Arga's [0,2]

247K 5K 105
                                        

"Lo tadi bangun jam berapa sih? gue bangun udah ngilang aja."

Tubuh Kiara menegang kemudian menatap Ginna yang juga tengah menatapnya bingung. "Jam 5. Kan mesti nyiapin sarapan."

Ditempatnya Arga tersenyum miring mendengar alibi Kiara yang dengan bodoh justru dipercaya oleh adiknya itu. Jelas saja Ginna tidak menemukan Kiara saat bangun tidur, Arga melarangnya kembali ke kamar Ginna tadi malam dan memeluknya hingga tadi pagi.

"Abang, lo yang anterin gue sekarang kan?" tanya Ginna menatap Arga yang tengah sibuk memainkan ponselnya sambil merokok.

Cowok itu tidak pernah turut menikmati sarapan karena tidak terbiasa dan menggantinya dengan rokok, meski Kiara sudah menatapnya tajam sejak tadi.

Arga mengangguk kemudian meraih kunci mobilnya "Yuk."

Perjalanan menuju sekolah Ginna memakan waktu 15 menit dan hanya diisi keheningan. Baik Ginna yang sibuk dengan ponselnya, dan Arga yang sering kali melirik Kiara yang duduk di bangku belakang. Wajah gadis itu terlihat lelah, tentu saja, karena Arga tidak memberikannya waktu istirahat yang cukup.

"Jemput jam berapa?" tanya Arga menatap Ginna ketika lampu merah menyala.

"Gak usah jemput. Gue sama Kiara mau main bentar ke rumah Nayaka." jawab Ginna tanpa menoleh ke arah kakaknya yang kini sudah menatap tajam Kiara lewat kaca spion mobilnya.

Kiara menunduk sambil meremas jari-jarinya. Arga tidak pernah suka ia bermain ke rumah Nayaka, alasannya klise, cemburu. Padahal tanpa Arga tau, adiknya sendirilah yang menyukai Nayaka.

Moi Arga :
kemaren Farrell skrg Nayaka?

"Kenapa lo?" tanya Ginna menoleh ke arah belakang setelah mendengar decakan keras yang dikeluarkan Kiara setelah membaca pesan yang dikirimkan Arga barusan. "Males gue." jawabnya melirik Arga tajam.

"Sama. Gue juga males sekolah." ucap Ginna kembali menatap ke arah depan, sedikitpun tidak mengerti kode yang diberikan Kiara barusan. Ginna yang bodoh dan terlalu cuek, sangat disukai oleh Arga.

"Bye, Bang Arga!" ujar Ginna melambaikan tangannya semangat ke arah Arga yang langsung melajukan mobilnya meninggalkan pekarangan sekolah adiknya itu. Disebelah Ginna ada Kiara yang masih menimang-nimang ponselnya, bingung harus menjawab apa pada Arga.

Dan akhirnya, ia putuskan untuk tidak menjawabnya. Ingatkan Kiara menjawabnya saat pulang sekolah nanti agar ia aman dan terbebas dari hukuman yang bisa saja sedang disiapkan oleh Arga.

"Lo gak makan?" tanya Ginna menatap Kiara yang sejak tadi memainkan sedotan es teh miliknya. "Muka lo pucet banget, Ki."

"Sakit perut gue." ujar Kiara menyembunyikan wajahnya dilipatan tangannya diatas meja kantin. Jika bukan karena Ginna yang merengek lapar, pasti saat ini Kiara masih berada dikelas dan melanjutkan tidurnya.

Rasanya sia-sia ke sekolah karena guru-gurunya sibuk rapat hari ini. Dan kemungkinan mereka akan dipulangkan lebih awal.

"Sakit kenapa? mules?"

"Diem deh ah." decak Kiara tanpa mengangkat wajahnya ke arah Ginna yang mempaut bibirnya cemberut mendengar ucapan Kiara barusan. "Lo dapet kali." tebaknya sambil menuangkan kecap diatas mangkuk baksonya santai.

Kiara tersentak kemudian mengangkat kepalanya cepat. Dalam hati sedikit khawatir karena tebakan Ginna barusan bisa saja benar.

"Kenapa? beneran?" tanya Ginna menatap wajah pias Kiara.

Gadis itu menggigit bibir bawahnya kemudian mengangguk kecil namun kemudian menggeleng pelan. "Gak tau." cicitnya meremas ujung roknya takut.

"Asli bodo banget." decak Ginna buru-buru mengunyah bakso di dalam mulutnya kemudian menarik tangan Kiara ke arah toilet sekolah. Tentu setelah memastikan bagian belakang rok cewek itu bersih.

HOTTEST [oneshoot]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang