Beban

353 30 8
                                    

Mata itu terbuka, ruangan bernuansa putih dengan bau obat obatan yang menusuk.
"Ehem" kodenya pada orang orang yang ada di sana jelas mereka semua menatapnya.

"Fateh, kamu tidak apa apa??? Pusing tidak??" Geni mengelus rambut Fateh dengan lembut,Fateh tersenyum dan mengangguk.

"Hahah nangis yah.." Geni menggeleng,ucapan Fateh itu membuatnya Malu dan segera menghapus air matanya.

"Tidak..." Jawabnya mencoba tegar,Fateh tersenyum ia tahu itu...

"Fateh mau duduk.." Geni dengan sigap membantu Fateh, menyenderkan tubuhnya dengan sandaran bantal.

"Ada lagi??"

"Tidak ada.. terimakasih".

"Kamu kenapa pingsan tadi teh?" Semua menatap Sajidah dan menggeleng.
"Kak..." Thariq menyenggol Sajidah dan ia hanya menutup mulutnya.

"Hahaha gak tau kak.. Fateh gak tau"
Jawabnya dengan tatapan yang fokus ke tangannya,dimana selang infus tertancap rapih disana.

"Assalamualaikum" Semua menatap kearah pintu,Fateh tersenyum lebar akan seseorang itu.

"Abi..." Girangnya semua berhamburan menyalami ayah panutan mereka itu.
"Fateh..kamu baik-baik saja??" Fateh mengangguk,ia sangat senang...senang sekali...

"Eum kalian semua,Fateh mau bicara 4 mata bersama Fateh bisa??"

"2 mata..gaya Teh.. kamu it.." belum juga Saaih selesai berbicara, ia sudah didorong oleh Thariq membuatnya kesal.

"Lo harusnya ngarti ahh botak"celetuk Thariq,Saaih tak menjawab biarlah..

Pintu itu tertutup menyisakan Fateh dan Hali yang kini saling diam.

"Fateh..Abi mau tanya"
"Tanya apa Bi??" Kini mereka mulai serius, Hali menatap Fateh dalam, memegang erat tangannya.

"Kamu Itu kenapa?? Kata mereka belakangan ini kamu sering sakit... Coba cerita"

Fateh menunduk, tubuhnya bergetar hingga air mata turun membuat Hali kaget.

"Kenapa menangis??" Tak ada jawaban,Fateh diam... Memegang erat tangan Hali.

"Fateh,Fateh cape Bi.. " keluhnya,Hali semakin erat memeluknya, merasakan kelemahan dalam putranya itu

"Fateh kan kuat,,Fateh harus semangat... Bukannya Fateh ingin seperti bang Atta?"
Fateh mengangguk,mengusap air matanya dan tersenyum.
"Sudah yah..jangan terus sakit...kasian yang lain mereka kerepotan"

Entahlah namun Fateh menganggap kata kata ini adalah sebuah peringatan dan pernyataan bahwa dirinya merepotkan.

"Jadi Fateh merepotkan??" Hali mengerutkan keningnya apa yang ia maksud??

"Apa teh?? Bukan seperti itu maksud.."
"Benar kan... Fateh anak gak berguna benar kata mereka dan itu sudah terbukti!!!"
Potong Fateh langsung, berteriak tak memandang Hali.

"Fateh kamu kenapa?? Bukan itu maksud Abi hey" tangannya yang mencoba memeluk Fateh, langsung ditepis, Hali menyadari mungkin dirinya salah berbicara.

"Fateh!!" Fateh diam dengan tatapan kosongnya entah kearah mana.

"Fateh!!!" Sekali lagi,ia guncangkan tubuh itu masih tak ada respon.

"Fateh!!" Akhirnya kepanikan itu datang,Hali segera berlari keluar memanggil bantuan.

"Abi ada apa Abi??" Tak ada jawaban,mereka memutuskan untuk masuk kedalam melihat Fateh yang kini sedang terdiam dengan pandangan kosong dan air mata yang mengalir.

*Permisi semuanya bisa keluar dulu"seorang dokter dan beberapa suster datang,mereka langsung mengguncang tubuh Fateh, melambaikan tangannya didepan wajah Fateh masih tak ada pergerakan.

"Semuanya saya mohon keluar dulu"
Mereka menurut dan akhirnya pergi keluar.

"Fateh ,Fateh hei sadar Teh.." dokter itu terus menepuk nepuk pipi Fateh dan masih tetap tak ada respon.

"Fateh depresi, siapakn obat penenang" mereka mengangguk dan segera melaksanakannya.

"Abi Fateh kenapa lagi Bi??? Tadi abi buat apa??!" Geni terus memukul dada Hali,semua yang menatapnya sedih...seterpuruk itukah??

"Abi tidak tahu,ia tiba tiba menangis dan berkata bahwa dia menjadi beban dan tidak berguna, setelah itu dia ...." Terangnya tak kuasa membendung air matanya hingga akhirnya tumpah.

" Terangnya tak kuasa membendung air matanya hingga akhirnya tumpah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
flow of life Fateh Halilintar TAMAT ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang