○Kejutan○

3.2K 375 76
                                    

Hi, gaes!
Maaf update kali ini lama, huhu.
Di desa aku lagi rame orang panen padi, jadi aku panen dong ges:v
Tapi aku sempet-sempetin buat ngetik dan ngarang. Pokoknya makasih buat kalian yang selalu komen di tiap chapter ku. Makasih karena selalu komen next. Jujur itu buat semangat berkobar.

Dahlah,
SPAM KOMEN
UNTUK NEXT CHAPTER<3

GAK KOMEN, GAK PREND.

***

"DUAR!"

Celsa terpelonjak kaget saat ia sedang mengeringkan rambutnya menggunakan handuk. Gadis itu mengelus dadanya kasar. Bisa-bisanya Adil langsung mendobrak pintu tanpa permisi ataupun mengetuk pintu.

Sementara yang melihat malah cengengesan tak karuan. "Hehe, maaf. Lagian gw udah ketuk pintu, udah salam di depan pintu keras, tapi lo gak ngebuka-bukain pintunya." ujar Adil seraya duduk di ranjang Celsa, "yaudah, gw masuk aja."

Celsa geleng kepala, ia duduk pada kursi kecil di depan meja rias seraya mencolokkan hairdyre. "Tadi gw lagi mandi," jawab Celsa membuat Adil langsung menghampirinya, "untung udah pake baju!" sambungnya menghela nafas. Jika benar ia belum memakai baju? Ah, entahlah apa yang selanjutnya terjadi.

"Tadi seharusnya gw ke sini lebih awal." Adil berdecak kecil, namun suaranya masih dapat didengar Celsa lantaran jarak mereka dekat.

Celsa berbalik, menatap Adil begitu tajam, lalu menodongkan sisir rambut dengan lurus layaknya seorang penjahat yang tengah menakut nakuti.

"Dasar mesum!" seru Celsa memukul dada bidang Adil agak keras.

Adil malah cengengesan. "Eits, eits, eits... maksud gw supaya lo cepet buka pintunya, gw capek jerat-jerit di luarnya." ujar Adil pada Celsa, "jadi di sini yang mesum siapa? Gw kah? Elo kah?"

Celsa gelagapan, gadis itu menepuk nepuk kepalanya. Kenapa pikirannya jadi seperti ini?

"Dahlah, tujuan lo ke sini mau apa?" tanya Celsa seraya meletakkan sisir yang tadi sempat ia gunakan, lalu menggapai hairdrye, "siniin!" tuntutnya saat Adil dengan jahil mengambil hairdrye itu.

Dengan jahil Adil malah memeletkan lidahnya, menantanh Celsa. Lelaki itu menarik sambungan hairdrye sebelum ia ingin berlari dan memutuskan agar Celsa mengerjarnya.

Celsa tak tinggal diam, ia beranjak dari duduknya dan mengejar Adil. "SINIIN!" tuntut gadis itu terus menggapai baju Adil dari belakang, namun tak kunjung tergapai, "rambut gw masih basah! Mana mungkin gw mau pergi terus rambutnya basah!"

Suara Adil yang terus cekikikan benar-benar membuat Celsa bertambah marah. Ingin rasanya menyalakan hairdrye tersebut, lalu menyemburkan hawa panas itu pada wajah Adil sekarang juga.

"Panggil gw sayang dulu!" pinta Adil mengambil kesempatan dalam kesempitan.

Celsa berdecak sebal, namun ia tak mau memanggil Adil dengan sebutan sayang. "Ciiii! Kakak lo nakal! Jewer aja dia sampe telinganya putus! Biarin jadi oseng telinga!" Celsa mengadu cengo. Sudah jelas di sini tak ada Cici.

"Ngadu aja terus, di sini gak ada Cici!" ejek Adil puas, "gak ada pilihan, panggil gw sayang!"

Oke, larian Celsa terhenti. Ia merasa sangat haus telah mengelilingi kamar asramanya ini yang cukup luas. Tak ada pilihan, gadis itu menyerah.

Pacar Koplak [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang