16. Kontrakan Nayla

34 8 18
                                    

"Adakala, dimana orang menyembunyikan segala perasaan dan egonya. Dan hanya memperlihatkan raut wajah yang berbeda. Untuk menutupinya."
*

Keheningan menyelimuti keduanya. Duduk masing masing tanpa ada siapapun yang bicara. Satya yang sibuk menyetir, dan Nayla yang sibuk menikmati indahnya panorama di sore hari.

Keadaan pun menjadi canggung, suram menyelimutinya.

Nayla membuka tas sekolahnya, mengeluarkan Handphone beserta Earphone miliknya. Memasangkan earphone itu ditelinganya.

Terdiam, mendengarkan alunan musik dari handphonenya. Sedih, kecewa, tercetak jelas diwajahnya. Pandangan matanya redup, seolah tak ada cahaya di dalamnya. Ia kini seperti boneka yang telah usang, dimakan oleh waktu.

Satya menoleh, melihat perubahan wajah Nayla. Sesaat setelah memakai earphone ditelinganya. Bibirnya terasa berat untuk berbicara. Apalagi setelah melihat wajah Nayla. Hatinya bertanya tanya, apa yang terjadi dengan Nayla?

Hmm.. dia harus cari cara untuk membuat suasana ini cair, seperti hatinya. Asekkk.. bucin lo bang^^

"Emm.. rumah lo dimana ya Nay?!!" Tanya Satya, yang mau tidak mau membuat Nayla menoleh ke arahnya.

"Lo lurus aja. Nanti belok kiri, belok kanan, muter-muter, sampe deh." Jawab Nayla. Ekspresinya kembali berubah. Tidak seperti tadi. Wajahnya kembali seperti biasanya.

"Maksud lo?" Bingung Satya. Belok kiri, belok kanan, muter-muter lagi. Emang bianglala muter muter.

"Ya udah sih, lakuin aja apa kata gue!!" Sentak Nayla. Kesal sih, tadi nanya. Sekarang nanya lagi. Dia tuh siswi bukan dosen jadi jangan banyak nanya. Itu pasti yang diucapin sama kak @sptrakori_

"Iya iya." Pasrah Satya.

Setelah melakukan perjalanan yang aneh itu. Akhirnya sampe juga di rumah, eh salah. Maksudnya kontrakan Nayla. Mereka mengambil jalan memutar, sehingga tidak melewati masjid yang ada di depan gang kontrakannya. Entah apa maksudnya.

"Napa kita perlu muter muter segala sih? Jauh tau, jalan depan lebih cepet." Kesal Satya. Merasa dibohongi oleh Nayla.

"Terserah gue sih. Gue mau jalan depan kek, jalan belakang kek, bawah tanah kek, jalan udara kek, mau lewat got juga. Bukan urusan lo." Jawab Nayla, matanya menyipit mencoba mengintimidasi Satya.

"Semerdeka mu lah nak!!"

"Mana Mama lo? Gue mau ngejelasin dulu ama dia." Tanya Satya sambil menegok nengok sekitar kontrakannya.

"Mama gue ada di kampung." Jawab Nayla dengan enteng.

Satya terdiam. Jadi, buat apa kedatangannya kesini?

"Napa lo gak bilang?!" Satya jadi sedikit sewot, karena kedatangannya ini tidak membuahkan hasil untuk bertemu ibunya Nayla.

"Lo kagak nanya ama gue." Jawab Nayla datar. Inilah tipe tipe cewek yang kagak peka. Susah emang.

"Terus ngapain dong gue jauh jauh ke sini!!" Nampaknya Satya masih agak marah marah gimana getoh..

"Ya, lo tadinya mau ngapain?" Tanya Nayla balik.

"Ya. Nemuin Mama lo lah." Jawab Satya dengan cepat.

"Buat apa?!" Tanya Nayla lagi.

"Minta restu." Sewot Satya. Tapi tunggu, apa katanya? Minta restu!! OMGG!!

Nayla, I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang