JANGAN JADI PEMBACA GELAP YAH, HIHI.
***
"MA, MAMA!!" teriak Adil ketika baru memasuki pintu depan rumahnya dengan suara menggelegar. Semenggelegar cintaku padanya awokawok.
Celsa berdecak pelan. "Rasa ingin nyentil jantung nya,"
"MAMA, YA ALLAH KE MANA SIH? ANAK GANTENGNYA MANGGIL GAK DATANG-DATANG!" Adil menggerutu. Rupanya lelaki itu jadi kesal sendiri.
"Eh, kembarannya Dilan datang," sedikit terpaksa, Lina datang dengan senyuman juga memijit pelipisnya.
Adil tersenyum lebar. "Adil bawa calon Mah!" katanya girang sembari menarik tangan Celsa yang berada di belakang tubuhnya.
Celsa menurut, dia berjalan dan sekarang berada di sebelah Adil sembari berpegangan tangan. "Tangan gue dipegang Kambing," Celsa mengumpat pelan
"Eh, ada siapa nih?" tanya Lina ramah, "cantik. Tapi kok mau sama Adil. Dia agak euh..." Lina sedikit memicingkan matanya, detik berikutnya wanita itu terkekeh.
"Sekali-kali, mendukung anak ganteng nya, gitu Mah!" protes Adil.
"Mau masak bareng gak? Kebetulan jam makan siang yah? Adil tergila banget sama makanan buatan Bunda," tanya Lina antusias. Sedang Celsa, tak bisa menjawab selain mengangguk kan kepalanya.
Celsa sedikit terkekeh. "Hehe, Adil emang doyan makan Tante," katanya mencoba akrab. Padahal makan bareng Adil saja belum pernah.
Kini keduanya berada di dapur, Celsa sedang mengambil bahan-bahan di kulkas. Sementara Lina sedang menyiapkan peralatan memasak.
Lina menoleh. "Oh iya, Bunda belum kenalan lo... Sama kamu," ujar nya sembari meletakkan kembali minyak yang sedang dia tuang.
Celsa menoleh lalu menyengirkan giginya. "Eh iyah, nama aku Celsa Tant-"
"Jangan panggil Tante, panggil Bunda aja. Kali aja jadi Mertua kamu nanti," sedikit menggoda, namun itu membuat Celsa jadi keki sekaligus gugup.
"Mau masak apa Bund?" tanya Celsa, "Celsa aja yang masak," Celsa meletakkan bahan makanan di tepi kompor.
"Celsa bisa masak?" Lina bertanya basa-basi.
"Bisa, tapi dikit sih," Celsa menyengirkan giginya. Ya, dia memang bisa masak. Tapi hanya bisa membuat makanan orang biasa. Adil kan orang kaya, pasti makanannya beda pikirnya.
"Mertua kamu ngajarin nih, tenang aja," Lina mengelus rambut Celsa. Sedang Celsa refleks mendongak. Elusan itu, sungguh sangat tulus baginya.
Celsa mematung dan terdiam. Untuk sekian lamanya, bertahun-tahun sudah. Akhirnya dia merasakan seorang ibu mengelus kepala nya.
Jadi gini rasanya dielus sama seorang ibu? Coba aja Mamah gak kerja lama, pasti satu keluarga selalu lengkap.
Batin Celsa."KEMBARAN DILAN KOK DITINGGAL!" Adil malah berteriak saat sampai di dapur. Rupanya lelaki itu protes.
Lina geleng geleng, lalu menoleh menatap putranya itu. "Emang yah, Mamah salah teknik pas buat kamu,"
Celsa meletakkan pisang yang sedang dia cuci. "Emang teknik nya gimana?" tanya Celsa ikut nimbrung.
"Iya nih, kayaknya emang salah teknik. Kalo beda tekniknya, pasti jadinya pas banget kaya Dilan, bukannya jadi Adillah Pratama!"
Terlihat serius, Adil menyahut tak main-main.
"Aw!" umpat Adil ketika dengan tega mamahnya menjewer telinganya.
Lina menggaruk garuk kepalanya tak gatal. "Maaf yah, Adil emang gini. Soalnya waktu buat, Bunda---"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacar Koplak [TERBIT]
Roman pour AdolescentsTelah terbit di Guepedia✨ Pemesanan lewat shopee (sedang bermasalah), Tokopedia, Bukalapak, dan official storenya www.guepedia.con Bagaimana jadinya jika gadis jutek bertemu dengan lelaki species koplak modelan Adil. Bahkan menyandang sebagai pacarn...