“Bang, bangun!” Yeri memukul-mukul lengan Seulgi.
“Bang!” Yeri terus membangunkan Kakaknya itu.
Yeri menghela napasnya kasar lalu menendang keras pantat Seulgi.
“AKH! APAAN, SIH?!”
“Abang susah banget kalo dibangunin!” teriak Yeri.
“Ya pelan-pelan aja, dong.” Seulgi menatap sinis ke arah Adiknya.
“Pelan-pelan gak bakal bangun! Dasar kebo!” Ledek Yeri lalu berlari keluar kamar Seulgi.
Seulgi dengan cepat mengejar Adiknya itu.
“Aduh ... Kalian pagi-pagi udah berisik aja, sih!” Bunda sedang menyiapkan sarapan.
“HAHAHA ... Abang udah, ih!” Yeri tertawa keras karena kelitikan dari Seulgi.
Seulgi menghiraukan Adiknya yang sudah memohon untuk berhenti, tetapi Seulgi masih saja menggelitik pinggang Adiknya. Reflek Yeri memukul kepala Seulgi.
“Aduh!” Seulgi memegangi kepalanya.
“E-eh, gak sengaja, Bang,” ujar Yeri sambil menatap Seulgi khawatir.
“Kan ... Makanya bercanda jangan kelewatan,” kata Bunda sambil menggelengkan kepalanya.
Seulgi berjalan menuju meja makan lalu mengambil piring dan nasi.
"Abang, maafin …,” ujar Yeri sambil memasang wajah sedihnya.
Seulgi hanya melihat sekilas ke arah Adiknya. “Hm.”
“Bang ... Serius, ih” Yeri memanyunkan bibirnya.
“Iya, bawel. Udah buruan makan.”
Akhirnya Yeri mengambil piring dan nasinya sedangkan Bunda tersenyum melihat anak-anaknya.
Setelah sarapan, Seulgi bergegas untuk mandi karena ada jadwal kuliah pagi. Yeri sang Adik juga pergi mandi karena sekolah.
Seulgi sedang menunggu Yeri selesai berpakaian sambil menonton TV, dan Bunda menyiapkan bekal untuk Yeri. “Kamu mau bekal juga, gak, Gi?”
Seulgi menoleh. “Enggak, Bun. Beli aja nanti.”
Bunda hanya mengangguk paham lalu memasukkan kotak bekal Yeri ke dalam tasnya.
“Ayo, Bang!" Sahut Yeri dan ia mengambil tasnya.
“Yeri berangkat ya, Bun.”
“Berangkat ya, Bun,” pamit Seulgi.
“Hati-hati, ya, Nak.”
Lalu mereka berdua pergi meninggalkan rumahnya.
Sekarang mereka sudah sampai di depan gerbang sekolah Yeri yang di mana Seulgi juga pernah bersekolah di sini. “Belajar yang bener, jangan nakal.”
Yeri mengangguk. “Iya, Bang. Aku masuk ya kalau gitu. Dadah!” Yeri melambaikan tangannya.
Seulgi hanya tersenyum melihat kepergian Adiknya.
“Halo, Kak Seulgi!” Sapa murid-murid sekolah.
Seulgi menautkan alisnya bingung.
"Siapa, dah?"
Seulgi hanya tersenyum kaku ke arah mereka dan langsung menuju kampus.
Sekarang Seulgi sedang berjalan dari parkiran menuju kelasnya.
“Seulgi!”
Seulgi menoleh ke belakang. “Krystal?”
Krystal tersenyum lalu menghampiri Seulgi. “Kemarin gak ke kantin?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Flavor | seulrene ✓
Fanfiction"Rasa yang ku miliki sejak lama tidak bisa hilang begitu saja. Bahkan jelas-jelas kamu sudah dimiliki oleh orang lain." -Kang Seulgi "Maaf, aku cuma anggep kamu sahabat. Gak lebih." -Bae Joohyun ━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━ Bahasa semi baku Lokal Gender...