Chapter 5

245 36 0
                                    

Mumpung otak lagi jalan dan sebelum aku bener-bener kerja lembur bagai quda buat garap skripshit, aku up chap 5 nya.

Oke. Langsung saja. Selamat menikmati 😆😆













"Tadi aku pesan ini ya?"

"Biasanya, aku yang duluan pesan kan? Terus si Ramuda nitip yang manis. Karena terbiasa, jadi kepesan juga, makanan manisnya."

"Kalau saja ponselku tidak hilang… aku pasti sudah menghubungi Gentaro dan Daisu untuk meminta bantuan. Ataujika saja hypnosis mic masih ada di tanganku…"

"Kau boleh menelepon temanmu. Dengan syarat, kau harus memuaskanku hingga pagi menjelang. Kebetulan besok aku libur."

†★†★†★†★

"Sudah pagi?" Manik indah milik Ramuda meneliti ke seluruh penjuru ruangan. Hingga akhirnya matanya tertuju pada jam di atas laci. "Jam sepuluh."

Di ruangan itu, Ramuda hanya sendiri. Pria yang menyetubuhinya kemarin sudah hilang entah kemana.

Selimut disingkap. Menampilkan tubuh polosnya yang terlihat sangat kotor di matanya. Lebam, darah kering, bahkan bekas sperma entah milik siapa masih melekat di tubuhnya.

"Gak bisa bergerak." Ramuda menyerah. Sedikit saja ia bergerak, tubuhnya terasa sangat sakit. Belum lagi beberapa luka yang masih mengeluarkan darah. Dan tentu saja hole nya yang benar-benar sangat perih. Tidak. Daripada perih, ia lebih merasa jijik. Karena masih bisa dirasakan sperma pria itu di hole nya.

"Daisu… Gentaro…"

Air mata menganak sungai kembali. Ia sangat merindukan kedua temannya itu.

Saat ini, apa yang sedang mereka lakukan?

Apa mereka mencari ku?

Apa aku sudah digantikan dengan aku yang lain?

Pikirannya campur aduk. Ia takut, tempatnya kembali direbut oleh orang lain. Meskipun orang lain itu adalah dirinya sendiri.

Tanpa sadar, Ramuda menutup matanya. Mencoba mengarungi mimpi kembali. Tubuhnya masih sangat letih. Pria itu. Dia benar-benar membuat Ramuda kuwalahan!

"Tidak apa. Setelah ini, dia pasti akan mengembalikan ponselku." Ramuda tersenyum tanpa membuka matanya. "Aku bisa pulang dan bertemu dengan mereka berdua lagi."


















"Daisu! Bangun! Ayo bangunlah!" Gentaro menggoyangkan tubuh Daisu yang hanya memakai bokser dengan tulisan 777.

Kemarin malam, setelah mencari informasi soal Ramuda, Gentaro memutuskan untuk merelakan salah satu kamar di rumahnya agar bisa ditempati sang Penjudi itu. Lebih baik daripada harus mencari Daisu keliling Shibuya. Karena yah… Daisu tidak punya tempat untuk tinggal. Jadi dia mencari tempat yang pas untuknya bermalam. Dimana saja. Bahasa kasarnya, ngemper.

"Daisu! Katanya mau mencari Ramuda?!" Suara sedikit ditinggikan. Pria bersurai coklat itu juga tak berhenti menggoyangkan badan Daisu.

Sebuah ide brilian melintas dalam otaknya.

Gentaro menunduk. Memposisikan mulutnya di telinga Daisu. Senyum simpul pun terlukis di bibirnya.

"Tuan Daisu," ucapnya mengawali kalimat manis yang sebentar lagi meluncur halus dari mulut pembohongnya. "…apa anda tega membiarkan saya mencari Ramuda seorang diri?" Suara ala-ala putri raja dikeluarkan. Suara yang mengalun lembut, anggun, dan manis. Tak lupa, ia juga menambahkan bumbu kesedihan dalam nada bicaranya.

Seketika Daisu membuka matanya dan terduduk diam menatap horor Gentaro. Sungguh! Suara Gentaro yang bisa diubah dalam beberapa versi benar-benar membuat kepalanya nyut-nyutan. Apalagi suara ala tuan putri. Manis sih, sayang punya belalai.

"Oh. Akhirnya kamu bangun juga." Sang novelis menegapkan badannya kembali. Berdiri dan bersiap untuk keluar dari kamar tersebut. "Cepatlah bersiap-siap. Saya tunggu di meja makan. Jika kamu lupa, kita masih harus mencari Ramuda." Lanjutnya sebelum benar-benar hilang dari pandangan Daisu.

"Gentaro!!! Berhenti menggunakan suara perempuan!!!" Teriaknya frustasi.










Pendek? Iya emang. Sengaja kok 🤣🤣 aku buat agak pendek biar aku bisa sering-sering ngepost juga 🤣🤣

Udah segitu aja. Tunggu kelanjutannya ya 😆😆

Vote dan komen di tunggu selalu 😘😘

Crime Psychopath 『完』Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang