"Ah.."
"Kunaon?" Tanya Ecan bingung ke Raka
"Nadira kemana ya? Tadi dia kesini bareng gue"
Ecan kaget saat mendengat bahwa Nadira juga ikut bersama Raka kesini.
Raka terus melihat sekitaran untuk menemukan keberadaan Nadira."Gue disini" ucap Nadira yang datang tiba-tiba diantara Raka dan Ecan
"Ih, kaget Nad" kata Ecan
Nadira enggan menatap Ecan. Entahlah, ada perasaan sesak dalam hati Nadira yang bahkan dirinya pun bingung apa yang membuat perasaannya seperti itu?
"Gue mau pulang ah, Ka" kata Nadira sambil berjalan untuk membuka pintu mobil Raka
"Oh, iya Nad" kata Raka sambil menyalakan kunci mobilnya.
"Kalian nggak mau gabung dulu sama barudak di dalem?" Tanya Ecan
Sedangkan Nadira sudah berada didalam mobil Raka
"Gak deh, Can. Salam aja buat anak-anak. Gue anter Nadira dulu."
Ecan mengangguk ragu, "Sip. Hati-hati bro"
Ecan memilih langsung masuk kembali kedalam kafe tanpa melihat kepergian Raka dan Nadira. Membuat Nadira semakin kesal tanpa alasan kepada Ecan.
"Nad, sorry. Lo jadi pulang telat gara-gara gue mampir dulu ke kafe tadi"
"Gak apa-apa kok"
Raka pun tersenyum menatap Nadira.
"Gue seneng, akhirnya Nana udah baikan lagi sama kita-kita"
Nadira hanya diam. Terlalu malas untuk membahas kakaknya itu di keadaan mood yang saat ini
"Lo sama Nana cuma beda setahun ya, Nad?"
"Hm.."
Raka mengangguk paham seakan mengerti kalau sepertinya Nadira sedang tidak dalam mood baik-baik saja.
Keesokan harinya. Nadira disibukkan dengan urusan osisnya di ruangan osis. Sendirian.
Dirinya masih memikirkan kejadian semalam. Seharusnya, dirinya mengerti maksud perkataan Ecan di kafe waktu itu.
Tentu saja Ecan nggak punya perasaan apa-apa kepadanya, pasalnya Ecan sudah punya Rey sebagai kekasihnya.
Nadira menepuk kedua pipinya. seakan dirinya harus sadar akan hal itu.
Nggak lama, suara ribut datang di depan ruang osis. Dan tiba-tiba ada orang yang masuk ke dalam ruangan sana seperti sedang bersembunyi
"Hhhh, capek nying"
"Ngapain lo?" Kata Nadira ke Ecan
"Ssstt!!" Kata Ecan
"Kasih tau atau gue teriak lo disini?!"
"Si Dahlia lagi ngejar gue buat bayar uang kas!"
Nadira menatap sebal ke Ecan. Mana mungkin dirinya menaruh perasaan kepada sosok kere seperti Ecan
Nadira memilih kembali ke bangkunya dan memeriksa agenda kegiatan osis. Ecan melirik Nadira, lalu ia tersenyum sambil mendekati Nadira
"Kenapa sendirian? Anggota yang lainnya mana?" Tanya Ecan dengan pandangannya ke arah buku agenda yang dipegang Nadira
Nadira sedikit kaget karena Ecan sedekat itu dengannya. Ecan yang menyadarinya langsung menjauhkan dirinya dan duduk dibangku
"Lo kan ketua osis. Suruh-suruhin aja bawahan lo" kata Ecan santai
"Gue gak percaya sama mereka"
"Terus, lo percaya sama siapa?"
"Gak ada" jawab singkat Nadira
Ecan menatap Nadira dalam.
"Nad"
Nadira menoleh ke Ecan.
"Gue gak tau apa yang ngebuat lo gak percaya sama orang lain. Tapi..."
"Banyak orang yang percaya sama lo..."
"Lo jangan ngerasa sendirian. Kan ada gue sama barudak yang lain." Kata Ecan sambil tersenyum
Nadira hanya terdiam. Memikirkan semua perkataan Ecan tadi.
"Gue sama barudak udah anggap lo bagian dari hidup kita. Jadi, jangan di sia-siain, nyuak!" Kata Ecan lagi dengan senyuman lebarnya
"Memang boleh?"
"Hm? Boleh apa?"
"Gue jadi bagian dari hidup lo?"
Ecan terdiam sejenak
"Tanpa lo tanya juga lo udah jadi bagian dari hidup gue, Nad!"
Nadira menudukkan kepalanya dan tersenyum. Tanpa sadar, Nadira meneteskan air matanya.
"Kenapa?? Ih naha nangis!!!" Kaget Ecan
Nadira segara menghapus air matanya cepat.
"Makasih" kata Nadira
Ecan kaget dengan ucapan Nadira barusan dan tersenyum halus ke Nadira.
Tepat pukul jam 3 sore, Ecan berniat datang ke tempat tongkrongan Nana dan anak motornya.
Nana pun menyambut kedatangan Ecan seorang diri. Mereka saling bersalaman khas cowok-cowok so keren gitulah
"Tumben maneh mau main ke sarang singa?" Tanya Nana
"Sarang tawon kali ieu mah"
"Gobs yah anda. Udah lah Aya naon maneh kesini?"
"Gue mau nanyain tentang Nadira, Na"
Nana kaget seketika, "Kenapa sama adek gue?"
"Apa dulunya Nadira pernah punya trauma atau apa kitu?"
Nana diam sejenak. Ia memalingkan pandangannya dari Ecan, lalu ia membuang napasnya kasar
"Ada sih... aing gak tau kalo ini dampaknya jadi trauma bagi dia. Tapi ada satu peristiwa yang kelam bagi gue dan dia"
"Urang boleh tau gak?"
Nana menelan ludahnya kasar.
"Nyokap udah meninggal saat gue dan Nadira masih SMP. Gue waktu itu kelas 8 dan Nadira kelas 7"
Ecan masih setia mendengarkan Nana
"Kejadian itu bener-bener jadi pukulan buat gue dan Nadira. Karena nyokap adalah orang yang berperan penting di keluarga. Bokap gue pun sama, karena kepergian nyokap, bokap gue perlu nenangin dirinya dan pergi ke Singapur sendiri."
"Gue dan Nadira dititipin sama nenek. Disinilah dimulai kejadian yang menjadi malam petaka bagi Nadira" kata Nana dengan tatapan gusar
"Gue saat itu berubah jadi anak bangor yang lebih suka main di luar daripada di rumah jadi gue gak sering ketemu sama Nadira."
"Pas malem itu tiba... ah aing gak kuat nyaritana" kata Nana sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangannya
Ecan berusaha menenangkan Nana dengan menepuk bahunya.
"Malem itu, Nadira di lecehin sama om kita sendiri, Can... malem saat gue gak ada dirumah dan nenek gue udah tua gak bisa berbuat apa-apa lagi"
"Gue merasa gagal jadi kaka bagi dia... kakak yang harusnya lindungin dia, malah ngebiarin adeknya sedih gitu aja!!"
"Gue gak akan pernah maafin diri gue ini"
Ecan kaget setengah mati saat mendengar cerita tentang Nadira dan Nana. Ini baru pertama kali, Ecan mendengar kisah semenyedihkan ini di dunia.
Rasanya Ecan ingin menangis namun ia juga merasa ingin marah karena baru tau sekarang bahwa Nadira selama ini memikul beban yang berat.
Ecan saat ini mengerti, kenapa Nadira seperti itu. Ecan merasa bersalah karena terus memaksa Nadira untuk berubah.
"Thanks, Na... maneh udah mau cerita ke gue"
KAMU SEDANG MEMBACA
Matahari dan Malam • Lee Haechan
FanficHanya tentang planet-planet yang mengitari matahari. Jadi, ini bercerita tentang Haikal si Cowok sebebas matahari dan teman-temannya