14; cahaya matahari

698 153 2
                                    

Infusan telah menempel di lengan Ecan. Dirinya yang sudah terbiasa dengan hal itu terlihat sudah tidak merasa kesakitan lagi.

Mungkin karena isi kepalanya hanya tentang Nadira saat ini. Bagaimana bisa Nadiria selama ini memikul beban yang begitu berat di pundaknya yang kecil itu?

Ibu menatap Ecan bingung, karena nggak biasanya anak sulungnya melamun seperti sedang banyak pikiran.

"A? Lemes gak?" Kata ibu

"Gak, bu.."

Bukan menjawab, ibu hanya mengelus puncak kepala Ecan lembut. Ecan pun menikmati sentuhan lembut ibunya itu.

"Beneran A? Kamu aja yang jemput Cipa?"

"Iya buuu, biar Aa aja. Ibu kan harus kerja lagi..."

Ibu Ecan merasa sedikit khawatir karena Ecan baru saja di bius. Tapi, ibunya memilih untuk percaya kepada anak sulungnya itu.

"Langsung pulang ya, A? Kita mam sate depan rumah pak RT nanti"

"Cihuuuuyy siap bu negara!!"

Ecan pun pamit dengan salim mengecup tangan ibunya.

Ecan bergegas untuk menjemput Cipa yang sedang berada di rumah bibinya. "Assalamualaikum, Biiii? Mau jemput Cipa" kata Ecan yang kini berdiri di tengah pintu rumah Bi Edah

"Eehhh jang Haikal, tah si neng Cipa lagi di belakang main sama si Yayang"

"Mainin tanah geura si eta mah" kata Ecan yang langsung masuk dan buru-buru ke belakang rumah

Untuk informasi saja, Cipa kalau udah main tanah liat, pasti bakal susah banget buat diajak pulang.

"CIPAAAA, Aa datang"

"JANGAAANN GA MAU GA MAU CIPA GAMAU UIHHHHH" kata Cipa yang tiba-tiba teriak padahal Ecan belum ngomong mau pulang

Ecan hany menahan tawa serta malunya ke Bi Edah

"Udah mau sore ihhhh, ntar mau di culik wewe gombel? Mau?"

"Gamau atuih!!"

"Yaudah hayuk pulang!"

"HUEEEE" Cipa pun mulai menangis. Ecan pun langsung menggendong Cipa di kedha bahunya untuk pulang

"Bi, nuhun. Abi uih heula"

"Nya sok, jang hati-hati"

Ecan dan Cipa pun mampir dulu di warung karena Cipa mau eskrim jagung nya gliko. Ecan pun juga ikutan beli eskrim karena cuaca hari ini sangat panas.

"Aa, tempelin" kata Cipa yang sambil memberikan tato-tatoan hadiah

Tanpa bicara, karena mulutnya penuh dengan eskrim, Ecan pun menempelkan tato-tatoannya ke lengan mungilnya Cipa

"Ihh kayak budak kampung ih" ejek Ecan

"HUEEEE"

"heeegg nggak nggak, cantik cipa mahhh euhh adik siapa atuh hmm? Muah muah" kata Ecan yang langsung menghujani kecupan ke muka Cipa

Saat di perjalanan pulang, Cipa dan Ecan melanjutkan jalan kakinya untuk pulang ke rumah. Tapi, saat mereka melewati tambal ban, Ecan melihat sosok gak asing

Rupanya ada Nadira yang sepertinya sedang menunggu motornya yang kempes ban nya.

"Nad???"

Nadira yang kaget langsung menoleh ke arah Ecan yang sedang bergandengan dengan anak kecil sambil memakan eskrim.

Nadira langsung mengubah ekspresinya jado datar, "hah? Kenapa bisa ketemu sama nih makhluk? Mana dia cuma pake kaos sama kolor basket doang. Bener-bener gak fashionista banget nih orang" dalam hati Nadira

Matahari dan Malam • Lee HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang