5. Sahabat

61 11 31
                                    

"Sahabat itu tidak membutuhkan alasan, tapi membutuhkan kepercayaan."

****

Keesokan paginya, Nayla kembali menjalani kehidupannya seperti biasa. Ya apalagi selain Sekolah.

"Nay, NAYLA!!!" Teriak Ririn sambil berlari ke arah Nayla yang sedang duduk.
"Gak usah jerit jerit Babi!!" Ketus Nayla yang kesal akan kelakuan Sahabatnya itu.

"Nay, Nayla" Ririn mengguncang guncang bahu Nayla.
"Apa sih Babi?" Kesal Nayla.

"Liat itu Satya ama temen temennya. Ganteng banget kan? Aduh, calon suamiku ganteng banget sih!!" Ririn jadi gemes sendiri sampai tidak sadar dia telah menggigiti jari tangan Nayla.

"Emang babi ya lo, jorok kampret. Jangan digigit!!" Gerutu Nayla sambil menjauhkan tangannya dari Ririn.

"Bisa bisa gue rabies gara gara lo!! Dasar Babi comberan!!" Kesal Nayla sambil mencuci tangannya yang kebetulan deket wastafel, sementara Ririn cemberut mendengar Nayla terus memanggilnya Babi. Emang pantes wkwk..

"Lo mah gitu anjir!!" Rajuk Ririn.

"Nay, Nayla lo.."

"NAYLA GUE KANGEN!!!" Teriak Seseorang memotong ucapan Ririn.
"Gak usah jerit jerit Nenek lampir!!" Ketus Ririn mengcopy ucapan Nayla, kesal karena ucapannya dipotong.

"Apa sih lo? Ganggu aja. Pergi sono!! Dasar babi." Sentak orang itu yang langsung menghambur pelukan ke Nayla.
"Siska, kita baru masuk lagi ke Sekolah, lo jangan cari masalah deh." Ucapan datar itu melayang dari salah satu orang yang baru saja datang menyusul Siska.

"ZAHRA GUE KANGEN!!" Teriak Ririn sambil memeluk salah satu dari kedua orang itu. Sementara cewek yang dipanggil Zahra itu tersenyum singkat.
"Gak udah jerit jerit Babi!!" Sindir Siska namun Ririn tampak mengacuhkannya, dia lagi sibuk sama pacar barunya, jhaha..

"Sama Wulan ngga kangen?" Ucap wanita disebelah Zahra dengan raut wajah sendu dan mata berkaca kaca.

"KANGEN DONG!!!" Teriak Ririn lagi sambil memeluk Wulan dengan erat.

Mereka tertawa bersama, setelah 3 bulan lamanya mereka terpisah akhirnya kembali bersatu. Ya memang 3 bulan yang lalu Siska, Wulan, dan Zahra dikirim oleh Sekolah ke Rumania untuk pertukaran pelajar.

"Halo Za, gimana Rumania?" Tanya Nayla sambil memeluk ringan Zahra.
"Ya gitulah." Jawaban datar itu tidak menjawab apapun.
"Gitu gimana sih Es Batu?!!" Gemes Ririn saat mendengar jawaban Zahra. Ya, cewek itu memang punya sikap sedikit lebih cuek dan dingin diantara mereka.

"Gak bisa dijelasin. Lo harus liat sendiri. Gue males ngomongnya." Lagi lagi jawaban datar dan singkat yang mereka dapatkan.
"Bodo lah. Pusing gue. Gimana Rumania Lan?" Tanya Nayla beralih pada Wulan karena tidak mendapat jawaban dari Zahra.

"Ya gitu sih. Susah gue jelasinnya. Nanti deh lo liat aja foto fotonya biar ngerti." Jelas Wulan kikuk karena emang bingung gimana jelasinnya.
"Oh, ya udahlah." Pasrah Nayla.

"Kok gak ada nanya gue sih?? Gue kan mau ditanya juga." Gerutu Siska karena dari tadi dicuekin.
"Emang lo mau ditanya sama gue?" Tanya Nayla yang sebenernya males nanya sama Siska. Pusing, jawabannya pasti ngawur kayak Ririn.

"Mau dong." Ujar Siska dengan semangat 45 yang membara.

"Mo tanya apa?"

"Apa aja deh."

"Ya udah, kapan lo mati?" Tanya Nayla membuat ke 3 temannya tertawa berbahak bahak kecuali Siska yang menggerutu.

"Anjing lo! Masa lo tanya itu sih ke gue?!! Gak bener tuh otak lo, kapan gue mati?!! Kampret!!" Gerutu Siska tak terima. Mereka kembali tertawa ketika mendengar gerutuan Siska, begitupun Nayla yang ikut tertawa bersama ketiga sahabatnya, sambil mengusap ujung matanya yang berair.

"Katanya lo mau di tanya sama gue, tapi udah gue tanya malah gak dijawab. Males deh gue, tinggal jawab aja kek Sis, kan udah gue tanya!!" Seru Nayla yang pura pura kesal.

"Dasar Babi, kampret, setan, iblis, monyet, yang ngetawaain gue, gue sumpahin jadi pacarnya si Jono!" Siska terus menyumpah serapahi sahabat sahabatnya itu.

"Gak mau gue, lo aja kale!!" Seru Ririn.
"Gue juga gak mau!!" Sengit Wulan.
"Apalagi gue!!" Timpal Nayla.
"Kita sumbangin, buat lo aja. Kita ikhlas kok!!" Jawaban datar dari Zahra membuat mereka semua kembali tertawa.

"Anjir!!" Pekik Siska kesal.

"Jawab tuh pertanyaan Sis!! Lo yang minta kan?" Celetuk Ririn.

"Iya, iya, gue jawab." Siska menghela nafasnya.
"Gue bakal mati saat gue udah ketemu sama cicit dari cicitnya cicit gue. Nah, kalo udah ketemu, gue ikhlas kalo mati juga. Simpel kan?"

"Cicit dari cicitnya cicit elo, gimana sih? Pusing gue. Emang berapa tahun sih lo mau hidup Hah?!" Kesal Ririn saat jawaban dari Siska yang amat ngawur.

"Gue mah gak serakah. 1000 tahun juga cukup, hehehe." Cengir Siska membuat Ririn bergidik ngeri, tapi detik kemudian terdiam lalu tersenyum misterius, yang mana Nayla tau pasti tambah ngawur pembahasannya.

"Kalo lo bisa hidup 1000 tahun, maka gue bisa hidup 10.000 tahun." Sengit Ririn yang menurutku sih gak guna juga.

"Gue bisa 20.000 tahun." Congkak Siska.
"Maka gue 30.000 tahun."

"40.000 tahun."

"Gue 50.000 tahun."

"100.000 tahun."

"Anjirr, gue 1.000.000 tahun."

Nayla, Zahra dan Wulan menatap datar kedua orang yang sedang berdebat itu. Nayla menghela nafasnya kasar, pusing dia dengan kelakuan Ririn dan Siska. Gak ada yang bener, sama aja somplaknya. Dengan seluruh kemalasan yang ada, Nayla menghampiri kedua sahabatnya itu lalu menjewer salah satu telinga mereka. "Awww.. Sakit Nayla." Pekik Siska.

"Jangan ditarik bangsat! Nanti copot!!" Timpal Ririn dengan heboh.

Nayla berjalan menjauh, tangannya masih saja menjewer telinga kedua sahabatnya itu, menyeret sahabatnya masuk kedalam kelas. Zahra dan Wulan mengikuti mereka dari belakang, seakan mereka bodyguard Nayla. Semua orang yang melihat itu hanya meringis meratapi keadaan Siska dan Ririn.

"Nay, lepasin ikh, sakit bangsat!!" Melas Ririn, telinganya seakan mau copot ditarik oleh Nayla.

"Iya, nay, lepasin ya. Ya.." Bujuk Siska dengan tatapan memelas.
 
Langkah Nayla terhenti, dengan sedikit dorongan dari Nayla Siska dan Ririn masuk kedalam kelasnya. "Masuk!!"

Semua terdiam, tidak ada yang berani membantah omongan Nayla.
Nayla berbalik, melirik semua orang yang memperhatikannya di lorong. Sementara Zahra dan Wulan berdiri disampingnya.
Nayla tersenyum dengan manisnya tapi itu membuat semuanya bergigik ngeri.

"Mohon maaf atas kejadian barusan ya!! Anggap aja angin lalu. Jangan ada yang ngomongin apapun tentang kejadian hari ini. Dan yang foto sama yang merekam kejadian barusan, saya minta untuk dihapus. Jika tidak..."

To be Continued..

Jika tidak diapain ya? Dibikin martabak? Atau di rujak aja? Haha:)

Chapter ini ngebosein ya? Tapi aku udah usahain ada yang lucunya, tapi gak tau lucu gak tau ngga? Gimana kalian aja lah!!
Kali lagi mon maaf ya!! Ide ku ilang, gegara Emak nyuruh ke warung. Jadi Emak udah aku masukin ke list orang perusak ide, hehe;)
Eh, jadi curhat!! Maafin. Dan makasih udah mampir^^
Aku disini masih menunggumu. Jangan kelamaan ya!! Menunggu itu berat, aku takut gak kuat, hihihi..

Vote and comments ya, jangan lupa!! Ku tunggu loh^^

Salamku

Annisa FY

Nayla, I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang