○Bukit dengan masa lalu○

2.4K 291 48
                                    

Sabar, sans, kalem semuanya... jangan pada ngegas. Yang mau tau gimana Celsa selanjutnya, baca part ini. Apakah Celsa jatuh? Apakah Celsa hilang ingatan? Gimana masa lalu Celsa? Bacalah. Jangan diskip, jangan diskip.

****

"Gw milik lo, lo milik gw. Lo dan gw adalah kita. Jadikan gw rumah untuk berteduh, mencurahkan semua keluh kesah, gw siap untuk apapun itu hanya buat lo. Semoga kita berdua jodoh, yak? Amin..."

****

Langit mulai meredup. Warna biru dengan nuansa putih kini memudar. Menampakkan warna jingga berpadukan kuning menghiasi matahari terbenam disore hari. Senja.

Adil menoleh, lelaki itu menghela nafas pelan menatap Celsa. Celsa belum saja sadarkan diri saat kejadian beberapa menit yang lalu. Tadi saat tubuh gadis itu terhuyung ke belakang, Adil dengan sigap menangkap tubuh gadis itu. Untung saja.

Sebenarnya Adil masih bingung. Banyak sekali pertanyaan yang tersimpan dalam benaknya soal gadis itu, terlalu banyak misteri yang belum terjawab.

Banyak sekali misteri Celsa tentang hidupnya dulu. Memang Celsa orangnya ceria, tapi gadis itu tertutup. Apakah dibalik semua itu tidak ada masalah? Mana mungkin jika tuhan tidak memberi cobaan pada setiap insan yang hidup di muka bumi ini?

Mengapa Celsa sampai setakut itu? Mengapa dia menyangkut pautkan soal pembunuhan? Padahal  tak mungkin Adil akan lakukan itu. Apakah dia tega membunuh gadisnya? Jawabannya adalah tidak.

Tujuan Adil mengajak Celsa ke bukit sebenarnya untuk menikmati indahnya senja berdua dan angin sepoy sepoy akan menghiasi momen itu. Tapi hasilnya nihil. Gadis itu ketakutan dan sekarang pingsan. Sudahlah, mungkin keinginannya hanya akan jadi angan angan belaka.

"Ternyata suka senja,"

Suara serak khas dari bangun tidur itu berhasil membuat Adil menoleh. Lelaki itu segera bangkit, lalu berlari dan mendekap Celsa begitu erat.

"Gak ada niatan sedikitpun buat celaka-in lo. Bahkan gw berani dua rius, atau mungkin seribu rius!" Adil melepas pelukannya, beralih memegang kedua bahu Celsa, "Babon percaya kan sama kambengmu ini? Ayolah! Masa gak percaya sih," Adil malah berbalik sewot.

Bukannya Celsa menjawab, gadis itu malah tertawa karenanya. Ia ingin melepas sejenak kenangan masa lalu itu.

"Gak, gw gak percaya," ujar Celsa bercanda.

Adil memberenggut kesal. "Ini nih yang selalu bikin gw kangen!" Adil menarik wajah Celsa, lalu mencium kening gadis itu dengan rasa gregetnya yang tak terbendung. Wajah tanpa dosa itu membuatnya gemas.

"Lo kira gw boneka! Main tarik-tarik aja, terus dicium seenaknya!"

Adil dibuat tertawa karenanya. "Lo emang bonekanya gw. Boneka terlucu dan tersayang gw!"

"Tapi gak kaya kekeyi juga, kan?" tanya Celsa serius pada Adil.

"Ya enggaklah. Mana mungkin ucapan gw manis dibibir doang, apalagi settingan," jawab Adil, "bibir gw ini kalo ngomong seratus tus, tus, tus persen murninya! Gw ngomong gini udah cap badak, mamah tau sendiri."

"Larutan kali," ujar Celsa acuh.

"Ya kali larutan bisa nyebur ke kali! Apalagi main sama bocah-bocah," ujar Adil, "mana mungkin bisa. Botol emang nya bisa berenang?" tanyanya yang tampak serius, namun begitu terdengar bodoh bagi Celsa.

Pacar Koplak [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang