Chapter 9

214 29 13
                                    

yo yo yo! Naru disini. aku mau up chap selanjutnya nih. hihihi.... 

buat part ini, aku gak sadar kalo ternyata panjang banget wwwww 

moga kalian suka dan gak bosen ya. oke. langsung aja yuk.

.

.

.

"Pintunya terkunci. Jendelanya juga. Dan tertutup gorden. Gak bisa liat dalam nih."

"Tapi kalau begitu, kita jadi mengulang dari awal."

"Awalnya ku pikir dia sedang menjemput adik atau semacamnya. Tapi setelah ku lihat lagi, mana ada orang yang menunggu di depan gedung SMP dengan wajah memerah seperti orang bernafsu."

"dia pindah dua hari yang lalu."

.

.

.

.

"Sekarang, apa yang harus kita lakukan?" Daisu membuka suara setelah hening menyelimuti hampir satu jam lamanya.

Beberapa makanan dan minuman yang tersaji di depan keduanya sama sekali tidak tersentuh. Pikiran mereka melayang ketika dua gadis yang mereka temui tadi mengatakan kalimat sederhana dan mudah dipahami oleh keduanya, namun sarat akan putus asa.

Hanya dengan beberapa kata saja, keduanya sudah lemas. Orang itu sudah pindah. Dia sudah tidak ada disini lagi. Mereka gagal. Keduanya tak bisa mengambil kembali Ramuda mereka dari orang tak waras itu. Mereka gagal melindungi posse mereka.

Dia pindah...

Kita terlambat...

Kita tak bisa menyelamatkan Ramuda...

Hanya kalimat itu yang berputar di pikiran mereka. Kacau? Pasti! Putus asa? Jelas! Bayangan negatif bermunculan dalam otak mereka, bagaikan adegan dalam sebuah film.

Daisu menatap teman seperjuangannya itu dalam diam. Lagi-lagi pertanyaannya tak dijawab. Bahkan, itu adalah pertanyaan yang ketiga kalinya dan dengan kata-kata yang sama. Tapi yang ia dapat juga tak berubah. Gentaro tetap diam mematung dengan raut wajah yang tak pernah dilihatnya selama ini. Wajah yang selalu menampilkan kebohongan di setiap menitnya, kini hanya terlihat seperti wajah seorang pemuda lugu yang tak menyembunyikan apapun. Gentaro menanggalkan semua kebohongan pada wajahnya.

"Aku tidak mau kehilangan sesuatu yang berharga lagi." Lirih sang novelis. Begitu lirih, hingga tak bisa ditangkap secara keseluruhan oleh indera pendengaran Daisu.

Daisu mengehela napas panjang. "Mau nyerah?" teh yang sudah dingin disruput pelan.

Hening masih menyelimuti. Gentaro sama sekali tidak menanggapinya.

"Kalau kau mau nyerah, kita balik aja ke Shibuya. Kau pulang ke rumahmu dan kerjakan novelmu, sedangkan aku kembali ke taman. Lupakan semua hal yang terjadi hingga hari ini. Lupakan semua hal tentang seseorang dengan nama Amemura Ramuda. Toh, aku yakin dia sedang sekarat sekarang. Dan mungkin saja sudah tak terselamatkan."

Gentaro tersentak.

"Kita kembali ke hidup normal kita yang lama, tanpa rap battle, tanpa embel-embel perwakilan divisi. Kembali ke kehidupan kita sebelum dia dengan seenak jidatnya menyeret kita dalam sebuah tim bernama Fling Posse."

BRAK

Gentaro berdiri dan menggebrak meja dengan keras. Bahkan beberapa pasang mata yang ada di kafe itupun menatap penuh tanya padanya.

Crime Psychopath 『完』Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang