Happy Reading Folks 😊Sore itu Ve, Bapak dan Ibu Badrun, Chika, dan Vivi berkumpul di teras. Mereka sedang makan bersama - sama menggelar tikar. Ada nasi sebakul, ayam bakar yang tadi pagi dimasak, lalapan, tahu tempe, dan minum. Keceriaan mereka begitu terlihat dari wajah - wajah penuh senyum.
"Wah, Pak Badrun, tau - tau udah punya istri baru aja nih?" sambar seorang tetangga yang kebetulan lewat. Mulutnya enteng banget kayak kapas asal njeplak.
"Aminin aja deh. Mudah - mudahan terlaksana!" sahut Pak Badrun yang mendapat timpukan tahu goreng dari istrinya. Bu Badrun melotot ke arah suaminya. Ia ogah menanggapi mulut tetangganya yang hobi ghibah.
"Undang - undang ya?" tukas si tetangga yang langsung ngeluyur begitu dilempar tulang ayam sama Bu Badrun plus pelototan tajam.
Ve tertawa melihat mereka. Chika dan Vivi sibuk makan ketimbang menertawakan Pak Badrun.
"Mama jadi pulang malam ini?" tanya Chika sambil mengunyah nasi.
"Yah, kok pulang, Ma?" timpal Vivi.
"Takut merepotkan kalau Mama di sini," ujar Ve meletakkan piringnya. Mengambil lagi secentong nasi.
"Masa ngerepotin? Saya sama Bapaknya seneng ada Mamanya Chika di sini. Jadi rame, Chika sama Vivi juga seneng. Kalo mau tinggal, di rumah ini juga ada kamar kosong di atas."
"Iya, Ma. Tinggal di sini aja," bujuk Chika.
"Hmm, satu hari di sini Mama merasa ini bukan dunia Mama. Lebih baik kembali ke atas, melihat Chika dan Vivi dari sana. Bukan Mama tidak betah atau tidak nyaman ya, Bu Badrun. Bukan. Tapi saya ada sesuatu yang sulit dijelaskan. Untuk Chika, dia bisa beradaptasi dengan cepat. Memulai hidup baru. Saya seneng. Di atas saya punya kehidupan yang tidak bisa saya tinggalkan terlalu lama," tutur Ve. Ada titik air mata di pelupuk matanya.
Hening. Semua mendengarkan dengan seksama.
Chika memeluk Mamanya, ia merasa berat ditinggal. "Aku ikut ya, Ma?"
"Chika mau pulang?" tanya Vivi khawatir ditinggal adiknya.
"Iya. Kangen di atas sana," jawab Chika lirih. Air matanya terlanjur menetes.
"Chika udah ngga betah ya? Kak Vivi galak ya?" Vivi juga mulai meneteskan air mata.
Acara makan - makan yang harusnya riang gembira malah berubah jadi acara tali kasih yang penuh kesedihan.
Pak Badrun pun ikutan sedih. Sedih bukan karena Chika pulang, tapi kalau Ve pulang ia kehilangan kesempatan menggebet Ve menjadi istri kedua. Bu Badrun sedihnya natural, ia akan kehilangan Chika yang sudah dianggap anak jika Chika memilih pulang. Juga seorang tamu yang merupakan Mamanya Chika.
"Kak Vivi baik sama Chika kok. Selama ini kan memang Chika aja yang polos. Chika banyak belajar sama Kak Vivi, Bapak, Ibu. Udah anggap Chika sebagai anak. Disayang, diperhatiin, disekolahin. Chika sayaaang sama keluarga ini."
"Tapi kok tiba - tiba. Secepat itu. Ngga ada rencana," Vivi ikutan memeluk Chika dan Ve.
"Chika, apa Chika tidak mempertimbangkan kembali? Masih bisa bulan depan atau bulan depannya lagi," tanya Ve, mengelus punggung Chika dan Vivi.
"Chika mau pulang. Kangen sama keluarga di atas." Chika malah terlihat ngambek.
"Ya sudah, nanti pamit sama Bapak dan Ibu Badrun, sama Kak Vivi. Mama ngga maksa kamu tinggal di sini atau pulang. Semua terserah kamu. Kamu datang baik - baik, pulang juga harus baik - baik," tutur Ve dengan bijak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bidadari Badung [END]
Fiksi PenggemarBingung mau nulis sinopsis nanti malah spoiler. Baca aja ya! 😂 Vikuy berlayar kapten! 😁