"Ya Allah, tidak ada kemudahan kecuali yang Engkau buat mudah"- HR. Ibnu Hibban dari Anas bin Malik ra -
Memiliki berbagai rasa memang dimiliki tiap insan. Ada rasa senang, sayang, sebal dan benci. Bahwasannya agama selalu mengajarkan segala hal tentang kasih sayang. Kasih sayang sebagai wujud hablumminallah dan hablumminannas.
Lantas apakah agama juga menganjurkan kebencian? Ada. Bahwa agama mengharuskan umatnya untuk membenci kekufuran. Diantara prinsip yang agung dalam aqidah Islam adalah al wala wal bara', yaitu prinsip yang terkandung dalam syahadat. Maknanya, setiap mukmin wajib berlepas diri dari semua orang musyrik dan orang kafir juga orang yang cenderung sering berbuat maksiyat.
Berlepas diri disini bukan bermakna memusuhi manusianya dan menampakakan sikap dan wajah kebencian, namun lebih kepada perbuatannya. Bahwa selayaknya seorang mukmin berusaha untuk selalu berteman dan berkumpul dengan orang yang senantiasa dekat dengan Rabbnya, saling mengingatkan dalam iman dan kebajikan. Agar tiap waktunya pun selalu terjaga dari keburukan apalagi maksiat. Sedangkan jika memiliki teman yang kita tahu sering bermaksiat, melanggar aturan Al Khaliq, cukup dijadikan teman biasa tapi bukan teman dekat, teman curhat apalagi teman hidup.
"Akan tetapi Allah telah membuat cinta kepada kalian iman dan telah menghiasinya di kalbu kalian dan telah membuat hati kalian benci terhadap kekufuran, kefasikan dan maksiat" (Quran Surah Al Hujurat : 7)
Maka jangan salahkan hati seorang mukmin yang tak pernah bisa berlabuh pada orang yang suka melanggar syara' . Karena selamanya air tak bisa bercampur dengan minyak. Ketundukan selalu berseberangan dengan kufujuran. Meski tiap insan selalu memiliki asa untuk berubah dan bertobat.
Angga menyandarkan tubuhnya di kursi hitam dalam ruang kerjanya. Mukanya kusut, wajahnya sedikit berantakan dengan dipenuhi sedikit cambang. Padahal baru satu jam ia duduk di ruang kerjanya yang besar dan elegan itu, namun kebosanan dan kesuntukan sudah melandanya.
Aarrggh...
Angga mengacak rambutnya sendiri. Ia sama sekali tak ingin menyentuh berkas-berkas kerja yang ada di hadapannya. Rasanya semua terlalu hampa dan membosankan. Entahlah. Apa yang lelaki 30 tahun itu bosankan. Tentang hidupnya yang berantakan atau pekerjaannya? Cuma Angga sendiri yang paham."Ga...." sebuah suara dengan kepala yang menyembul di balik pintu hanya sekilas dilirik oleh Angga.
"Kamu apa-apaan sih Ga. Rapat dengan PT Merdeka Bumi mendadak kamu cancel. Aku sampai bingung tadi menjawab pertanyaan pak Rahman" keluh Ardan dengan muka kesal. Pasalnya Angga seenaknya sendiri membatalkan sepihak pertemuan yang sudah di planning dua hari yang lalu karena alasan tak jelas. Dan kebetulan Ardan mengenal baik pemilik PT. Merdeka Bumi itu.
Angga cuma melirik sekilas temannya sekaligus asistennya itu. Angga mengenal Ardan sejak SMA. Ardan sebetulnya juga mengenal Arini. Dan tahu persis sepak terjang Angga terhadap Arini.
"Kamu kenapa Ga?" Ardan bisa menebak apa yang sedang terjadi pada bos sekaligus temannya itu. Pasti masalah Arini. Sebetulnya ia tak terlalu berminat pada masalah pribadi Angga. Ia bisa bekerja sebagai asisten Angga saja sudah bersyukur untuk bisa membiayai kehidupan ibu dan adiknya. Karenanya la tak mau terlalu ikut terlalu dalam mengurusi masalah pribadi Angga.
"Ck...." Angga hanya berdecak sebal sambil mengendurkan dasi yang dikenakannya. Ia memang sedang sebal. Mood nya benar-benar ambyar hari ini. Setelah sudah hampir seminggu ini segala kepenatan dan perasaan tak karuan sudah menghinggapinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With Me in Love 1
Duchowespin off from Love Story in Hospital Tak mudah untuk jatuh cinta, sekalinya menemukan yang pas, tak mudah untuk menggapainya. Bertemu dua kali saja sudah mampu menggugah angan untuk mencari keberadaannya. Sang Rabb pemilik jagad raya pun mende...