○Permintaan○

3K 374 19
                                    

SPAM KOMEN
UNTUK NEXT CHAPTER><

Ga komen, ga prend lah.

***

"Kwita mwau kemwana, bweng!" Celsa terus berusaha menarik tangan Adil dari wajahnya.

Pasalnya tangan kekar lelaki itu mengantup wajah Celsa dari belakang. Katanya ingin ada suprise setelah melewati jalanan yang bisa dirasakan agak naik dari kaki Celsa.

Ada rasa kesal, ada rasa kepo. Keduanya sekarang bercampur menjadi satu gara-gara perlakuan Adil. Setelah keluar dari area perkemahan, lelaki itu mengeluarkan potongan kain kecil dari sakunya dan segera menutup mata Celsa dengan benda itu tanpa persetujuan. Ditambah dengan tangan lelaki itu yang menangkup wajahnya. Benar-benar manusia koplak.

"Udah tenang aja, bentar lagi sampe. Pasti lo suka!"

"Twapi kwita udwah jwalwan agwak lamwa!"

"Diem, atau gw kasih sun?" lelaki itu malah menawar dengan memanfaatkan keaadaan.

Adil tertawa terbahak saat tak mendengar lagi cerocosan gadis itu. Apalagi jika tawarannya tentang sun, pasti gadis itu akan diam dan luluh.

Celsa mencebik bibirnya kesal. "Awas lwu ywak! Sekwarang bolweh ngwakak, setwelah inwi gwak!"

Adil makin tertawa keras. "Nama bapak gw bukan Wawan!"

"Twolol, gwoblog!"

"Nama bapak gw bukan Toto, bon!" Adil makin tertawa keras. Padahal dia tahu malsud omongan Celsa, dia hanya ingin meledek.

"Nah, sampe..." Adil melepaskan tangkupannya, lalu tangannya menggapai kain yang menutupi mata Celsa.

"Gw tau ini bukan kej-" ucapan Celsa terpotong saat ia menyadari betapa indahnya pemandangan pedesaan dari bukit yang agak tinggi sekarang ini.

Lampu-lampu menghiasi pedesaan itu. Dari sini Celsa dapat melihat rumah warga seperti kunang yang bertebaran kemana-mana. Sungguh takjub melihat pemandangan kali ini.

Mata gadis itu tak teralihkan menatap pedesaan di bawah sana. Desa di bawah sana memang di namakan desa, tapi tak kalah besar. Hingga ia tak menyadari jika Adil memeluknya dari belakang dengan dagu yang bertumpu pada bahunya.

"Gw mau nyoba ngambil ikan, lo mau?" tanya Adil antusias.

Celsa tersentak kaget saat suara Adil terdengar nyaring di telinganya. Ah, jantungnya benar-benar berdegup kencang gara-gara mendengar suara lantang Adil.

Celsa mendorong pelan kepala Adil. "Buat apa ngambil ikan? Ga guna, beng. Kaya bocil."

Adil terkekeh pelan. Jadis gadis itu belum tahu soal mitos di pedesaan sini? Ah, Adil paham betul jika gadisnya ini anak nolep, jarang keluar.

"Disini ada mitos kalo berhasil nangkep ikan di kolam itu," Adil menunjuk pada kolam yang berukuran sedang di hadapannya, "permintaan kita akan di kambulkan,"

Memang benar perkataan Adil. Banyak mitos yang sudah tersebar jika seseorang bisa menangkap ikan dari kolam itu dengan menutup mata, permintaannya akan terkabulkan.

Pacar Koplak [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang