"Jikalau kita letih karena kebaikan, maka sesungguhnya keletihan itu akan hilang dan kebaikan akan kekal. Namun jika kita bersenang-senang dengan dosa, maka sesungguhnya kesenangan itu akan hilang dan dosa itu akan kekal"
~ Umar bin Khattab ~
"Assalamualaikum Ris..." Perempuan cantik dengan tatapan hazel itu menyalami Rissa dan memeluknya.
"Waalaikumsallam. Miss you deh Ar..." sambut Rissa dengan membalas pelukan Arini tak kalah hangat.
"Yuk duduk..." Rissa menarik kursi yang ada di sebelahnya, meminta Arini untuk menempati kursi itu.
Alif yang tadi sebetulnya hendak membelikan es krim untuk Alfa,mendadak merasa kakinya seperti beku tak bisa digerakkan. Ia seakan de javu dengan pandangannya sekitar setahun silam dalam kondisi yang sama di sebuah mall juga.
"Pakde. Ayo katanya beliin es krim" teriakan Alfa menyadarkan Alif dari sengatan terpananya.
"Eh iya. Ngapain mas Alif masih di situ..." Rissa juga ikut heran melihat mas nya malah seperti orang bingung.
"Ehem. Kamu nggak mau ngenalin temanmu sama mas Alif sih Ca..." Ammar berusaha memberi kode pada istrinya. Untung saja Rissa sedikit paham kode dari Ammar,meski ia sendiri belum paham sepenuhnya apa maksud kode tersebut.
Arini yang baru datang hanya diam sambil tersenyum. Ia sekilas melihat ke arah mas Alif. Sepertinya ia memang sangat familiar dengan wajah mas Alif. Tapi Arini agak lupa dimana dan kapan.
"Ar, kenalin ini mas ku, mas Alif. Masih inget nggak? Aku kan sering cerita kalau punya kakak lelaki...ya ini orangnya" akhirnya Rissa mau juga mengenalkan mas nya pada Arini.
Arini kembali hanya tersenyum tipis sambil menangkupkan kedua tangan di depan dada. Rissa memang pernah menceritakan silsilah keluarganya. Namun Rissa juga tak terlalu banyak menyoal kakak lelakinya tersebut. Memang di group dentis squad, tempat dirinya dan Rissa serta beberapa teman kuliahnya dulu membentuk group seringkali cuma membahas seputar keluarga kecil mereka lebih tepatnya putra putri mereka dengan segala kerempongannya atau masalah pasien dengan segala gaya dan kasus penyakit yang dihadapi. Jadi, Arini sendiri tak pernah tahu seperti apa dan bagaimana kakak lelaki teman semasa kuliahnya dulu itu.
Alif pun hanya mengangguk dan membalas salam yang sama dengan menangkupkan kedua telapak tangan di depan dada.
"Kamu habis ngeborong nih Ar..." tanya Rissa kembali fokus ke arah Arini, tak mempedulikan Alif yang masih terpaku di tempatnya. Arini memang tampak membawa beberapa paper bag bertuliskan sebuah nama gerai busana yang ada di mall tersebut.
"Nggak, ini beliin adikku beberapa gamis dan hijab panjang..."
"Adikmu yang kamu cerita paling ga suka pakai gamis itu?"
Arini mengangguk senang. Beberapa hari ini Yumna memang kelihatannya mulai melirik busana seperti yang dikenakan Arini. Beberapa hari ini adik sepupunya itu selalu mendatangi kamarnya dan memilah-milah beberapa gamis plus hijabnya yang ada di lemari pakaian miliknya untuk selanjutnya berpindah ke lemari pakaian di kamar Yumna.
"Eh...ini si kecil.yang dulu masih bayi? Masya Allah cantik banget..." Binar indah nampak di mata Arini demi melihat Athaya yang sedang asik mempermainkan boneka tangan berbentuk jerapah di tangannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With Me in Love 1
Spiritualspin off from Love Story in Hospital Tak mudah untuk jatuh cinta, sekalinya menemukan yang pas, tak mudah untuk menggapainya. Bertemu dua kali saja sudah mampu menggugah angan untuk mencari keberadaannya. Sang Rabb pemilik jagad raya pun mende...