7; curhat

946 192 16
                                    

Rey terlihat murung dikelas. Ia meletakkan kepalanya di meja sambil memikirkan pacarnya, Ecan. Mau sampai kapan Ecan harus jadi anak motor yang nggak disukai oleh Rey

Lia pun menghampiri Rey dan melihat Rey khawatir, takut temannya sakit

"Rey... lo kenapa?" Tanya Lia

Rey menghela napasnya berat dan menatap sedih Lia. "Ecan kenapa ya nggak mau juga keluar dari geng motornya"

"Ck. Rey, Rey... ya nggak mungkin atuh! Ecan teh udah lama di geng itu! Jadi nggak mungkin buat dia keluar."

Rey semakin sedih mendengar Lia. "Kalau emang lo nggak kuat mah yaudah we, ancam Ecan buat putus?"

Rey langsung menegakkan badannya dan menatap Lia kaget, "Nggak lah! Mana mungkin gue ancam dia kayak gitu!"

"Terus gimana atuh? Mau gini aja?" Tanya Lia

Rey terlihat berpikir. Bingung harus bagaimana.

Sudah sekitar 1 minggu hubungan Rey dan Ecan seperti menggantung. Rey nggak kunjung membalas chat dari Ecan. Untuk ketemu aja, Rey enggan walau harus diakuin, Rey kangen juga dengan sosok Ecan.

Jam istirahat, seperti biasa. Nadira memesan mie ayam sendirian. Namun disela-sela ia menunggu makananya, Ia mengingat kejadian saat dirinya di sekolah alam bersama Ecan, Juna dan Raka. Secara nggak sadar, Nadira tersenyum. Ingin sekali momen-momen seperti itu terulang lagi.

Nadira membawa mangkok berisi mie ayam dan es teh. Ia melihat kesekelilingnya untuk mencari bangku kosong. Nggak lama, Nadira mendapatkan sosok Ecan yang sedang sendirian di depan warung Mang Iip.

Nadira pun menghampiri Ecan dalam diam, dan langsung duduk disampingnya. Ecan kaget, karena Nadira tiba-tiba duduk disampingnya.

Kaki Ecan yang tadinya satu diangkat kebangku langsung di turunkan saat melihat Nadira yang membawa semangkok mie ayam dan es teh

"Maap ya mbak, nggak boleh bawa makanan dari luar selain dari warung Mang Iip" ucap Ecan asal

"Ck!" Nadira berdecak malas sambil mengaduk mie ayamnya yang kemudian ia makan tanpa melihat Ecan

Saat itu juga Ecan batuk-batuk. Membuat Nadira menoleh ke Ecan. Nadira sedikit kaget saat melihat wajah Ecan yang terlihat pucat.

"Heh, sakit lo?" Tanya dingin Nadira

Ecan menelan kopi good day nya dan menggelengkan kepalanya, "Kagak! Aduh aduh, ada apa niii? Perhatian sekali ketoskuuuu" kata Ecan menggoda

"Ck!! Orang cuma nanya doang!"

Ecan tertawa sambil batuk-batuk lagi. Nadira menoleh kesal Ecan. "Tutup napa si!"

"Hahahaha hampura hampura"

Nadira menatap sinis Ecan dan melanjutkan makannya.

"Oh ya... gue mau kirim beberapa buku bekas buat sekolah alam. Boleh?" Kata Nadira tanpa menatap Ecan

Ecan tersenyum bahagia, "Boleh lah! Eh siah, Nad. Nuhun banget lhooo padahal lo tuh bukan anggota club AAM, tapi peduli gini euy! Aa jadi terhura" kata Ecan

Nadira yang mendengarkannya rasanya ingin menjitak Ecan. Tapi kemudian Nadira melihat raut wajah Ecan yang pucat, sepertinya Ecan beneran lagi demam

Tanpa sadar, Nadira menempelkan tangannya di jidat Ecan. Ecan hanya melihat tangan Nadira yang sudah menempel di jiadatnya itu.

"Lo sakit ya!"

"Oh ya?"

"Ini panas?"

"Oh..." kata Ecan tanpa ekspresi

Matahari dan Malam • Lee HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang