04

2.3K 138 4
                                    

Sesampai di rumah Dyra di sambut oleh Adriana dan Rebeca yang menatapnya sinis. "Assalamualaikum," salam Dyra namun tidak ada jawaban.

Dyra berjalan melalui kedua orang itu, tapi Adriana menghentikannya dengan menarik lengan Dyra mendorongnya hingga tersungkur, Adriana juga mencengkeram dagu Dyra kuat.

"Udah berani ya kamu sama Rebeca, kamu tahukan hukumannya berani sama Rebeca," ucap Adriana. Rebeca bercerita kekesalannya terhadap Dyra di sekolah tadi.

"Dyra."

Seseorang memanggil Dyra lembut membuat Adriana membeku. Ia melihat seorang pria dengan tongkat dengan di dampingi dua asistennya memasuki rumah.

"Dyra, ayok bangun nak. Kan Mama udah bilangi pelan-pelan tadi jalannya jatuhkan kamu," omel Adriana dengan suara lembut penuh kemunafikan, ia juga membatu Dyra berdiri dengan membisikan sesuatu membuat Dyra hanya menurut.

"Kamu baik-baik ajakan cu," ujar Harry kakek Dyra, orang tua Farel.

Dyra tersenyum, ia tertatih menghampiri kakeknya. Ia memeluk Harry kuat membuatnya terisak. "Kakek, Dyra kangen," ucapnya, setidaknya Dyra punya Harry yang membuat Adriana tidak berlaku kasar dengannya.

Harry mencium aroma tubuh Dyra. "sayang kok baju kamu bau, kamu abis ngapain?" tanya Harry.

Dyra menyengir lalu melepaskan pelukannya. Rebeca mendekati Dyra lalu merangkulnya. "Kakek, cucu mu yang ini sangat nakal, dia berlari dan menabrak OB sekolah yang membuat air pel yang dibawa tumpah ke tubuh Dyra. Aku sering mengingatkannya untuk tidak berlari tapi dia tidak penah mendengarkan ku," cerita Rebeca saat kejadian di sekolah.

"Benarkah?" tanya Harry kepada Dyra.
Dyra mengangguk terpaksa membenarkan cerita Rebeca yang overdosis kebohongan.

Harry mengusap lembut kepala Dyra. "Cepat bersiap, Kakek akan membawa mu ke suatu tempat." Asistennya menyerahkan sebuah kotak dengan gaun di dalamnya.
"Pakailah," suruh Harry. Dyra mengangguk lalu pergi ke kamarnya untuk bersiap.

Sedangkan Adriana dan Rebeca berada di ruangan tertutup dengan Harry. Mereka duduk dengan tegang sedangkan Harry duduk memikirkan semuanya.

"Apa yang ingin anda bicarakan Tuan?" tanya Adriana. Harry menyuruh Adriana memanggilnya Tuan, ia tidak suka dengan Adriana yang menikah dengan anaknya karena fitnah yang disebarkan Adriana bahwa dia hamil anak Farel dan menikahinya.

"Saya ingin kamu pergi dari kehidupan cucu saya, maka saya akan beri 30% saham perusahaan saya H Group. Jika menolak tawaran saya anda harus siap kehilangan semuanya," tawar Harry.

Rebeca sudah melotot senang karena 30% saham perusahaan lumayan besar, tapi ia tau tidak sebesar warisan Dyra. Namun Adriana malam tersenyum ramah. "Maaf Pak, saya bukan menolak hanya saja saya tidak kuat berjauhan dengan Dyra, Dyra sudah seperti anak saya," ucap Adriana. Perkataan Adriana membuat Rebeca kaget. Kenapa harus menolak tawaran Harry hanya karena Dyra yang tidak berguna itu.

Harry mengerti lalu mengangguk. "Baiklah." Harry pergi dari ruangan itu dan melihat Cucunya Dyra sudah rapi dengan gaun yang ia berikan.

"Ayok pergi," ajak Harry.

Dyra mengangguk lalu mengapit lengan kakeknya menuju mobil. Sepanjang perjalanan Dyra hanya diam melihat keluar jendela mobil.

"Dyra sudah seperti anak saya."

Ucapan Adriana tergiang di telinga mungilnya. Ia terus memikirkan apa yang ingin di rencanakan oleh Mama dan saudara tirinya.

Di rumah, Rebeca marah dengan Adriana karena telah menolak tawaran Harry. "Mama kenapa sih, nolak tawaran Kakek bau tanah tadi," ucapnya.

AlDyra StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang