hai! part kali ini panjang, lagi. hehe jadi aku nggak mau terlalu banyak salam ya wwww
cekidot!
.
.
.
.
Gentaro mulai ragu. Apa benar pria yang kini tengah berdebat dengan teman seperjuangannya itu telah menyembunyikan Ramuda? Ataukah, selama ini mereka yang terlalu berperasangka buruk terhadapnya?
"Sebentar lagi kita akan bertemu dengan Ramuda. Tidak papa. Tidak papa."
"Hei Tuan Putri. Sudah waktunya kau membuka matamu."
.
.
.
Shinjuku
Sebuah kamar hotel
"Selamat datang kembali. Bagaimana keadaan apartemen si Brengsek?" sapaan dari Saburo terdengar begitu dua orang anggota Fling Posse memasuki kamar mereka. Remaja 14 tahun itu duduk di pinggir tempat tidur. Mata dwiwarnanya tidak memandang langsung ke arah Daisu dan Gentaro melainkan tetap sibuk dengan tabletnya.
"Tidak bagus. Kami tidak menemukan Ramuda disana." Ujar Gentaro lemah. Kursi yang mengarah pada jendela kaca diduduki. Menatap riuhnya kota Shinjuku dari tempatnya berada.
"Tidak apa kok Mas Genta. Karena cepat atau lambat, dia akan menunjukkan semuanya. Lewat kamera kecil kita."
"Wuoh! Sejak kapan kau memberikan kamera pada Bang Gentaro?" ucap Jiro yang langsung duduk di sebelah adiknya itu.
"Tadi sebelum Mas Genta dan Bang Daisu pergi. Bang Ichi memberikan kamera kecil untuk berjaga-jaga. Dan itu sangat berguna." Jawabnya sembari tersenyum puas.
Jiro menatap sang adik dengan seulas senyum. Ia tau kalau adiknya itu jenius. Ia juga tau soal kehebatan adiknya itu dalam urusan perangkat computer. Hacking dan segala urusan mencari informasi melalui dunia maya adalah keahlian sang adik. Dan Jiro bangga akan hal itu. Meskipun yah... dia tidak terlalu menampakkan itu semua. Karena ia hanya akan menjadi bahan hinaan sang adik. Jadi, cukup mengawasi adik satu-satunya itu agar tidak jatuh ke dunia bawah. Mengingat kemampuan Saburo bisa saja digunakan untuk hal yang tidak baik.
"Apa sudutnya sudah bagus, Saburo?" perkataan Gentaro membuat Jiro kembali dari lamunannya. Ditatapnya sang Phantom Fling Posse yang berjalan ke arahnya. Menarik kursi hingga berada di depan Jiro dan Saburo lalu mendudukinya. Sorot dari manik hijau itu terlihat serius menatap tablet Saburo. Seolah-olah jika ia tidak memperhatikan dengan seksama, ia akan kehilangan semua hal yang ingin diketahuinya.
"Bagus kok Mas. Kita bisa melihat hampir semuanya. Dan benar-benar semuanya jika si Brengsek membuka pintu yang itu." Ucap remaja 14 tahun itu sembari memperlihatkan tabletnya.
Ketika dirinya dan Daisu masuk ke apartemen pelaku, matanya langsung menjelajahi segala sudut, mencari tempat yang pas untuk menyembunyikan kamera kecil sebagai alat mata-mata mereka. Dan ketika Daisu tengah mengalihkan perhatian pelaku dengan mengajaknya adu mulut, secara sembunyi-sembunyi ia menaruh kamera itu. Sedikit ragu apakah ia sudah menaruh kamera itu dengan benar atau tidak. Namun melihat pemandangan yang dilihatnya pada layar tablet milik Saburo, ia lega. Karena itu adalah tempat yang bisa dikatakan sempurna. Meskipun tidak semuanya tertangkap oleh kameranya. Bagian kamar tidur tidak seluruhnya terlihat.
"Apa kita bisa menangkapnya sekarang?" Daisu duduk di sisi Saburo yang lain. Menatap layar tablet yang memperlihatkan seorang pria tengah beberes.
"Masih belum. Kita akan menangkapnya setelah benar-benar mendapatkan buktinya. Bukti yang ku berikan kemarin hanya akan mengungkap fakta kalau orang ini mengidap kelainan psikologis. Dan itu tidak bisa diadili." Jelas Saburo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crime Psychopath 『完』
Mistério / Suspenseberawal dari sebuah kafe populer dan berakhir dengan orang psycho yang membawanya kembali pada rasa keputus asaan beberapa minggu yang lalu. "Ayo kita bermain sama-sama, Ramuda." "Kau gila." "Memang." cerita ini fiktif, nggak ada sangkut pautnya pad...