"Bila engkau hendak memuji seseorang. Pujilah Allah. Karena tiada seorang manusia pun lebih banyak dalam memberi kepadamu dan lebih santun lembut kepadamu selain Allah"
~ Umar bin Khattab ~
Manusia memang diciptakan untuk hidup bersama di dunia. Menjadi makhluk sosial dengan segenap potensinya. Saling membutuhkan, bekerjasama dengan masing-masing kelebihan dan kekurangannya. Bahwa tiap orang memiliki sifat dan pembawaan yang berbeda-beda.
Maka konsekuensi sebagai makhluk sosial, membuat manusia pun membutuhkan komunikasi. Ada kalanya memang dibutuhkan bicara agar orang lain paham maksud dan keinginan kita. Begitu pentingnya komunikasi, sampai-sampai penyandang disabilitas seperti tuna wicara atau tuna rungu pun diajarkan komunikasi khusus agar mereka tetap bisa hidup baik, berkomunikasi dengan orang lain yang normal.
Karena terminologi komunikasi berasal dari kata communicare yang berarti untuk membuat kesamaan atau untuk berbagi. Dari sisi bahasa arab, komunikasi dibahasakan sebagai tawashul yang berasal dari kata washala yang berarti sampai. Maka konteks habluminallah dan habluminannas sendiri sebetulnya juga merupakan komunikasi yang wajib dimiliki seorang muslim. Komunikasi pada sang Pencipta dan komunikasi pada sesama manusia.
Islam sebagai agama yang sempurna pun tak luput mengatur tentang komunikasi dua arah ini. Karena sejatinya yang disebut komunikasi pasti dua arah. Komunikasi dengan sang Rabb tentu telah ditata dengan baik seperti ibadah sholat, berdoa, berdzikir bahkan seluruh aktivitas manusia yang tetap berada di jalan syara' merupakan komunikasi harmonis antara manusia dengan Rabbnya.
Pun dengan habluminannas ada batasan syara' yang musti diperhatikan. Seperti qaulan sadiida atau perkataan yang benar, qaulan ma'rufa atau ucapan yang baik, qaulan karima atau perkataan yang mulia, qaulan layyina atau ucapan yang lemah lembut dan prinsip komunikasi lainnya yang berpedoman pada syara'. Tidak mengghibah, tak menyakiti dan tak menyinggung yang lain.
"Dan berkatalah kamu kepada semua manusia dengan cara yang baik" (Quran Surah Al Baqarah : 83)
Yumna duduk diam di sebuah bangku panjang yang ada di taman kampus teknik sipil. Jam menunjukkan pukul 12 siang lebih. Yumna mengedarkan pandangan ke sekeliling taman yang ternyata cukup nyaman dijadikan tempat beristirahat. Ia hampir tak pernah duduk di tempat itu. Entahlah, mungkin selama ini ia terlalu cuek dengan apapun hingga taman kampus sebagus ini pun tak pernah ia lirik.
Dan siang ini Yumna bisa menikmatinya. Satu jam lagi ada kuliah lagi. Jadi tanggung kalau harus pergi kemana-mana. Selepas sholat dhuhur Yumna pun memilih taman kampus sebagai tempatnya menunggu.
Yumna hanya terdiam sambil memegang sebuah buku yang berusaha ia baca. Namun jujur ia pun tak paham apa yang sedang ia baca. Karena pikirannya sedang tak fokus. Ia tak terlalu memperhatikan lalu lalang mahasiswa di sekitarnya. Dua hari belakangan ini Yumna lebih banyak berpikir dan merenung. Tentang segala hal yang telah ia alami. Segala hal yang membuatnya menjadi pribadi yang cenderung cuek dan keras.
"Kakimu apa sudah tak sakit?" Yumna mengingat pertanyaan kakeknya tadi pagi ketika hendak berangkat kuliah. Kakek menyempatkan diri masuk ke dalam kamarnya.
Yumna sungguh tak mengira kakek melakukan hal itu. Selama 20 tahun hidupnya di dunia ini, hampir tak pernah kakek memasuki kamarnya.
"Mm...sudah baikan kek" dengan nada datar, Yumna menjawab pertanyaan kakeknya. Ia masih belum bisa bersikap santai ketika bersama kakeknya.
"Sini kakek lihat..." tiba-tiba saja kakek berjongkok untuk melihat kaki kanan Yumna yang sempat terkilir karena terjatuh dari motor ketika kegiatan baksosnya dua hari yang lalu. Membuat Yumna sedikit berjingkat tak menyangka kakek akan melakukan hal itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With Me in Love 1
Spiritualspin off from Love Story in Hospital Tak mudah untuk jatuh cinta, sekalinya menemukan yang pas, tak mudah untuk menggapainya. Bertemu dua kali saja sudah mampu menggugah angan untuk mencari keberadaannya. Sang Rabb pemilik jagad raya pun mende...