yahhooo~ aku balik lagi bawa chap selanjutnya (≧∇≦)ノ
oke! gak usah lama-lama kali ya.
cekidot!
.
.
.
.
"Kita akan menangkapnya setelah benar-benar mendapatkan buktinya. Bukti yang ku berikan kemarin hanya akan mengungkap fakta kalau orang ini mengidap kelainan psikologis. Dan itu tidak bisa diadili."
"Maaf, aku tidak bisa membawa yang lebih bagus. Aku hanya bisa membawa jaket dan celananya saja."
"Setidaknya, buatlah lingkaran pertemananmu sendiri. Dengan orang yang nyata, bukan dari orang diseberang komputermu saja."
.
.
.
15.00
Shinjuku,
Hotel tempat Gentaro dkk menginap
"Jadi.... Kita harus menundukkan kepala dan memohon agar mereka membantu kita?" hening menyelimuti begitu pemuda berambut biru membuka suara untuk pertama kalinya.
"Semakin banyak orang, maka semakin baik. Itu yang ku pikirkan." Mata dwi warna milik penjaga Ikebukuro menatap sepasang manik ungu dan hijau yang ada di depannya.
"Ya. Menurut saya juga seharusnya begitu." Suara kalem khas Yumeno Gentaro terdengar yang kemudian diikuti dengan senyum di bibirnya.
"Gen, kau sadar dengan apa yang kau katakan barusan?"
"Sangat sadar." Gentaro tersenyum ke arah Daisu yang cemberut. Ia buru-buru melanjutkan perkataannya sebelum pemuda itu kembali melayangkan protes. "Kita tidak bisa menghubungi polisi. Karena itu akan merepotkan, untuk saya, untukmu, untuk Ramuda. Shibuya juga pasti akan gempar apabila ini semua sampai terbongkar." Dari manik hijaunya, Gentaro menatap Daisu yang membuang muka. Bibirnya dimanyunkan, mau protes, tapi percuma. Apa yang dikatakan oleh Gentaro ada benarnya juga. Apalagi kalau hal ini sampai membuat Chuuouku turun tangan. Dan mungkin, tanpa permisi malah menaruh Ramuda di Shibuya sebagai pengganti.
"Jadi, kalian setuju kalau saya juga ikut mencari keberadaan Amemura?" pria tinggi dengan rambut terurai membuka suara. Wajah sarat akan kekhawatiran tercetak pada paras sang Dokter. Meskipun itu hanya bisa ditangkap oleh indera Ichiro dan Gentaro saja.
Ichiro tahu dan paham betul seberapa dekatnya Jinguji Jakurai dan Amemura Ramuda. Dulu. Ketika mereka masih ada di tim yang sama. Daripada dekat, keduanya malah terlihat sebagai pasangan kekasih di mata Ichiro. Ia mengingat tentang semua pekerjaan remeh dan terkesan konyol yang diberikan oleh pemuda pink itu padanya, namun ia malah diberi imbalan yang tak sedikit. Bukan hanya dirinya saja, dulu, Samatoki juga pernah mengatakan hal yang sama dengan apa yang ada dibenaknya. Seperti, "Si Ramuda sama Dokter pacaran ya?" atau "Mereka lengket banget, heran. Kayak amplop sama perangko gak sih, Chir?"
Kadang, Ichiro dan Samatoki juga memergoki keduanya tengah berjalan beriringan sembari membawa kantong belanjaan menuju apartemen milik Jakurai. Atau sekedar jalan-jalan santai, atau duduk dan ngobrol di sebuah kafe. Meski begitu, baik dirinya maupun Samatoki tidak menanyakan lebih jauh. Toh mereka tidak terganggu oleh itu semua. Jadi, ketika dirinya tahu soal hubungan keduanya saat ini yang diibaratkan seperti anjing dan kucing, Ichiro tak mampu berkata-kata. Walau sebenarnya ia ingin bertanya, kemanakah kedekatan keduanya yang dulu.
"Ya." suara halus Gentaro menyadarkan Ichiro. "Mohon bantuannya, Dokter Jinguji." Lanjutnya dengan senyuman di bibir.
Berbeda dengan Ichiro, sang novelis memiliki kepekaan yang lumayan terasah, hasil dari mengamati orang –untuk bahan novelnya– dan juga dari dirinya sendiri yang kerap menyembunyikan segala ekspresi dalam topeng beserta ungkapan bohong. Ia juga memiliki informan terpercaya. Dulu, ketika dirinya direkrut oleh sang designer untuk masuk ke timnya, dirinya yang tidak mempercayai Ramuda menyuruh informannya itu untuk menyelidiki tentang si pemuda mungil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crime Psychopath 『完』
Mistério / Suspenseberawal dari sebuah kafe populer dan berakhir dengan orang psycho yang membawanya kembali pada rasa keputus asaan beberapa minggu yang lalu. "Ayo kita bermain sama-sama, Ramuda." "Kau gila." "Memang." cerita ini fiktif, nggak ada sangkut pautnya pad...