Vivi melangkah pelan mendekati sosok yang masih meringkuk di sebelah rumahnya. Ia masih tidak percaya apa yang sedang dilihatnya. Sosok itu pun merasa tidak terganggu saat Vivi mendekatinya. Ia lalu duduk disebelah sosok berperawakan seorang gadis muda.
"Kamu kuntilanak?"
"Kunti? Kunti itu apa?"
"Hah? Trus kamu siapa?"
"Aku? Aku siapa?"
"Waduh. Ini cewek waktu jatoh jidatnya kejedot tembok kali ya?" Vivi membatin.
"Nama kamu? Aku Vivi."
"Aku Vivi?"
"Bukan, nama. Nama kamu siapa? Tarjo, Wahyudi, Saipudin, Budi, atau siapa?"
"Tar-jo?"
"Haduuh kok gue yang pusing."
Vivi menggenggam tangan sosok itu, tangannya terasa hangat. Berarti dia bukan kunti. Tapi belum tau apaan. Vivi sempat melihat punggungnya takutnya bolong dan ada belatungnya.
"Kamu ikut aku ya?"
"Kemana?"
"Ke kamar. Nanti diliat orang."
Gadis misterius itu digandeng tangannya. Vivi perlahan mengintip ke dalam rumah. Sepi. Papa dan Mamanya sudah istirahat di kamar. Vivi membawa gadis itu ke kamarnya. Ia melangkah pelan - pelan menuju kamarnya.
"Nama kamu siapa?"
"Aku ngga punya nama." gadis itu duduk di tepi tempat tidur.
Vivi garuk - garuk kepala.
"Asal kamu darimana?"
Gadis itu menunjuk ke atas.
"Langit?"
"Iya."
"Kamu malaikat?"
"Bukan."
"Bidadari?"
"Iya."
"Boong. Mana sayapnya?"
"Setiap purnama tiba di bumi, sayapku akan muncul kembali. Aku bisa pulang."
"Ini cewek cantik tapi mabok apaan sih?" batin Vivi.
"Kamu ngga percaya?" tanya gadis itu.
"Ya engga lah." Vivi memegang kening gadis itu, ngga anget. Normal.
"Sini aku kasih tau." Gadis itu menggenggam tangan Vivi. "...Merem ya. Kosongin pikiran."
Vivi mengangguk. Ia kemudian seperti berada di tempat yang luas di atas awan. Tempat itu indah sekali. Sejauh mata memandang hanya langit biru dan seperti melayang di atas awan. Vivi lalu melihat beberapa orang cewek terbang memakai gaun warna warni pastel. Di punggungnya terdapat sayap yang mengepak. Vivi juga melihat ada salah satu cewek yang sekarang ada dihadapannya.
Ia mendekati Vivi dan tersenyum. Wajahnya begitu lembut, cantik sekali. Rambutnya tergerai panjang. Sayapnya yang lebar, berwarna putih dan seperti bulu burung. Mereka terbang sesuka hati ke sana kemari.
Vivi kembali tersadar.
"Kamu percaya sekarang?"
"Engga," jawab Vivi.
"Tangan kamu kenapa?" Gadis itu memegang tangan Vivi yang memar dan terluka karena berkelahi tadi dan tidak sengaja memukul meja.
"Lecet."
Gadis itu meletakkan telapak tangannya di atas luka memar Vivi. Kemudian muncul seperti cahaya yang bersinar dari telapak tangan gadis itu. Hanya berselang beberapa detik, sinar itu meredup. Vivi menarik tangannya dna melihat lukanya. Hilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bidadari Badung [END]
FanficBingung mau nulis sinopsis nanti malah spoiler. Baca aja ya! 😂 Vikuy berlayar kapten! 😁