Preview
"dok, ambil darah saya, golongan darah saya sama dengan pasien"
Jinu berdiri dan berjalan mendekati dokter tersebut. Tapi matanya menatap tajam Mino dan Rose.
Mino menelan ludahnya susah payah, hari ini pasti akan terjadi.
Rose berdiri kaku ditempatnya disaat dia mendengar ucapan Jinu.
"Song Mino kau memiliki banyak penjelasan tentang ini" ucap Jinu dingin.
"Mari Tuan ikut saya" ucap dokter tersebut.
Dan Jinu berlalu begitu saja melewati Mino dan Rose.
Mino terduduk sambil mengusap wajahnya kasar.
"kau.. Kau sengaja kan membawanya kemari Mino?!" kesal Rose.
"dia berhak tau Rose! Ini sudah waktunya!" marah Mino.
"kau tau kalau aku mencintaimu, tapi kenapa kau harus membawanya untuk menjenguk Mark?! Kau sengaja ingin mempertemukan mereka kan?! Kau ingin merebut Mark dariku?!" teriak Rose.
"hentikan Rose! Kita sekarang fokus terhadap operasi Mark!" marah Mino.
Haechan terdiam. Otaknya pusing melihat pertengkaran orang dewasa di sampingnya ini.
.
.
.Dokter keluar dari ruang operasi, Mino, Rose dan Haechan berdiri serempak menemui dokter tersebut.
"dok bagaimana keadaan Mark?" tanya Mino khawatir.
"syukurlah Mark sudah melewati masa kritisnya, dia tepat waktu mendapatkan donor darah dan nyawanya masih bisa tertolong, saya akan membawanya ke ruang rawat" jawab dokter tersebut.
Mino, Rose dan Haechan menghembuskan nafas lega setelah mendengar kondisi Mark.
"bagaimana dengan kondisi Jinu dok?" tanya Mino.
"Tuan Jinu baik - baik saja, tapi dia harus beristirahat beberapa jam dengan infus, dia sempat drop karna terlalu banyak mendonorkan darahnya" jawab dokter.
Mino bisa bernafas dengan lega sekarang.
Rose sudah mengepalkan tangannya menahan emosi melihat Mino sangat mengkhawatirkan Jinu.
.
.
.Jinu terbangun dari tidurnya dan melihat ruangan dengan warna putih mendominasi. Dia mengerjapkan matanya sebentar.
Ceklek
Mino masuk ke dalam ruangan Jinu, wajahnya terlihat sangat lelah.
"Mino" panggil Jinu dengan lemah.
Mino langsung menoleh dengan cepat dan menghampiri Jinu.
"Babe kau sudah bangun? Apakah ada yang sakit? Apa kau masih merasa lemas?" tanya Mino.
Jinu hanya tersenyum tipis dan menggeleng.
"bagaimana operasi Mark?" tanya Jinu sambil duduk diranjangnya.
"operasinya berhasil babe, dia juga sudah melewati masa kritisnya, terimakasih babe, kalau tidak ada dirimu, aku tidak bisa membayangkan bagaimana kondisi Mark" jawab Mino sambil mengecup bibir Jinu.
"jelaskan padaku Mino, mengapa kau dan Rose tidak memiliki golongan darah yang sama? Sebenarnya Mark anak siapa Mino?" tanya Jinu dengan pelan.
Mino terdiam. Entah kenapa lidahnya kelu mengatakan hal yang sebenarnya.
"jawab aku Mino! Apa selama kita berpacaran kau juga selingkuh dengan orang lain?!" emosi Jinu.
"tidak babe, tentu saja tidak" jawab Mino dengan gelengan kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love, Lust and Ambition (END)
FanfictionKekecewaan, dosa, kasih sayang, kebencian, semua berada dalam satu rasa yang bernama CINTA.