Chapter 11

147 28 17
                                    

yohooo~

aku up lagi wwwww

sebenernya ini kemarin udah selese 75% mau ku up dobel kemarin gak jadi wwww

oke! cekidot!!!

.

.

.

"Ada banyak hal yang mengganggu ku. Seperti yang aku katakan kemarin, soal Samatoki, itu bukan sifatnya yang malah membentak orang yang membutuhkan bantuan. Apalagi, permintaan bantuan itu menyangkut teman lama. Rasanya ada yang aneh."

"Jika temanmu menghilang tanpa jejak, dan meskipun kau sudah meminta bantuan pada polisi atau orang lain, apa kau akan diam saja dan menunggu?"

"Sebelum menyerahkan orang ini ke polisi, mungkin saya ingin ke alamat apartemen barunya. Hanya untuk memastikan."

.

.

.

.

19.00

Shinjuku,

Kediaman Jinguji Jakurai

"Maaf, hanya bisa menyuguhkan teh." Ucap Jakurai sembari meletakkan gelas berisi teh di depan tamunya, Yamada Ichiro.

"Terima kasih. Maaf merepotkan Pakde."

"Jadi..." Jakurai menggantung kalimatnya. Didudukinya sofa empuk yang ada di depan remaja 19 tahun itu, sehingga membuat keduanya saling berhadapan. Tanpa meninggalkan senyum ramah khas seorang Jinguji Jakurai, ia memulai kalimatnya kembali. "Bantuan apa yang bisa saya berikan untuk Nak Ichiro yang sudah datang jauh-jauh dari Ikebukuro?"

Ichiro ragu. Mulutnya membuka, namun pada akhirnya ia tutup kembali. Ingin hati untuk menanyakan apa yang sebenarnya terjadi antara dokter di depannya itu dengan Ramuda. Hingga membuat dokter hebat itu memintanya agar berhati-hati dengan Ramuda. Tapi, ia merasa kalau itu akan mengganggu privasi diantara keduanya. Toh, ia juga tidak membuka tentang permasalahannya dengan Samatoki. Rasanya ia tidak berhak untuk ikut campur dengan permasalahan mereka berdua. Sama seperti Jakurai dan Ramuda yang tidak menanyakan apapun perihal dirinya dan Samatoki.

"Nak Ichiro." Panggilan lembut dan senyum maklum diberikan. Entah bagaimana, Jakurai mengerti tentang apa yang ingin dikatakan oleh remaja di depannya itu. "Ada yang mengganggu pikiranmu bukan?"

"Ah, itu.. um... aku tidak mengerti harus bertanya seperti apa." Ichiro tertawa canggung.

"Tentang saya dan Amemura? Tentang saya yang menyuruh Nak Ichiro dan Nak Samatoki untuk berhati-hati terhadap Amemura?" senyuman tak lepas dari bibir sang dokter. Meskipun dalam kata-katanya ada aura berat yang dirasakan oleh Ichiro. Aura itu serasa mengatakan padanya bahwa Amemura Ramuda adalah sosok yang harus dihindari.

"Maaf. Kalau Pakde tidak mau menjawab juga tidak papa. Lagipula, ini hanya untuk menjawab pertanyaanku saja."

Jakurai menghembuskan napas berat sebelum berujar, "Bukannya saya tidak ingin mengatakan apapun padamu. Hanya saja, saya juga harus melihat dari sisi yang lain juga, sebelum benar-benar bisa menceritakan segalanya kepadamu dan kepada Nak Samatoki juga."

"Ah, aku mengerti kok Pakde. Lagipula, akan terasa sangat lancang bila aku meminta Pakde untuk mengatakan apa yang sebenarnya terjadi pada Pakde dan Ramuda. Hanya saja..." Ichiro berhenti sejenak. Menimbang-nimbang apakah ia harus mengatakan soal Samatoki kepada pria tinggi di depannya itu atau tidak. Dan juga mempertimbangkan mengenai Ramuda yang kini hilang entah kemana.

Crime Psychopath 『完』Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang