○Part-39○

2.2K 278 66
                                    

Holla, aku kembali dengan sejuta kerinduan pada keuwuan Celsa dan Adil!

-Ada yang kangen keuwuan Adil sama Celsa?

Note: hargai karya seseorang dengan cara vote dan komen setelah selesai baca:)

Happy 42k readers semuanya!

****

"Suatu hal yang kita inginkan pasti ada resiko nya. Usaha untuk mendapatkannya. Tenang saja, yakin lah, usaha tak akan menghianati hasil,"

****

"Kalian berdua goblog, tolol, atau bego sih?! Duit udah gue transfer, tapi kalian gak bagiin? Parah." Adam mengelap wajahnya kasar, "kalo kayak gini caranya, udah gak ada cela buat ngedeketin Celsa!" sarkasnya makin keras.

Pemilihan yang dilakukan lewat perantara like diaplikasi instagram itu menyatakan like Adil lebih banyak ketimbang Adam. Meski hasil yang nyata pemenangnya adalah Adil, tetapi Adam masih tak terima dengan kenyataan itu.

Adam melipat tangannya di atas dada, matanya tak berkedip sekalipun menghakimi kedua lelaki di ruang ganti itu, alias orang suruhannya untuk menyogok tapi hasil nya tak berbuah, nihil.

"Gue gak bego, bos. Tapi salah bos sendiri kenapa gak bilang suruh bagi duit nya hari apa," bantah salah satu cowok.

"Iya bos. Bos cuman bilang duit nya udah ditransfer, bagiin keseluruh anggota klub nyanyi, gitu. Bos gak bilang sama kita hari apa bagi duit nya," tambah satunya menimpali perkataan partner nya.

Mendengar hal itu emosi Adam makin menjadi-jadi. "Seharusnya kalo gue lupa nanya in, berarti tugas kalian yang nanya sama gue, gimana sih?!"

"Kan biasanya bos langsung bil-"

Adam langsung nerobos dua lelaki di hadapannya, nyelonong kesal. "Aaa, gak guna kalian! Pokoknya kembali in uang gue, gak ada bayaran buat kalian!"

"Yah, bos..." jawab kedua lelaki itu bersamaan.

Sedangkan di sisi lain, di tempat yang berbeda, Adil sedang menikmati kemenangannya karena telah menjabat menjadi seorang wakil klub nyanyi. Wajah nya itu dibuat se-cool mungkin kala ia sedang mengendarai motor trail miliknya sekarang ini bersama Celsa.

Guyuran hujan yang cukup deras itu membuat baju seragam milik Celsa dan Adil kini basah kuyup. Namun tak dipedulikan bagi Adil. Lelaki itu malah senang dengan guyuran hujan sore ini, seolah hujan memang mengerti dirinya jika sore ini ia ingin menghabiskan bersama Celsa.

"AKHIRNYA JADI WAKILNYA CELSA! GUE BERHASIL SINGKIRIN ADAM! YEAHH!" Adil berteriak dibawah guyuran hujan. Lelaki itu mengegas motornya semakin kencang, sengaja. Membuat Ceksa menutup matanya dan mempererat pelukannya pada Adil.

"JANGAN NGADA-NGADA LO, DIL! GUE GAK MAU MATI KONYOL HANYA KARENA KEBUT-KEBUT AN SAMA LO! SUMPAH, INI GAK LUCU!"

Bukannya Adil mengurangi gas nya, lelaki itu malah tertawa terbahak dan menambah laju motornya.

"KALO KAYAK GITU, HARUSNYA BERSYUKUR DONG. ARTINYA CINTA GAK BAKAL ADA YANG NGE-LARANG! KITA BUKAN KAKAK ADIK DI DUNIA KEMATIAN! YAKAN?"

Celsa yang mendengar jawaban Adil refleks menjiwit lengan Adil dengan ukuran kecil, menimbulkan rasa sakit yang bercampur dengan rasa panas.

"GAK GITU JUGA! BURUAN KECIL IN GAS, ATAU GUE LONCAT?!"

Adil geleng kepala dan memutuskan untuk mengecilkan laju motornya. "Cemen lo. Harusnya pilihannya itu gini, 'kecilin gas nya, atau gue cium lo sekarang juga'," saran Adil pada Celsa, "coba praktek in omongan gue barusan," suruhnya.

Pacar Koplak [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang