02. The second time

792 196 31
                                    

"Untuk yang kedua kalinya, dia menyelamatkanku"

---oOo---

Aku kembali melihat matahari pagi. Untunglah, aku nyaris tidak akan melihatnya lagi.

Sekarang aku sedang melihat pantulan diriku dari cermin besar yang sekarang ada di depanku. Cermin itu menampakkan diriku yang sedang memakai seragam sekolah dengan tangan yang dibidai ㅡsepertinya aku akan benar-benar kesulitan untuk bergerak hari ini.

Tapi tidak apa-apa, yang penting aku tidak mencoret absensiku dengan huruf S yang berarti aku sedang sakit.

"Drrrttt drrrttt drrrttt..."

Ponselku bergetar ketik aku tengah sibuk merapikan rambutku. Terlihat jelas nama Prof. Jefrrey di sana. Mm? Tumben sekali dia menghubungiku pagi-pagi begini ㅡtidak biasanya.

Aku meraih benda persegi panjang itu dan melihat isi pesan yang dikirim oleh Prof. Jeffrey dan  ternyata dia sedang mengirim pesan gambar padaku.

Di gambar itu menunjukkan sosok Mark yang sedang terduduk dan pandangannya yang tertuju entah kemana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di gambar itu menunjukkan sosok Mark yang sedang terduduk dan pandangannya yang tertuju entah kemana. Yang jelas ia masih dengan raut wajah datarnya itu. Tidak lupa Prof. Jeffrey menulis sebuah kalimat di sana.

"Dia sudah duduk di sana selama dua jam" begitu katanya.

Humanoid itu sedang menungguku sepertinya. Tapi sayang sekali aku tidak akan datang ke sana sekarang. Bisa bahaya jika dia ikut denganku sampai ke sekolah. Aku tidak mau menempatkannya di dalam bahaya. Jadi kupikir aku akan meminta maaf padanya nanti karena mengingkar janjiku.

Langsung saja aku menyimpan ponsel itu di dalam tasku dan segera kubawa keluar kamar menuju dapur ㅡbersiap siap untuk sarapan. Di sana sudah ada mama dan papa yang sedang menungguku untuk sarapan.

"Elle, kamu serius mau ke sekolah hari ini? Keadaan kamu lagi gak baik sayang" sahut mama.

"Gakpapa kok ma, ini gak masalah. Aku masih bisa pakai tangan yang satunya" jawabku.

Memang hanya mama di sini yang peduli denganku. Semenjak aku keluar dari kamar tadi, papa sama sekali tidak mau berbicara denganku ㅡdia tetap saja asik sendiri dengan makanannya. Dia juga tidak bertanya apa yang sudah terjadi dengan tanganku.

Mungkin juga dia sudah mendengarnya dari mama tapi dia tetap tidak mau membahas itu denganku. Yang penting dia sudah tau itu pun sudah cukup.

Oh yaㅡaku tidak mengatakan yang sejujurnya kepada mama. Aku tidak mengatakan bahwa aku terjatuh dari gedung yang tingginya 160 meter. Yang benar saja, pasti mama akan shock mendengar hal itu. Jadi kali ini aku berbohong.

CODE NAME MARKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang