9; ecan gledek

1K 184 9
                                    

"ECAN! ECAN BANGUN CAN!! YA ALLAH"

Dengan tangan yang bergemetar, Nadira mengambil ponselnya dari saku celananya. Tapi nihil, ia bingung harus menelepon siapa

Dia belum mempunyai nomor Juna maupun Raka. Nadira benar-benar panik dan nggak tau harus menelepon siapa?

Akhirnya, Nadira mencari-cari ponsel di saku jaketnya Ecan. Dan mendapatkan ponsel Ecan.

"Ah, pake kata sandi lagi!!"

Nadira menatap sebentar kearah Ecan yang masih pingsan dijalan. Tanpa mikir, Nadira langsung memasukan kata sandinya dengan memasukkan angka 0000

Dan ya, ponsel Ecan pun terbuka

"Nah, ini kontak yang namanya ibu, mamahnya kali"

Nadira langsung memencet tombol telepon. Nadira mengigit bibir bawahnya, panik.

"EH EH JANGAN NELEPON IBU, NAD!"

"KENAPA?! LO KAN PINGSAN! UDAH DIEM NAPA SIH"

"YA NGGAK USAH GAPAPA GUE MAH"

"MANA BISA, CAN?! LO TUH LAGI PINGSAN! MASA MAU TIDURAN AJA DI ASPAL?"

Nadira langsung terdiam. Sedangkan Ecan yang masih tergeletak di aspal tertawa terbahak-bahak

Nadira melihat Ecan yang telah sadar dan saat ini sedang tertawa menatap Ecan cengo.

"Sialan lo!!!" Kata Nadira sambil mukul perut Ecan

"Aduh, Nad! Sakit!"

"Lagian lo ngapain ngibulin gue hah!! Mau ngikutin si Atta ha?"

"Hahahaahhahahaha anjir lah serius liat lo panik aing gak kuat pengen ketawa daritadi"

"Sumpah nyebelin banget" kata Nadira yang langsung beranjak dan berjalan meninggalkan Ecan

Ecan pun langsung bangun dan mendorong motornya

"Eh, Nad tungguin atuh!"

Nadira berjalan sambil merasa kesal dengan apa yang udah Ecan lakuin kepadanya.

"Maapin atuh Nad. Gue teh cuma bercanda"

Nadira masih diam dan berjalan mendahului Ecan. Nggak lama, langkah kaki Nadira berhenti saat melihat bulan purnam di langit

Ecan yang berada dibelakangnya pun ikut berhenti dan menatap Nadira dari belakang, bingung namun dirinya ikut menatap bulan purnama

Nadira menghela napasnya dan melanjutkan langkahnya

"Nad, lo punya mimpi nggak?"

Nadira terdiam sejenak, lalu mengangkat kedua bahunya "nggak tau" jawabnya singkat

Ecan terrsenyum di belakang.

"Gue punya..."

"Bodo"

"Nyis hah"

Nadira dibalik sana tersenyum saat dirinya membuat Ecan kesal

"Mimpi gue, gue berharap temen-temen pada bahagia"

Nadira menoleh ke Ecan, "Udah? Itu doang?"

Ecan menganggukkan kepalanya, "He'eh, naon lagi atuh?"

"Ya nggak... dikira mimpi lo jadi penerus atta gledek"

"Ih, atuh maapin gue, Nad!! Kapan lagi gue ngerjain lo"

"Ya tapi kan gue panik banget tadi!!!"

"Ya maap atuh! Gue jajanin seblak mau?"

Matahari dan Malam • Lee HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang