○Hari Perlombaan○

2.5K 332 15
                                    

Yeay, aing update><
Sayang banget sama kang komen deng, apalagi spam, uwwu<3

SPAM KOMEN UNTUK NEXT CHAPTER

****

"Beng..." panggil Celsa pada Adil kala keringat dingin mulai turun dari pelipis dan terasa sekali di bagian punggung. Tangannya kini mulai bergetar. Acara ini benar-benar menguji. Bagaimana tidak? Ia dan Adil adalah pembuka di perlobaan tahun ini.

Adil yang tadi tengah membicarakan sesuatu bersama tim musik kini menghampiri Celsa dengan terkekeh. "Aelah, santai aja. Gw kan udah bilang, kita ini cople ter the best. Nanti pas suara keluar dari mulut kita, kerasa cut... itu nyilunya!"

Celsa berdecak kesal." Lo kira kita duta sampo lain yang akhirnya ahahaha!"

"Salah server, sayangku..." Adil ngakak, dibalas dengan Celsa dengan cebikan di mulutnya.

Adil geleng kepala. Jika Celsa sudah ngambek seperti ini, ia tahu apa yang akan terjadi. Celsa typical cewek egois yang selalu ingin menang sendiri, dan punya prinsip cewek selalu benar. Apalah daya Adil, ia harus bisa mengeluarkan suatu kalimat yang memotivasi sebagai peredanya.

"Gini yah, lo mau ini berakhir bahagia atau berakhir sedih?" Adil menghela nafas jenga. Ia mengangkat dagu Celsa agar menatapnya.

Celsa mengangguk perlahan. "Akhir bahagia lebih baik,"

"Biar santai duduk dulu," ujar Adil membawa Celsa agar duduk di kursi belakang panggung yang sudah disediakan. "Nah, pertama yang penting kita yakin, fokus, jangan salah tingkah di depan banyak orang,"

Celsa mengangkat kepalanya, menatap Adol dari samping karena ia tengah menyandar di bahu Adil. "Gw tau itu. Tapi cara ngatasinnya, gimana?"

"Gampang, mudah, kecil, seperti gw naklukin lo," balas Adil nyata langsung mendapat toyoran dari Celsa, "canda lah. Cara ngatasinnya lo cuman perlu pejamin mata sekejap, bayangin, rasain aja lo kayak lagi nyanyi lagu sendirian. Atau gini, lo bayangin aja di Sma Uranus seluas ini, di tengah perlobaan yang banyak penonton, lo cukup bayangin gw ada di depan panggung sendirian, kayak lo nempatin gw di hati lo! Cukup Adil saja dihatimu!"

Celsa sudah mulai manggut-manggut tanda ia mengerti, tapi diakhir kalimat ini terdengar seperti Adil memberi saran yang hanya tipu-tipu.

"Kedua, lo cuman perlu rileks, santai. Pas nyanyi kalo lo malu, gak usah natap penonton. Tatap aja gw, liat senyum manis gw, dan supaya tambah rileks, genggam tangan gw," sambungnya jelas membuat Celsa jengah.

"Ini beneran, beng..." protes Celsa bernada kecil.

"Gw ngomong beneran. Masa sayangku gak percaya sih!" Adil malah berbalik protes, "dan yang terakhir, ini super duper mudah. Sekarang juga lo peluk gw, peluk seerat mungkin seperti lo takut kehilangan gw. Eh, gimana, sih? Udahlah, lo peluk gw sekarang juga kalo pengen berakhir bahagia,"

Celsa makin jengah. Ia berdiri dan mendetengkan tangannya di hadapan Adil. Membuat lelaki itu mendongak. "Ngambil kesempatan lo, yak?" Celsa menunjuk Adil lurus, protes.

"Mau ngambil kesempatan gimana? Gw sama lo bukan orang yang gak saling kenal, tapi saling melengkapi. Disaat gw malu-maluin, lo nutupin dengan cara Adil emang kayak git---nah, kan," jelas Adil bijak. Namun ia akhiri dengan kekehan kala Celsa langsung memeluk erat tubuhnya tanpa ada aba-aba.

"Iya, iya Adillah Pratama..."

Adil tersenyum sumringah. So ini suatu momen langkah baginya.

"Gak dikasih ku?" tanya Adil menggoda.

Pacar Koplak [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang