SPAM KOMEN
UNTUK NEXT CHAPTER.****
"Aaaa!" pekik Celsa saat Adil melepas pakaiannya begitu saja di hadapan matanya. Ia menjerit dengan sekali hembusan nafas, "pakek bajunya, astaghfirullah," Celsa memerintah seraya menutup matanya dengan telapak tangan.
Adil yang mendengar penuturan Celsa malah tertawa terbahak-bahak melihat tingkah gadisnya. Baru saja ia dapati gadis seperti Celsa, karena pemandangan yang sering ia temui ialah para gadis malah berjeritan lantaran tak kuasa melihat postur tubuh, dan bentuk perutnya.
"Ih, malah ketawa!" Celsa bertambah sewot, gadis itu berjalan dengan mata yang sengaja ia tutup. Ketika dirasa sudah sampai, gadis itu menggapai vas bunga dan menodongkan di hadapan Adil layaknya pisau.
"Mau lihat vas ini melayang?" tawar Celsa dengan nada tak santay. Jelas membuat Adil menghentikan tawanya.
"Galak amat pacar Adil," gida Adil sembari menoel dagu Celsa perlahan, namun gadis itu malah menghentakkan kakinya cukup keras di atas lantai. Kentara sekali Celsa sangat marah sekarang ini.
"Pake sekarang atau gw yang pakein!" cetus Celsa linglung, membuat tangannya berganti menampar nampar mulutnya sendiri, "mulut oh mulut..." Celsa malah bersenandung dengan rasa grogi dan malunya.
Adil menyeringai jahil. "Pakein..." lelaki itu malah merengek layaknya anak kecil yang meminta mainan.
Celsa menggapai kaos Adil dengan mudah, kentara sekali lelaki itu sengaja dan telah menunggu momen saat ini. "Mau dipakein?" tanya Celsa memastikan dan langsung diangguki Adil secara antusias.
"Aduh, aduh..." keluh Adil saat Celsa dengan tega malah mengusel uselkan agak kasar pada wajah gantengnya, "iya, iya, gw pakek!" putusnya menyerah.
"Buka aja matanya, gw udah pake baju," ujar Adil memberi laporan. Dapat ia lihat Celsa mulai menurunkan tangannya perlahan, lalu menghela nafas lega.
Begitu sudah membuka dengan sempurna, Celsa malah mendetengkan tangannya menghakimi perlakuan Adil. "Di dalem apartemen ini, kita cuman berdua. Maksudnya apa coba nglepasin baj-"
"Kok lucu, sih?" mata Celsa jadi berbinar. Tangannya menggapai kucing angora dengan bulu super tebal dan berwarna putih mulus dengan campuran oren nampak sangat sempurna di matanya.
Gadis itu tahan, ia sangat pecinta hewan. Apalagi dengan yang gemoi-gemoi dan lucu seperti hewan di hadapannya ini. Celsa langsung mengangkat kucing itu, lalu memeluk kucing itu begitu erat. Kemudian ia mengangkat kucing ke atas, lalu mencium cium kucing itu dengan gemas.
"Ah, selamat..." Adil mengumpat pelan. Ia mengelap keringat dingin yang sudah bercucuran pada keningnya. Jujur ia tak kuasa jika mendengar celotehan Celsa yang sama persis seperti emak tetangga rumahnya. Jika sudah nyeloteh, tak ada simpang dan belokan. Terus lurus seperti jalan kereta.
Sekarang kedua remaja itu tengah berada di apartemen milik Adil, dan Celsa hanya menurut saja karena Adil beralasan ingin mengambil sesuatu di apartemennya.
"Mau kucingnya?" tanya Adil dan disambut anggukan penuh antusias dari Celsa.
"Mau! Tapi... kucing sama anjing gak bisa akur kan, yak? Kaya kita berdua gini. Lo anjingnya, gw kucingnya yang super duper imut." sahut Celsa diakhiri kekehan.
Adil hanya mengiyakan dengan anggukan. "Yaudah, lo pelihara di sini aja. Kita beli sekarang, yak?"
Celsa meletakkan kucing milik Adil kembali ke lantai. "Emang dikira gw ke apartemen ini setiap hari? Apa kata tetangga tentang kita. Gak ah, nanti aja." tolak Celsa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacar Koplak [TERBIT]
Novela JuvenilTelah terbit di Guepedia✨ Pemesanan lewat shopee (sedang bermasalah), Tokopedia, Bukalapak, dan official storenya www.guepedia.con Bagaimana jadinya jika gadis jutek bertemu dengan lelaki species koplak modelan Adil. Bahkan menyandang sebagai pacarn...