"Bersyukurlah, hidup yang kamu keluhkan (mungkin) adalah hidup yang orang lain inginkan"Menjadi dewasa seringkali dihubungkan dengan masalah usia. Sebuah pemahaman bahwa menjadi dewasa ada hubungannya dengan berbagai surat administrasi yang berhak dimiliki seseorang. Seperti KTP, SIM dan pasport.
Karenanya ada sebuah tradisi yang jelas bukan dari islam tentang perayaan sweet seventeen. Dimana seorang anak dianggap memulai hidup baru sebagai dewasa yang patut diperhitungkan ketika ia menginjak usia ini. Jika sebelum usia 17, hanya dianggap sebagai anak-anak, maka ketika menginjak usia tersebut suaranya pun diperhitungkan dalam pemilihan umum. Sehingga menimbulkan sebuah stigma agar merayakan usia 17 sebagai titik usia kebebasan. Bahkan ada beberapa orangtua yang memberikan kebebasan anaknya untuk berpacaran bahkan mengenal sex di usia tersebut.
Semua pemahaman seperti tersebut tentu saja bukan berasal dari kitabullah. Namun tragisnya, kaum muslimin pun dengan tanpa disaring, mengikuti sebuah perayaan momen patokan usia menjadi dewasa. Perayaan sweet seventeen dengan berbagai kesesatannya.
Begitu banyak tuntunan dalam Qur'an dan Hadist tentang patokan seseorang memasuki usia baligh atau dewasa. Usia dimana seseorang terbebani hukum islam. Ketika melanggar, maka ia akan mendapatkan catatan keburukan. Dimana buku amalannya mulai terisi dengan berbagai kebaikan pun kejelekan.
Ibnu Qudamah rahimahullah mengatakan :
"(Tanda baligh) yang pertama adalah keluarnya air mani dari kemaluan. Yaitu air yang memancar yang darinya tercipta anak keturunan. Ketika air tersebut keluar, baik dalam kondisi terjaga, tidur, karena jimak, iltiham atau selain itu, maka sudah baligh. Kami tidak mengetahui adanya perselisihan pendapat diantara ulama dalam masalah ini" (Al Mughni, 4:551)
Itu hanya salah satu tanda saja. Sebetulnya banyak nash yang menyebutkan tanda-tanda baligh yang semuanya tak ada patokan usia 17 tahun sebagai awal mula baligh seperti pemahaman yang banyak dianut sekarang ini.
Itu hanya dari ukuran nominal berupa umur saja. Nyatanya sekarang banyak orang yang secara usia dan tanda telah masuk fase dewasa atau baligh, tapi pemikiran dan kelakuannya sungguh jauh dari kriteria fase dewasa. Apakah kita termasuk di dalamnya? Hanya kita dan orang terdekat yang bisa memjawabnya.
Halaman kampus teknik sipil terlihat sudah ramai. Beberapa mahasiswa dengan mengenakan jas almamater lalu lalang di halaman kampus. Ada yang mengangkat beberapa kardus air mineral, kardus obat-obatan, beberapa kotak makan dan perlengkapan lainnya.
Jam masih menunjukkan pukul enam pagi, namun hiruk pikuk segenap mahasiswa menunjukkan sebuah kegiatan yang dilaksanakan di sana. Satu buah bis dan beberapa buah mobil telah disiapkan untuk mengangkut para mahasiswa yang akan melaksanakan baksos di sebuah desa sedikit terpencil di kecamatan Pungging, Mojokerto.
Tepat pukul enam lewat sepuluh menit, Dekan Fakultas Taknik Sipil memberikan arahan untuk para mahasiswa yang akan berangkat melaksanakan baksos. Beberapa dosen dan segenap civitas akademika teknik sipil pun ikut mengantarkan para anggota BEM, beberapa kelompok jurusan dan peserta baksos yang telah siap mendengarkan arahan dari dekan mereka.
"Maaf bapak terpaksa tak bisa ikut baksos karena ada keperluan yang tak bisa bapak tinggal" ucap Alif pada beberapa anggota BEM ketika dekan sudah selesai memberi arahan. Dan para mahasiswa mulai masuk ke dalam kendaraan yang akan membawa mereka ke tempat baksos.
"Yaa...ga seruu..." terdengar nada kecewa dari beberapa peserta baksos yang bisa dipastikan adalah perempuan. Tentu saja anggota AFC yang ngarep maksimal Alif bisa ikut baksos kecewa berat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With Me in Love 1
Spiritualspin off from Love Story in Hospital Tak mudah untuk jatuh cinta, sekalinya menemukan yang pas, tak mudah untuk menggapainya. Bertemu dua kali saja sudah mampu menggugah angan untuk mencari keberadaannya. Sang Rabb pemilik jagad raya pun mende...