M A T I (one shoot)

424 27 4
                                    

apa kalian lihat?? Kita semua bangkrut...!! Dan gara gara mereka berdua.. mereka yang terkenal!!" Sohwa berteriak, semuanya menundukkan... memang benar.

"Kita harus bagaimana kak??" Saaih menatap Fateh yang kini tertidur di sofa...
Sohwa tersenyum licik kepadanya.

"Kita bersenang-senang dengan mereka," Sajidah berucap,mereka mengerutkan keningnya
"Kemarilah" semua berkumpul merencanakan aksi mereka yang mungkin sudah GILA.

Remaja itu terbangun, semuanya terasa sepi..sudah berapa lama ia tertidur??

"Kakk..." Tak ada jawaban, namun ia melihat Muntaz sedang berada membelakanginya.

"Muntaz...yang lain kemana??" Muntaz menatap Fateh, ia tersenyum dan menggeleng.
"Kau kenapa Muntaz?? Aneh.." celetuk Fateh yang hanya mendapatkan tatapan tajam dari Muntaz.

Dari arah tangga, Thariq datang dengan sebuah sapu tangan yang telah dicampur obat..ia menghampiri Fateh yang sepertinya masih bingung.

"Bang Thariq.. Abang dari ma..."
Ucapannya terpotong kala Saaih memegang erat tangannya dari belakang.

"Bang... Ini ngapain si??". Thariq semakin dekat,dan kini menempelkan kain itu dimulut Fateh yang terus memberontak.

Tubuh itu melemas dalam posisi berdiri, Thariq tersenyum dan membaringkan tubuh Fateh dilantai.

Sohwa dan Sajidah dengan perlahan masuk kedalam kamar Fatim.. semuanya nampak sepi.. namun mereka mendengar sesuatu dikamar mandi.

"Dia dikamar mandi" Jidah mengangguk dan mendekati kamar mandi.

"Fatim kau sedang apa??"

"Sebentar kak Sohwa... Fatim sudah cuci muka"

Cleck

Pintu itu terbuka,Sohwa langsung memeluk erat Fatim dan Sajidah langsung menyuntik Fatim.
"Auuu" Fatim memberontak namun sayang, tenaganya terkalahkan.

"Kakkkkkk* teriak Fatim sebelum tubuhnya melemas dipelulan Sohwa.
"Beresss" Tubuh lemas itu digusur,dengan sigap membawanya kebawah.

"Saaih.. coba cek penghasilan Fateh" Saaih mengambil handphone yang ada disaku celana Fateh dan mengeceknya.

"Gila.... 14 JT per Minggu" kagum Saaih menatap Fateh bingung.

"Ehh itu ngapain disitu?? " Sajidah berteriak dari atas Dengan Fatim yang ia bawa bersama Sohwa.

"Ihhh. Terus kemanain??" Keluh Thariq,
"Bawa kekamar kamu...
Kalian Fateh.. kita Fatim" tegas Sohwa, Thariq mengangguk dan segera mengangkat tubuh Fateh.
Dan membawanya kekamar.

Dengan teganya Thariq membaringkan tubuh Fateh kekasur begitu saja.
Entahlah terlalu haus akan kesuksesan...

"Saaih telepon bang Atta" titah Thariq dan Saaih pun mengangguk.

"Apasih hebatnya Lo Teh??" Thariq menghampiri Fateh dan memegang erat pipinya.

"Apa Lo pikir karena Lo tampan Lo bisa ngalahin kita??" Tak ada jawaban,mata Fateh masih terpejam,

Plakkkk

Tamparan keras Thariq membuat Saaih harus menatapnya,rasa ingin meniru apa yang dilakukan abangnya ini semakin besar,Ia menghampiri Thariq dan mengangkat tubuh Fateh.

"Pegang bang" dengan sigap Thariq memegang kedua tangan Fateh,Saaih sudah bersiap dengan tangan yang mengepal.

Bughh bughh
Beberapa pukulan mendarat diperut Fateh,
Dengan perlahan mata itu terbuka disambut rasa sakit yang melilit.

"Masih idup Lo??" Fateh memejamkan matanya merasakan sakitnya pukulan Saaih.
Tak peduli kini Saaih sedang mengomel tak jelas didepannya.

--

Brughhh

Sohwa melemparkan Fatim kelantai, tak ada pergerakan semuanya sudah siap dengan apa yang akan mereka lakukan.

"Kakkk" terdiam,mereka membalikkan tubuh Fatim, dilihatnya mata itu terbuka dengan kerutan kening dan tangan yang berusaha berdiri.

"Mau kemana Lo?" Kaget bukan main,Fatim berdiri sekuat tenaganya memandang semua Kaka perempuannya.

"A...ppaaa kakkk"

"Jlebbb" tak terduga Sajidah dengan cepat menusuk perut Fatim.

"Auuhhhh"luruhnya tubu itu ditangan Sajidah,Fatim terus meremas perutnya yang kini banyak mengeluarkan darah.

"Bughh" tendangan Sohwa membuat Fatim terbalik dan meringkuk.

Mereka terus menatap Fatim yang kini sedang kesakitan, tersenyum kemenangan kala Fatim berhenti bergerak.

"Jidah cek yah"
Sajidah menempelkan 2 jari tangannya di leher Fatim, hening dan tersenyum.

"Beres kak.. sekarang kita lihat Fateh" ujarnya meninggalkan Fatim yang kini sudah tak bernyawa.

--

"Bang Atta dia mau kita apakan?" Atta nampak berfikir,namun tiba tiba Sohwa dan Sajidah datang.

"Mana iyyah??"

"Dia dikamar mandi,kalian belum selesai?" Thariq menggeleng tersenyum kagum pada kakaknya ini yang kini banyak bercak darah dibaju merek.

"Cepet banget gila"

*Harus dong" sombong Iyyah yang baru datang dengan beberapa pisau yang ia bawa

Mereka terus menatap Fateh yang bergerak gerak kecil dengan tangan yang terus meremas perutnya.

"Fateh.." tak ada respon,Fateh masih dalam keadaan yang sama.

"Bangun Teh...bangun" tubuh lemas itu diangkat dengan tangan yang ditahan oleh Saaih,Atta menatap Fateh yang berkaca kaca.

Iyyah menghampirinya dan

Srettt goresan itu terbentuk dipergelangan tangan Fateh, Fateh terus meronta dengan tangis yang keras.

Jlebbb

Giliran Atta,ia dengan bebas menusuk perut Fateh menghabisi nyawanya dengan sadis dan tanpa ampun.

"Euhhhh" tubuh itu luruh,dari luar Thariq datang dengan Fatim yang ia gusur, memasukannya kedalam kamar mandi bersamaan dengan Fateh.

Beberapa guyuran mereka berikan, entahlah mereka gila. Layaknya memandikan bayi, air itu menjadi meerah darah.

Tersedia 2 peti untuk Fatim dan Fateh.
Sohwa sudah siap dengan alat alat make up.
Wajah pucat itu kini mulai ia hiasi, menjaganya agar tetap utuh agar bisa terus melihat wajah adik adiknya yang mereka bunuh itu.

Wajah pucat itu kini mulai ia hiasi, menjaganya agar tetap utuh agar bisa terus melihat wajah adik adiknya yang mereka bunuh itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
flow of life Fateh Halilintar TAMAT ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang