"Please, don't leave me alone. I'm afraid. Please!"
*
_____________________________________________Satya yang kesal akan pembicaraannya tadi dengan Jordi memutuskan untuk pergi melihat keadaan Nayla.
Tubuhnya yang biasanya menujukan kegalakan dan kecuekannya, kini terbaring tak berdaya.
Matanya terpejam. Bidai yang melilit di lengannya dapat membuat dada Satya terasa sesak walau hanya melihatnya."Apa yang selama ini lo alamin Nayla?!" Gumam Satya dengan nada lirih.
Keadaan kembali hening.
Satya memutuskan keluar ruangan, membiarkan Nayla sendirian disana.
Sepeninggalan Satya, Nayla langsung terbangun dan langsung duduk. Netranya menatap tajam jarum infus yang ada di tangannya. Dia juga melirik tangan sebelahnya yang terasa kaku akibat pembidaian tersebut.
'Nayla!!'
Bisikan itu lagi.
Jantungnya berdetak keras. Keringat dingin mulai bercucuran.
Nayla menjambak rambutnya mengunakan sebelah tangannya. Dia sudah tidak tahan akan ini. Suara yang menghantuinya selama ini. Ingin rasanya dia melepaskan semuanya.
Perlahan air matanya mengalir. Dia mendorong tiang infusnya, hingga terjatuh.
Praggg..
Bunyi yang nyaring terdengar di ruangan itu. Jarum infus di tangan Nayla juga ikut tertarik. Yang membuat jarumnya terlepas paksa.
Darah mengalir dari tangan yang tadi terpasang jarum infus. Nayla mengerang sambil terus menangis.
"Akhhhh... agghhh.. hiks.. hiks.. arggghh.."
Raungan yang terdengar pilu, menyayat hati bagi siapapun yang melihatnya.
'Nayla!!'
Tiba tiba ada sekelebat bayangan lelaki yang tersenyum kearahnya. Melihat itu, Nayla tersenyum. Dia adalah sahabat Nayla dari kecil.
'Nayla aku takut Nay. Aku takut sendirian di sini.'
Perlahan Nayla turun dari ranjangnya itu, mendekat ke arah bayangan tersebut. Tangannya terulur menyentuh bayangan tak bermasa itu.
Bayangan kitu kembali tersenyum, tak ayal membuat Nayla ikut tersenyum.
"Aku takut sendirian Nayla."
Bayangannya perlahan menghilang. Seperti tertiup angin. Digantikan oleh bayangan dirinya yang sedang mengamuk.
Wajah Nayla memucat, kala bayangan itu mendekatinya.'Lo itu payah. Lo biarin sahabat lo mati, sedangkan lo di sini masih hidup bahagia. PUNYA MALU SEDIKIT BISA GAK SIH?!! Lo itu gak berhak hidup anjing!! Lo itu pantes buat mati.'
Nayla seakan terdorong ke belakang. Tubuhnya linglung, hatinya berdenyut. Membuat rasa sakit yang luar biasa. Seakan ditusuk tusuk oleh jarum yang sudah berkarat.
Bayangan dirinya pun perlahan menghilang. Digantikan oleh bayangan kedua orang tuanya. Ia melihat ibunya yang menangis dipelukan ayahnya. Dan wajah marah ayahnya sedang menatapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nayla, I Love You
Teen Fiction"Izinin gue. Izinin gue egois demi lo. Biarin gue yang nyakitin lo, kemudian gue juga yang bakal nyembuhin rasa sakit yang gue bawa buat lo." *** "Gue ngerti kok, tapi gue udah terlanjur kecewa sama lo." ...