Happy Reading Folks 😊Chika dan Vivi sedang duduk di teras di malam hari. Jam memang sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Bu Badrun sudah menyuruh mereka masuk tapi mereka bersikeras di luar. Hari ini bulan purnama tiba. Chika ingin menikmati suasana malam yang ia rindukan. Di mana satu bulan lalu ia turun ke bumi dan saat ini memutuskan belum akan kembali ke atas.
Setelah banyak hal yang ia lalui bersama keluarga Badrun, ia menyadari ada yang begitu menyayanginya di sini. Ia merasa diakui, disayangi, tenang, dan nyaman. Begitu banyak pelajaran yang Chika ambil selama ia menjadi bagian dari keluarga Badrun. Vivi yang teramat mencintainya, sampai - sampai ia merasa Vivi bukan saja seorang Kakak baginya. Tapi kekasih dan pacar yang amat takut kehilangan Chika.
"Kak Vivi paling takut sama apa?" tanya Chika sambil bersandar di bahu Vivi.
"Kecoa. Chika apa?"
"Dimarahin."
"Ooh kacian kacian adik Kak Vivi..." Vivi merangkul gemas Chika dan menciuminya berkali - kali.
"Aah Kak Vivi mah. Acak - acakan nih rambut aku."
"Halah biasanya juga seneng diacak - acak."
Chika cemberut, menyisir rambutnya dengan jemarinya.
"Kenapa Chika ga suka dimarahin?"
"Aura orang marah itu lho, Kak. Nyebelin. Ga enak didenger. Biar dinasehatin tapi nadanya marah, Chika ga suka."
"Ya misal salahnya sampe berkali - kali ya harus diingetin. Wajar dimarahin."
"Beda ya marah sama tegas. Tegas itu berwibawa, nasehatnya enak didenger. Masuk ke hati. Orang marah nusuk di hati," jawab Chika nyengir, memperlihatkan barisan giginya yang mungil dan rapi.
"Sok tua!" Vivi menoyor kepala Chika.
"Kak apaan itu!" Chika menunjuk sesuatu di langit.
"Apaan?" Vivi melihat ke atas. "Ngga ada apa - apa."
"Kayak kilat cahaya jalan gitu, Kak. Cepet banget."
"Masa sih?" Vivi merenung. Jangan - jangan sama seperti waktu ia lihat dulu sebelum Chika turun.
"Tuh Kak!" Chika menunjuk lagi. Dan benar. Vivi melihat kilatan cahaya yang sama. Seperti komet tapi ini lebih cepat hilangnya.
Kilatan cahaya itu seperti sedang mencari sesuatu, sama persis seperti Chika dulu. Hanya cahayanya tidak menyilaukan. Vivi jadi menduga apakah akan ada bidadari lain selain Chika? Apakah orang lain juga bisa melihat kilatan yang sama? Atau hanya Vivi dan Chika yang terpilih?
BLARRRRR
"Kak Vivi. Chika takut!" Chika melejit dan lompat ke pelukan Vivi. Vivi menepuk punggung Chika, menenangkannya.
"Tenang, Chik. Ga usah takut. Ada Kak Vivi."
Suara menggelegar itu terasa dekat sekali. Di samping rumah.
"Sebentar, Chik. Kak Vivi cek." Vivi beranjak dari kursinya.
"Jangan tinggalin Chika, Kak Vivi." Chika ngumpet dibalik punggung Vivi.
"Ya udah ikut."
Vivi dan Chika berjalan mengendap - endap merapat ke tembok. Langkahnya perlahan ke arah samping rumah. Sedikit demi sedikit kepala Vivi mengintip situasi. Chika masih saja memegangi kaus Vivi di belakangnya sambil menunduk ketakutan. Vivi nyaris melompat saat ia melihat ada sosok berambut panjang sepunggung, memakai gaun warna putih yang menutupi kaki, ada hiasan bunga di kepalanya, dan membelakangi mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bidadari Badung [END]
FanfictionBingung mau nulis sinopsis nanti malah spoiler. Baca aja ya! 😂 Vikuy berlayar kapten! 😁