalkan Hali yang kini menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan..
"Apakah Abi sudah bilang,Abi tidak tau..." Semua menatapnya,Geni menghentikan langkahnya tanpa menatap Hali suaminya.
"Terus kenapa ia seperti itu?? bukannya Abi yang berada bersamanya terakhir kali??" Thariq yang tak nyaman dengan situasi ini segera melerainya.
"Sudahlah... Umi Abi ada gh kids disini" ujarnya,Sohwa menghampiri Geni dan memeluknya erat.
"Umi akan membuat Fateh kuat semampu umi..."
"Umi pikir Abi tidak bisa?? Bukannya Abi juga ayahnya...""Kak icem bawa gh kids keluar.." Titah Sohwa dan icem mengangguk.
"Ayo Mumtaz, Soleha,dan Qahtan kita main" mereka mengangguk dan meninggalkan tempat tersebut."Jika kau bisa menjaganya,lantas mengapa ia seperti ini ??? Ia baru bangun...baru saja sadar..."
"Umi sudah umi.." Sajidah dan Sohwa terus menenangkan Geni yang terus menangis."Salahkan Abi saja terus" Thariq memeluk Hali begitupun Saaih, sungguh ini pertengkaran pertama dalam keluarga mereka.
"Sudah ini tempat umum,,,apa umi dan abi tidak.."
"Keluarga pasien Fateh Halilintar"
Ucapan Saaih terpotong kala seorang dokter keluar dari ruangan Fateh."Iyah saya uminya"
"Pasien terlalu banyak pikiran,ia juga sepertinya sedang syok... Kalian bisa menjenguknya dan orang tuanya bisa ikut saya??" Ujar Dokter berkemeja putih gading tersebut."Baik dok" Geni dan Hali pergi mengikuti dokter tersebut dan meninggalkan yang lain.
Terlihat dari langkah mereka,Hali mendahului Geni yang lain menatapnya sedih,ada apa dengan keluarga mereka??Pintu itu terbuka,Semua masuk melihat Fateh yang kini terbaring lemah di ranjang pesakitan.
"Assalamualaikum Fateh..." Sohwa langsung duduk didekat ranjangnya dan mengusap kepala Fateh dengan lembut."Apa kalian tau masalah apa yang terjadi antara umi dan abi??" Mereka menggeleng,menatap Saaih yang tadi bertanya..
"Entahlah,kita tak tahu.. ini seperti ada yang mereka sembunyikan..." Thariq berpendapat dan semua mengangguk tanpa berkata.
---
"Silakan duduk Bu pak.." mereka mengangguk,dan duduk bersampingan tanpa ada tatapan antara mereka.
"Terimakasih"ujar Geni dan tersenyum.
"Begini, untuk keadaan Fateh halilintar,ia sedang dalam keadaan stres... Rasa kepanikan dan cemas yang berlebihan membuat pisik dan pola pikirnya lelah,,, apakah ada sesuatu yang menyebabkannya seperti ini??"
"Say tidak tahu selama...."
"Dia ketakutan dan cemas kala ada hujatan hujatan dari orang orang yang tidak menyukainya dan membuatnya tertekan."
Hali menatap Geni yang memotong ucapannya, terlihat jelas bahwa Geni lebih tau dari dirinya."Benar dugaan saya,memang umurnya masih dibawah umur dan pikirannya belum bisa menampung semua itu,,,saran saya, hentikan dulu kegiatannya yang berhubungan dengan itu jika bisa jangan dulu beri dia handphone,,,saya takut ia selalu merasa takut dan cemas."
"Baik dokter,nanti akan kami lakukan yang terbaik... Terimakasih dokter..." Ujar Hali meninggalkan Geni sendirian di ruangan itu membuat dokter itu menatap heran.
"Yasudah saya permisi duku terimakasih sekali lagi"
--
Ruangan itu masih sepi,sepi karena yang lain sibuk dengan pemikirannya masing-masing dan gh kids yang sedang pergi bermain.
"Assalamualaikum" semua terdiam, Hali datang dan langsung menghampiri Fateh.
"Waalaikumsallam" jawab semuanya..."Umi mana Abi??" Tak ada jawaban, Thariq dibuat heran dan mengecek keluar terlihat Geni yang masih berjalan di koridor.
"Abi ada masalah??" Sohwa yang terus melihat Hali yang teru menunduk dan mengusap tangan Fateh.
"Tidak,sudah jangan bahas itu"jawabnya, Sohwa mengangguk mengerti."Assalamualaikum" Geni datang dan semuanya tersenyum.
"Fateh sudah sadar??" Sajidah mengangguk dan tersenyum begitupun Geni yang kini menghampiri Fateh.
"Handphone Fateh mana??" Iyyah menyerahkan Hp Fateh kepada Geni yang sedari tadi ia pegang.
"Ini umi,tidak dikunci.."
"Terimakasih.." Geni tersenyum dan mengusap kepala iyyah."Terbukti siapa yang lebih tau..." Ujar Geni pelan dan hanya Hali yang dapat mendengarnya karena ia yang paling dekat,
"Sudahlah kita jangan bertengkar disini...kau selalu memojokan ku seolah aku tidak peduli pada Fateh..." Tegas Hali, semuanya hening tak ada jawaban.
"Lanjutkan saja bertengkar kalian" mereka terkejut, memandang Fateh yang masih terpejam namun mereka yakin itu suara Fateh.
"Fateh kamu sudah sadar??" Fateh mengangguk masih dengan mata terpejam tanpa menatap Hali yang kini memegang erat pipinya.
"Fateh mau tidur" pegangannya ia lepas ia terus mengusap rambut Fateh penuh dengan sayang sampai Fateh tenang kembali
KAMU SEDANG MEMBACA
flow of life Fateh Halilintar TAMAT ✔️
Não FicçãoApapun alur kehidupan yang kita jalani, maka ambillah respon positif atas setiap alur kehidupan yang terjadi".