“Gi, ayo bangun cupcake-nya udah jadi.” Irene membangunkan Seulgi.
Seulgi mengerjapkan matanya berkali-kali lalu memunggungi Irene dan memeluk gulingnya dan kembali tidur.
Irene menghela napasnya pelan. “Egi ... Bangun, ish!” Lalu dia menepuk-nepuk pantat sahabatnya itu.
“Ah ... Berisik,” kesal Seulgi karena dia merasa tidurnya terganggu.
Irene berkacak pinggang menatap sahabatnya yang susah sekali dibangunin. “Bener-bener, ya.” Irene mangambil segelas air lalu mencipratkan ke arah muka Seulgi.
“Ah! Ganggu aja, sih!” Seulgi terbangun lalu duduk dan menatap tajam ke arah Irene.
“Apa?!” Tanya Irene sambil melotot.
Seulgi tidak menjawab dan langsung berdiri meninggalkan Irene yang masih terdiam di kamarnya.
Seulgi menghampiri Bunda dan Yeri yang sedang menata cupcake di meja makan.
“Kenapa kamu?” Tanya Bunda yang melihat wajah Seulgi cemberut.
Seulgi menggeleng lemah dan menopang dagunya dengan tangan di atas meja makan.
“Susah banget sih kamu dibangunin,” sahut Irene yang baru datang dari kamar Seulgi.
“Emang dia kan kebo Kak dari dulu,” timpal Yeri dan medapatkan tatapan tajam dari Seulgi.
Seulgi tidak bisa apa-apa selain sabar menghadapi para wanita yang ia cintai ini. Yeri dan Irene selalu bekerja sama untuk melawan Seulgi.
Sedangkan dirinya tidak punya siapa-siapa untuk membela dirinya. Bunda? Tidak mungkin karena dia hanya sebagai penonton jika anak-anaknya bertengkar seperti ini.
“Udah, udah. Kalian masih aja suka berantem,” lerai Bunda sambil membereskan cupcake-nya.
Mereka tidak menjawab dan Seulgi mengambil satu cupcake-nya. “Wah ... Cantiknya,” lalu Seulgi memakan cupcake-nya. “Enak banget, pasti Bunda yang buat, kan?” Tanya Seulgi menatap Bundanya.
“Aku yang buat,” sahut Irene tiba-tiba.
Seulgi menghentikan aktivitas mengunyahnya. “Hm ... Biasa aja, sih,” lalu melanjutkan sesi makannya.
“Ish! Nyebelin banget kamu!” Kesal Irene lalu melempar lap kotor ke arahnya.
“Aduh!” Seulgi menatap Irene sinis dan Irene membalas tatapan tajam ke arahnya. Bunda dan Yeri hanya tertawa melihat tingkah mereka.
Seulgi, Irene dan Yeri sedang menonton TV bersama. Sedangkan Bunda sedang di rumah Bibi karena dia sibuk membuat catering untuk pesanan orang nikahan.
Seulgi menoleh ke arah Adiknya. “Kamu masih sama saeron, Yer?” Tanya Seulgi.
Yeri menoleh ke arahnya. “Masih, kenapa?”
Seulgi menggeleng. “Langgeng juga kamu.”
“Iya, lah,” ujar Yeri sambil menyilangkan tangannya.
“Kok udah jarang main ke sini?”
“Dia sibuk kuliah, Bang. namanya juga mahasiswa baru,” jawab Yeri.
Seulgi hanya mengangguk paham.
Sedangkan Irene mengerjapkan matanya berkali-kali karena mengantuk. Seulgi yang melihat itu langsung merangkul pundak sahabatnya dan Irene segera memeluk Seulgi dan bersandar pada pundaknya. “Tidur aja kalo ngantuk,” ujar seulgi sembari mengelus bahu sahabatnya itu
Irene tidak menjawab dan hanya mengangguk kecil.
"Suho? Ngapain ngechat gue?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Flavor | seulrene ✓
Fanfiction"Rasa yang ku miliki sejak lama tidak bisa hilang begitu saja. Bahkan jelas-jelas kamu sudah dimiliki oleh orang lain." -Kang Seulgi "Maaf, aku cuma anggep kamu sahabat. Gak lebih." -Bae Joohyun ━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━ Bahasa semi baku Lokal Gender...