13 - Kangen

1.5K 149 12
                                        


Happy Reading Folks 😊

Chika berbaring di atas bangku panjang di ruang tunggu rumah sakit, ia memakai pakaian pinjaman dari suster Tania. Chika menutupi tubuhnya dengan selimut karena suhu di dalam rumah sakit cukup dingin malam itu. Ia sembari merenungi kesalahannya. Sudah seharusnya memang ia nurut semua perkataan Vivi. Di sini ia menumpang pada keluarga Vivi. Ia masih sayang sama keluarga Bapak, Ibu Badrun dan Vivi. Emosinya sudah mereda.

Air matanya perlahan menetes membasahi pipi. Chika pun akhirnya tertidur pulas.

🌼🌼🌼

Pagi hari sekitar pukul 05.00 shift suster Tania sudah selesai. Chika juga sudah bangun dan mandi sepagi itu. Mereka menunggu kedatangan keluarga Badrun menjemput Chika. Usai sarapan, Chika tidak bisa jauh dari suster Tania. Ia masih ada rasa takut dimarahi.

Baru pukul 06.15, keluarga Badrun datang. Suster Tania menyambut mereka. Chika tidak berani menampakkan diri.

"Chika mana?" tanya Bu Badrun.

"Chika ngumpet di ruang suster. Biarin dulu. Masih takut dia."

"Tapi Kakaknya udah ngga marah lagi."

"Iya, saya tau. Maksud saya biar tenang, nanti kalau terburu - buru dia merasa takut lagi."

"Ooh, gitu ya...." kata Bu Badrun.

"Udah Bu. Ngga apa - apa," timpal Pak Badrun.

"Oh, iya. Saya mau tanya. Chika itu apanya Ibu dan Bapak?"

"Dia anak angkat kami."

"Tapi Chika tidak tau apa itu anak angkat atau anak kandung?"

"Chika bilang begitu?"

"Iya, saya pikir bercanda. Ternyata benar tidak tau."

"Chika memang masih polos. Banyak hal yang ia tidak tau," tutur Pak Badrun, "Sejak kami menemukan dia, kami juga tidak tau darimana dia berasal."

"Menemukan? Berasal? Maksudnya?" tanya suster Tania.

"Vivi yang tau..." Bu Badrun meminta Vivi menceritakannya.

"Begini, waktu itu...." Vivi pun menjelaskan semuanya secara detail.

🌼🌼🌼

Chika keluar dari ruang suster mendekati Keluarga Badrun, ia perlahan mendekati Ibu dan Bapak Badrun dan mencium tangan keduanya.

"Maafin, Chika ya, Bu," ia berusaha menahan air matanya.

Bu Badrun membelai rambut Chika. "Chika ngga salah. Jangan diulangi ya."

"Iya, Bu."

Baru ketika mendekati Vivi, Chika agak ragu. Lantas Vivi langsung memeluk Chika erat dan pecah tangis antara Vivi dan Chika.

"Maafin Kak Vivi, ya. Maaf banget. Kak Vivi ngga maksud mukul Chika. Kak Vivi sayang sama Chika."

"Maafin Chika juga, Kak. Ngga nurut sama Kak Vivi. Chika janji ngga ngulangin lagi."

Vivi melepaskan pelukannya. "Pulang yuk. Kakak janji ngga marah - marah lagi."

Tangan Vivi digandeng Chika. Dan ia mengangguk. Keluarga Badrun akhir membawa pulang Chika dari rumah sakit. Suster Tania menyertai kepulangan Chika. Ia mengelus punggung Chika.

"Chika kapan - kapan main ya ke rumah sakit?"

Chika mengangguk malu. "Iya..."

Mereka pun masuk ke dalam taksi yang sudah menunggu mereka di depan rumah sakit. Sepanjang perjalanan Chika dan Vivi tidak berbicara. Membaiknya Chika kepada Vivi disimbolkan dengan menyandarnya kepala Chika  bahu Vivi. Vivi pun merangkul Chika dan menciumi rambut adiknya. Tangan mereka saling menggenggam. Vivi menahan air matanya meski merasa sangat haru. Dan hari ini terpaksa Vivi ngga sekolah karena menjemput Chika.

Bidadari Badung [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang