11. Just be pretend, I prefer it

434 139 38
                                    

"Jika memang tidak bisa merasakan hal yang sama, bisakah mencoba untuk berpura-pura? Aku lebih menyukai itu daripada hanya melihat tatapanmu yang tidak bisa diartikan sama sekali"

---oOo---

Minggu?

Yah ini adalah hari minggu, karena itu aku bisa tenang pagi ini tanpa harus memikirkan segala hal yang harus kupersiapkan untuk pergi ke sekolah.

Kebanyakan orang di luar sana biasanya akan menghabiskan hari minggu mereka dengan bersantai, berlibur dan menikmati suasana yang jarak mereka nikmati di hari-hari biasanya.

Sementara aku? Aku selalu menghabiskan hari mingguku dengan menonton tv di rumah. Atau terkadang aku akan membantu mama membuat cemilan.

Begitu membosankan bukan? Yah mau bagaimana lagi? aku tidak punya teman yang bisa kuajak untuk bersantai di luar sana.

Dean? Ah, meskipun dia yang terlihat lebih dekat denganku dibandingkan yang lainnya, tapi aku tidak pernah Dingin mengajaknya untuk bersantai di luar. Aku hanya tidak ingin menjadi terlalu dekat dengannya.

Sudah kukatakan kan, aku adalah tembok penghalang bagi Dean. Jadi lebih baik untukku tidak berada di sekitarnya dan membuatnya menjadi temanku lalu kemudian suatu hari dia yang akan pergi menjauhiku setelah mengetahui apa yang sudah kulakukan.

"Ddrrrtttt... ddrrrrttttt..."

Terdengar suara getaran ponselku. Siapa yang menghubungiku pagi-pagi begini? ㅡbegitu pikirku.

Tanganku bergerak meraba sekitarku. Mataku belum sepenuhnya terbuka jadi aku masih kesulitan untuk melihat. Tanganku terus bergerak sampai tanganku berhenti di atas meja nakas yang berada tepat di samping tempat tidurku.

Jariku mengusap layar benda berbentuk persegi panjang itu dan di sana ada sebuah notifikasi pesan dari nomor yang tidak kukenal.

Huh? Siapa ini?

Aku tidak tau kapan terakhir kali aku menerima nomor tidak dikenal. Seingatku juga beberapa waktu terakhir ini tidak ada yang pernah menanyakan nomor ponselku.

Daripada aku harus dikerumuni dengan rasa penasaran, langsung saja aku membuka pesan itu. Di sana tertuliskan sebuah pesan singkat.

"Ini Mark, apa kamu sudah bangun?" begitu yang tertulis di sana.

Mark? Aku baru tau dia bisa mengirim pesan seperti ini. Kupikir dia tidak bisa melakukannya. Tapi jika begitu, kenapa dia tidak mengirimiku pesan sejak kemarin-kemarin.

"Dddrrrrtttt... dddrrrrtttt..."

Belum sempat aku membalas pesan yang dikirimkan oleh Mark. Aku kembali mendapatkan sebuah pesan notifikasi dari humanoid itu lagi.

"Prof. Jeffrey membelikanku sebuah ponsel. Jadi aku ingin mencobanya. Karena itu aku mengirim pesan kepadamu" Begitu yang tertulis di sana.

Oh? Ternyata dia mengirimiku pesan dengan perantara sebuah ponsel. Kupikir dia bisa melakukannya sendiri. Tapi kenapa tidak bisa? Dia kan humanoid. Oh atau dia memang tidak dirancang untuk mengirim pesan seperti yang dilakukan oleh sebuah ponsel? Ah entahlah, otakku hanya akan mengekrut jika memikirkannya.

"Ya, aku sudah bangun" jawabku.

"Kamu harus bangun, mencuci muka, kemudian sarapan. Aku akan menjemputmu untuk olahraga pagi. Sampai jumpa, Elle"

"Ah.. jangan lupa untuk minum air putih terlebih dahulu sebelum melahap sarapanmu. Air putih baik untuk awal yang baik" Pesan teks dari Mark kembali masuk beberapa detik setelah pesan yang ia kirimkan sebelumnya.

CODE NAME MARKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang