19. Penjelasan

31 6 4
                                    

"Hal tersulit itu bukan ngungkapin perasaanmu padanya. Tapi ngyakinin dia, bahwa kamu mampu membuatnya bahagia selamanya."
*

______________________________________________

"Terus kenapa? Kenapa lo suka sama gue? Apa yang lo liat dari gue? Apa istimewanya gue Tya?" Tanya Nayla frustasi. Nayla selalu begini, setiap kali berkaitan dengan asmara. Pusing bawaannya.

"Lo itu unik Nayla."

Nayla mengangkat kepalanya. Kedua matanya membulat. Terkejut dengan apa yang baru saja dia katakan. Menatap mata Satya yang kebetulan sedang menatapnya juga.

"Seperti kata Plankton untuk Spongebob. Lo itu kepingan salju unik yang gak bakal ada lagi di dunia ini. Itulah elo, Nay."

Hatinya bergetar saat mendengar itu. Walaupun kata katanya copas dari animasi Spongebob. Tapi rasanya lain jika itu diucapkan oleh seorang Satya. Tapi dengan cepat Nayla memasang lagi topeng datarnya itu. Padahal tadi sebaliknya.

"Heh.. cuma unik doang. Apa istimewanya?!" Sinis Nayla. Ia merasa, Satya ini cuma main main dengannya.

"Itu istimewa Nay. Istimewa di hati gue." Kebucinan seorang Satya mulai keluar.

"Tapi kenapa lo ngga pilih aja Si Siska kek, diakan pinter walaupun kadang absrud. Tapikan itu juga unik Tya." Nayla mencoba mencari alasan, yang bisa memojokan seorang Satya.

"Gue gak butuh cewek yang pinter, karena gue takut dia bakal pergi dari gue kalo dia pinter." Jawab Satya dengan santai.

"Ya iyalah. Tu cewek pasti pergi. Sapa yang mau sih sama orang kayak lo? Yang, gitulah." Gumam Nayla. Tapi Satya mendengarnya dengan jelas, Satya cuma tersenyum tipis.

"Terus kenapa ngga sama Wulan aja, diakan Kaya. Papanya punya perusahaan. Hidup lo bakal terjamin deh pokoknya."

"Gue juga gak butuh cewek yang kaya, lagian hidup gue juga udah terjamin. Papa gue juga punya perusahaan tuh. Gue mau cewek gue itu bergantung sama gue. Dari hal apapun." Jelas Satya.

"Lo bakalan ribet. Kalo itu cewek terus terusan bergantung sama lo. Emang gak risih apa?!" Marah Nayla. Entah kenapa, Nayla sedikit tersinggung dengan ucapan itu.

"Iya sih. Tapi gak papalah. Gue bakal lakuin apa aja, buat dia. Asalkan dia mau sama gue."

"Itu namanya obsesi Satya." Ucap Nayla, lelah menjelaskan semuanya pada orang seperti Satya. Satya hanya menatap Nayla dalam diam.

"Terus kenapa ngga Yulia? Dia cantik Tya. Primadona di sini. Napa ngga sama dia aja? Popularitas lo pasti naik Tya kalo sama dia." Belum puas akan hasilnya, Nayla terus mencari cari alasan yang bisa membuat Satya bungkam.

"Nay, dengerin gue. Cantik itu relatif. Cantiknya elo sama Yulia itu beda. Ya, pokoknya lo juga cantik, yang pasti dengan cara lo sendiri. Gue juga gak butuh popularitas. Gue gak peduli tentang seberapa populernya gue dikalangan siswa disini." Satya kembali menatap Nayla.

Matanya seakan terpaku dengan salah satu ciptaan Tuhan yang begitu indah itu. Untuk apa dia cari emas, jika dihadapannya saat  ini sudah ada berlian yang begitu berharga.
Nayla juga sempat tenggelam dalam tatapan maut seorang Satya. Dirinya seakan ditarik masuk, menjelajahi hal hal yang ada dalam pikiran pria itu.

"Kenapa ngga si.."

Ucapan Nayla terhenti saat Satya menempelkan telujuknya di depan mulut Nayla.

"Karena gue maunya elo. Jadi berhenti mendorong gue untuk lebih jauh dari lo Nay."

"Berhenti ngedorong gue ke cewek yang lain. Gue cuma mau lo. Cuma lo yang gue mau." Lanjutnya.

Nayla, I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang