Happy Reading Folks 😊Malam itu Ve tidur bersama Vivi dan Chika di tempat tidur besar yang baru dibeli Bu Badrun sejak ada Chika. Mereka berdua merapat ke badan Ve, kedua tangannya dipeluk Chika dan Vivi. Aroma wangi tubuh Ve dan aura positif yang dikeluarkan Ve membuat keduanya merasa nyaman di dekatnya. Rasanya kedua anak itu tidak ingin jauh - jauh.
"Vi, Chika nakal ngga di sini?" tanya Ve menoleh ke Vivi.
Vivi mengubah posisi badan memandangi wajah cantik bidadari, "Chika pernah pacaran sama cowok."
"Pacaran?" Ve menoleh ke Chika. "Wah, anak Mama sudah bisa jatuh cinta sama cowok." Ve membelai rambut Chika. "Trus apalagi?"
Chika hanya pasrah semua yang pernah ia lakukan dibongkar Vivi. Ia memamerkan barisan giginya, tersenyum saja mendengar ocehan Vivi. Toh yang diceritakan Vivi bukanlah sebuah kesalahan atau aib besar.
"Chika pernah misahin saya berkelahi. Kemarin sebelum Mama Ve datang, Chika kabur dari rumah. Satu hari ilang dan ngga pulang." Vivi meraba kulit telapak tangan Ve. Lembut sekali seperti kulit bayi.
"Lho kemana kamu, Chik?" tanya Veranda, kali ini meminta Chika yang berbicara.
"Aku pulang sekolah dianter cowok yang suka sama aku. Aku juga suka sih. Trus Kak Vivi liat aku naik motor manggil - manggil. Aku pura - pura ngga denger."
"Kenapa?" tanya Mama Ve.
"Pasti ngga boleh sama Kak Vivi. Trus aku diajak makan. Tadinya aku mau ke studio fotonya dia, ngga tau mau foto apa. Tapi aku inget Kak Vivi. Ya udah aku minta pulang aja. Dianterin sampe rumah. Eh, di rumah malah dimarahin Kak Vivi. Aku ditampar. Aku kesel, kabur aja." Ada raut wajah penyesalan di wajah Chika. Malas sebenarnya ia menceritakan lagi. Berhubung Mamanya yang minta, ia ulang lagi.
"Ditampar?" Mama Ve memandang Vivi.
Vivi mengklarifikasinya, "Aku ngga sengaja beneran, Ma. Vivi emosi. Padahal aku takut banget Chika kenapa - kenapa. Karena aku tau cowok itu kayak gimana. Takut diapa - apain." Tangan Vivi meraih menggenggam tangan Chika, seolah kembali meminta maaf.
"Kamu sayang sama Chika?" tanya Mama Ve.
"Bukan sayang lagi. Sayang banget." Vivi mengerjapkan matanya. "Chika sekarang aku anggap pacar. Biar aku bisa posesif sama Chika. Hehehe." Vivi merapatkan tubuhnya memeluk Veranda.
"Chika sayang sama Kak Vivi?" tanya Ve bernada ceria. Ia begitu senang mendengar kedekatan Vivi dan anaknya.
"Iya, Chika juga sayang banget. Aku sekarang mau nurut sama Kak Vivi," ucap Chika dengan wajah genit dan centil. Tangannya menggelitik genggaman tangan Vivi.
"Ooh, Chika seneng diposesif Kak Vivi?"
Ve tersenyum. Senyuman yang Chika rindukan. Chika pandangi wajah Mama tercintanya dan mengelus pipi lembut Ve. "Iya, biar aku ngga nakal lagi." Chika terkekeh.
"Di sini kan dunia kamu yang baru. Banyak hal yang kamu belum mengerti. Pasti juga banyak hal yang Chika ingin tau. Kak Vivi tentu lebih banyak tau. Chika bisa bertanya sama Kak Vivi, Bapak Ibu Badrun. Karena mereka orang yang menjadi keluarga kamu, pasti akan lebih terbuka dan mau menjawab pertanyaan kamu dengan baik.
Kalo sama orang yang kamu ngga kenal atau baru kenal, nanti dibodohi." Ve menasehati Chika panjang lebar. Ia membelai rambut Chika dan Vivi hingga mereka mulai ngantuk mendengarkan petuahnya. Dalam hatinya ia juga was was anaknya di sini salah asuh dan salah jalan. Dan Ve bersyukur Chika berada dalam asuhan keluarga yang tepat.
Chika dan Vivi pun tertidur pulas mendekap tubuh Ve. Ada senyum yang terhias di wajah mereka. Senyum yang tulus dan teduh. Ve senang Vivi begitu menyayangi Chika sepenuh hatinya. Ia hanya berharap Chika bisa menjaga diri selama tinggal di sini. Ve tidak akan memaksakan Chika untuk pulang. Ve memejamkan matanya. Menyusul Chika dan Vivi yang sudah terbang ke alam mimpi.
🌼🌼🌼
Chika dan Vivi terbangun dalam keadaan berpelukan. Mama Ve sudah tidak ada lagi di tengah. Mereka berdua bangkit dari tempat tidur dan menggeliat. Mengucek - ngucek mata sekaligus menghapus kotoran di sudut mata. Vivi melirik jam, sudah pukul 05.45. Chika menyisir rambutnya yang panjang sebelum keluar dari kamar. Rambut Vivi yang sebahu cukup memakai jemarinya. Praktis.
Tercium bau harum masakan dari arah dapur. Setiap hari memang mereka mencium bau masakan, tapi kali ini berbeda. Belum pernah mereka merasakan aroma ini. Chika menghampiri Bu Badrun di dapur. Ternyata di sana sudah ada Mama Ve yang sedang membantu Bu Badrun memasak. Vivi memilih tiduran di sofa karena masih mengantuk. Pak Badrun sedang menopang dagu melihat Ve di dapur. Di dalam kepalanya penuh halusinasi.
"Mama sama Ibu masak apa? Baunya enak?" tanya Chika mencium aroma masakan dari wajan.
"Ibu sama Mama mau masak ayam bakar," jelas Mama Ve melirik Bu Badrun. "Kata Ibu, ini masakan istimewa yang khusus dimasak menyambut Mama." Ve merangkul Bu Badrun yang sedang mengaduk ayam ungkep.
"Sekali - sekali masak yang istimewa, mumpung ada tamu istimewa," ucap Bu Badrun sumringah.
"Hmm, ga sabar Chika mau nyobain. Nanti Chika sama Kak Vivi bawain juga ya buat bekal sekolah?" Chika antusias dan tersenyum bahagia.
"Iya, nanti dibawain kok." Chika mendapat kecupan dari Mama dan Ibunya. Chika langsung mengambil handuk dan segera mandi.
Sementara Vivi malah ketiduran di sofa. Pak Badrun sibuk menghayati kecantikan dan keanggunan Ve yang begitu sederhana, yang pagi itu memakai daster milik istrinya. Pak Badrun memperbaiki posisi letak isi sarungnya. Pikirannya ngelantur kemana - mana.
🌼🌼🌼
Pikiran Pak Badrun pun melayang ke alam imajinasinya. Ia sedang berada di rumahnya yang hari itu begitu ramai tamu dan sanak saudara. Suasananya begitu haru dan serba putih. Ia sedang duduk memakai jas dan peci hitam. Pak Badrun menoleh ke samping dan mendapati sosok Veranda.
Veranda memakai kerudung warna putih. Ve begitu cantik dalam balutan pakaian kebaya warna putih dan kain batik. Make upnya menambah kecantikannya yang teramat sempurna.
Ia melirik ke kanan ada istrinya yang sedang terisak, mengusap air mata dengan tisu dan membuang muka ketika Pak Badrun memandangnya. Seperti gelisah dan enggan berada dalam situasi saat ini.
Seseorang meletakkan kain sutera putih di atas kepala Pak Badrun dan Veranda. Lalu Pak Badrun menyalami seseorang yang ia yakini ayah Ve.
"Saudara Badrun Bin Salim, saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan Jessica Veranda Tanumihardja binti Josi Tanumihardja dengan mas kawinnya berupa emas 50 gram, tunai."
Pak Badrun menghela nafas panjang, lalu mengucapkan dengan satu tarikan nafas. "Saya terima nikah dan kawinnya Jessica Veranda Tanumihardja Binti Josi Tanumihardja dengan mas kawin tersebut dibayar tu-nai."
"Bagaimana saksi?"
🌼🌼🌼
Pak Badrun kembali dari lamunannya. "SAH!!" pekik Pak Badrun tiba - tiba. Ia tersadar dari halusinasinya setelah mendengar suara omelan.
"Apa sih, Pak? Pagi - pagi sah seh sah seh?! Pasti lagi ngelamunin Mamanya Chika ya? Ayo ngaku!" Bu Badrun melotot dan berkacak pinggang.
"Engga, Bu. Itu anu. Beneran. Bukan! Jangan fitnah, Bu!" Pak Badrun berusaha membela diri dan menangkis serangan cubitan Bu Badrun yang menyerang lengannya.
"Bohong! Ngaku ngga?!!" desak Bu Badrun gemas.
"Ampun, Bu. Ampun!!" Pak Badrun tertawa, tangannya terus menangkis cubitan.
Veranda, Chika, dan Vivi tertawa. Tawa keceriaan dan kebahagiaan membahana di rumah kediaman keluarga Badrun.
🌼🌼🌼
Makasih yang udah vote dan komen
Tinggalin jejak komen dan vote ya
Biar semangat update
WATTPAD ERROR TEROOSSS
👉👈
KAMU SEDANG MEMBACA
Bidadari Badung [END]
FanfictionBingung mau nulis sinopsis nanti malah spoiler. Baca aja ya! 😂 Vikuy berlayar kapten! 😁