"Keluar dari terowongan gelap melalui celah kecil yang dibuat oleh seseorang"
---oOo---
Bell jam pulang sekolah sudah berbunyi beberapa saat yang lalu. Semua siswa di sekolah ini sudah berhamburan keluar gerbang sekolah, termasuk aku dan Mark. Oh ya, saat jam istirahat tadi aku dan Mark berencana untuk mampir ke toko buku setelah pulang sekolah.
Ada sebuah buku baru dari penulis favorite-ku dan tentu saja aku ingin membelinya. Jadi aku meminta Mark untuk menemaniku hari ini. Tidak ada penolakan dari Mark. Karena prinsipnya adalah selama itu baik, dia akan terus menyetujui apapun yang kulakukan.
"Apa jarak dari sini ke toko buku itu jauh?" tanya Mark.
"Lumayan sih." Jawabku.
"Bagaimana kalau naik bis? Cuacanya juga masih terik. Kamu bisa kehabiskan energy."
"Em, boleh deh."
Aku dan Mark pun berbalik kemudian berjalan ke arah yang berlawanan dari sebelumnya. Itu karena halte bus berada di arah ini. Tadinya kami tidak terpikirkan untuk naik bis pergi ke toko buku.
Di sana masih ada beberapa siswa yang juga sedang menunggu bis. Aku tidak mengenal siapa mereka. Mungkin saja dia adik kelas. Tidak harus juga kan aku mengenali semua siswa yang ada di sekolah ini.
Mungkin menunggu kurang lebih 10 menit sampai bis itu datang. Kami yang ada di halte ini pun langsung melangkahkan kaki memasuki bis.
Untungnya kali ini tidak begitu banyak yang mengendarai bis. Sebab ini sudah termasuk bis kedua yang mengangkut anak-anak sekolahan. Bis sebelumnya adalah yang paling ramai karena benar-benar datang ketika bell tanda pulang tadi berbunyi.
Aku dan Mark mengisi dua kursi kosong di sebelah kanan. Bagianku adalah kursi yang lebih dekat dengan jendela bis.
Sengaja aku duduk di sana agar aku bisa menikmati pemandangan di luar bis dan juga merasakan anginnya.
Aku menoleh ke arah timur lautku dan mendapati di sana seorang penumpang yang juga memiliki seragam yang sama denganku ㅡtidak lain dia juga murid di sekolahku.
Tapi bukan itu poinnya, yang membuatku tertuju padanya adalah dia menyandarkan kepalanya di jendela sembari mendengarkan music dengan kedua earphone yang menymbat telinganya. Poninya bererak layaknya rumput yang diterpa oleh angin.
Itu termasuk hal yang baru bagiku. Selama ini tidak pernah terlintas di pikiranku untuk melakukan hal semacam itu. Tidak, bahkan bersantai di dalam mobil saja rasanya aku belum pernah melakukannya.
Selama ini aku hanya selalu dihantui dengan ketakutan sampai aku tidak bisa memikirkan waktu untuk bersantai. Rasanya setiap detik itu hanya dibayang-bayangi dengan ketakutan akan dunia yang begitu kejamnya. Apalagi mengingat semua perlakuan Luna yang membuatku trauma.
Jika didefiniskan dengan warna, duniaku sebelumnya adalah dunia yang hanya diisi dengan warna hitam dan abu-abu. Begitu suram dan menakutkan.
Namun itu sudah tidak berlaku lagi sekarang. Sudah ada Mark yang bersamaku. Maka tidak ada lagi yang perlu kutakutkan. Aku punya seseorang yang akan melindungiku. Mulai saat ini aku bisa melakukan apapun yang belum pernah kulakukan sebelumnya.
Karena melihat orang yang tadi itu begitu santai dengan menyandarkan kepalanya di jendela menikmati angin, aku juga ingin mencobanya. Dia terlihat begitu tenang apalagi dengan matanya yang terpejam.
Perlahan-lahan aku menjatuhkan kepalaku di pinggiran jendela, membuat rambutku sedikit terkena angin. Jadi begini rasanya ㅡkepalaku jadi terasa lebih dingin karena anginnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CODE NAME MARK
Science Fiction[ Science fiction] "He is a bright light at the end of my dark road" Cover design by : Putri_Graphic
